"Lintar, ini ...." Biru tak bisa berkata apa-apa begitu ia memasuki rumah.
Bagian luarnya sudah benar-benar asri, dan memanjakan mata. Apalagi di bagian dalamnya.
Suara gemericik air yang berasal dari sebuah patung, membuat susana menjadi lebih tenang dan nyaman.
Lihat saja gazebo yang luas beralaskan busa empuk membuat siapa saja betah berlama-lama duduk di sana walau hanya di temani ikan dalam kolan dan suara gemericik air.
"Suka nggak?" tanya Lintar seraya mendorong kursi roda Junior, dan berhenti tepat di samping Biru yang masih memindai bagian depan vila.
"Hm! Suka banget." Biru hanya berguman, karena sedari tadi ia terus saja mengedarkan pandangannya.
Ia begitu menyukai vila ini.
"Mama ... rumah ... siapa ini?" tanya Junior dengan suara gagapnya, yang juga mengedarkan pandangannya.
Lintar berjongkok di depan Junior, dan menyunggingkan senyum yang meninggalkan segaris mata yang hampir terpejam kala ia tersenyum. "Rumah kita!" jawaban pendek Lintar membuat Biru menoleh cepat seraya mengerutkan kening yang malah disentil oleh Lintar hingga mengadu kesakitan.
"Secepatnya aku bakalan halalin kamu, Neng. Biar kita bisa bebas ngapa-ngapain." Biru mendengkus mendengar ucapan Lintar yang berisi godaan. Bukannya menyingkir, pria muda itu malah mengecup pipi Biru yang semakin membuat wanita itu mencebik sebal.
"Lintar ... ini masih di luar rumah."
"Berarti kalo di dalam rumah, boleh lebih dong?" tanya Lintar cengengesan sembari menaik-turunkan kedua alisnya.
"Mesum!" pekik Biru memukul lengan Lintar membuat lelaki itu semakin tertawa lebar.
"Aku juga cinta kamu, Neng," seloroh Lintar mendorong kursi roda Junior memasuki rumah.
Biru benar-benar dibuat tercengang dengan dekorasi rumah yang seharusnya di sebut vila ini, karena keberadaannya memang agak jauh dari rumah penduduk sekitar juga berada di atas perbukitan bersanding dengan beberapa vila lainnya.
Hampir semua dekorasi dan dinding vila tertutupi kayu, meski tampak dari luar terbuat dari bata dan semen.
Sejauh mata memandang, Biru dimanjakan dengan penataan ruangan yang mengangumkan.
Kesan alami dan modern seakan menyatu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky
General FictionKecemburuan Biru berubah menjadi iri, lalu kemudian beralih menjadi kebencian. Ia cuma ingin diakui oleh Juan. Satu kesalahan membuat dirinya ditinggalkan Juan dan kehilangan lelaki yang sudah menjadi separuh hidupnya. Jika saja ia bisa memilih, Bi...