[02] Bertemu Dirinya

13.8K 1.8K 52
                                    

Di antara puluhan mall dan cafe yang ada di Jakarta, kenapa ia harus bertemu dengan wanita itu. Wanita yang pernah menampar dan mencekik lehernya.

Sesaat ia begitu menyesal dengan keputusannya untuk berjalan-jalan, terlebih mampir di cafe Starbuck ini.

Moodnya langsung terjun bebas. Mengetahui bahwa wanita yang pernah menjadi penghangat ranjang suaminya dulu, sedang duduk manis di pojokan menyesap kopinya.

Kiara memindai penampilan wanita itu. Tak ada lagi baju terbuka dengan potongan leher rendah, berganti dengan kemeja sifon tanpa lengan. Tak ada lagi baju ketat yang memeluk pas di tubuh rampingnya.

Wanita itu ... tetap terlihat cantik meski hanya menggunakan kemeja dan celana bahan. Tatapan sensual nan menggoda itu hilang, tergantikan dengan tatapan sendu keluar kaca cafe.

Mendengus halus, Kiara kembali memusatkan perhatian kepada kasir untuk memesan sesuatu.

Cukup lama ia mengantri, sedikit menoleh ke belakang. Wanita itu masih di sana. Berkutat dengan laptopnya dan bergantian memandangi buku yang terbuka lebar di sampingnya.

Tak bisa berbohong, selama lima tahun wanita itu menghilang. Kenapa ia kembali lagi ke sini.

Sejarah mereka tak pernah bagus, atau malah belum pernah berakhir.

Ada ketakutan yang menjalari sisi hati Kiara.

Apa mungkin dia datang untuk merebut Angkasa?

Menelan susah payah, Kiara tak mau hal buruk itu terjadi.

Wanita itu berupa ancaman bagi rumah tangganya. Itu artinya ia harus menyingkirkan kerikil yang nantinya akan melukai kakinya saat ia melangkah.

Tubuh Kiara membeku seketika, saat tatapan netra mereka bersirobok. Demi apapun di dunia ini. Tiba-tiba saja ia mengigil.

Bayangan masa lalu kembali menghujani otaknya. Di mana ia mendapatkan kekerasan fisik untuk pertama kalinya, Kiara tak bisa membendung lagi ingatan kelam itu.

Tidaaak! Ia tak mau kembali ke masa itu. Ia tak mau lagi berada di pihak yang tertindas.

Kembali memasang wajah datarnya, Kiara menanamkan dalam benaknya jika kini ia lah yang berkuasa. Karena ia adalah Nyonya Angkasa Juanda Dirgantara. Ia pemenangnya dari perseteruannya empat tahun lalu. Ia lah istri Angkasa. Bukan wanita itu.

Maka dengan mengangkat dagu. Kiara memberanikan diri mengambil tempat duduk di depan wanita itu.

Kiara bisa melihat wajah terperangah dari wanita itu, hanya persekian detik. Lalu kembali menampakkan wajah datarnya.

"Wah ... wah ... ada apa gerangan Nyonya Dirgantara mengambil tempat duduk di depanku?" Selalu saja seperti itu.

Wanita ini tetap saja tak berubah. Sinis Kiara dalam hati.

"Nggak kebagian tempat." Kiara menyedot minuman dinginnya.

Wanita itu mendengus, tanpa menghiraukan Kiara. Ia kembali berkutat dengan komputer jinjingnya.

"Untuk apa kamu kembali?"

Wanita itu melepaskan kacamatanya dan bersendekap, menatap lurus ke arah Kiara yang juga memandang jengah.

"Seriously, Ki?"

Kiara mendengus jengkel, akan sikap wanita di depannya ini. Tetap saja, sikap sombongnya tak berubah. Bertingkah seolah-olah seluruh pria dimuka bumi ini memujanya.

"Bukan urusanmu kenapa aku kembali ke sini." Nadanya dingin. Seakan menusuk gendang telinga Kiara.

"Jangan lagi kamu ganggu Asa. Kami sudah bahagia dengan rumah tangga kami." Kiara memperingatinya yang di balas dengan dengusan wanita itu.

"Kamu takut aku ngerebut, Juan?" Biru menyunggingkan senyum liciknya.

Kiara sendiri berusaha menelan ludahnya susah payah. Ya ... ia takut Biru merebut Asa, Angkasanya.

Sorotan mata Biru membuat Kiara gelisah. "Kalau aku mau, tanpa harus menunggu lima tahun buat ngerebut Juan darimu."

Kiara terkesiap.

Tidak. Ia takkan membiarkan Biru merebut Asa. Asa miliknya. Suaminya. Dan selamanya akan seperti itu.

"Jangan harap aku memberimu keleluasaan, Bi!" Tekan Kiara berusaha mengintimdasi.

Biru berdiri dan menunduk, tepat di telinganya.

"Kamu yang sudah mencurinya, Ki. Sejak awal Juan adalah milikku. Sudah saatnya ia kembali." Kiara mendengar nada ejekan di sana.

Dan sialnya bisikan itu sukses membuat tubuh Kiara bergetar ketakutan.

Enggak! Asa milikku. Dan akan selalu jadi milikku. Batin Kiara berteriak.

◎○◎○◎○◎○

Surabaya, 16/11/2018
-Dean Akhmad-




Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang