Part 4

4K 356 1
                                    

Iqbaal mendesah kecil saat Zidny bergelayut manja di tangan kanannya. Padahal, baru beberapa detik dia keluar dari mobilnya. Apa gadis itu setiap pagi memang menunggunya?

"Zid, lo bisa lepas gak?" tegurnya kecil. Bagaimanapun, ia menghargai Zidny karena selama ini gadis itulah yang membuatnya terlepas dari kekangan surat cinta adik kelasnya.

"Baal, gue takut jalan sendiri. Bentar ada genderuwo ambil gue nanti," ah... Iqbaal hanya menghela nafas membiarkan Zidny yang dengan susah payah menampilkan puppy eyes termanis yang ia punya.

###

(Nama kamu) membelalakkan mata saat melihat Iqbaal menatap kearahnya. Disamping pria itu, ada seorang gadis yang mungkin saja kekasih si kakak kelas. Terbukti dari genggaman tangan keduanya yang nampak mesra.

"Hai (Nam..)" matanya makin melebar saat telinganya dengan tajam menangkap suara berat Iqbaal menyapa. Heh? Ada apa dengan kakak kelasnya itu?

"Eh halo kak," sapanya. Erlin yang berdiri disamping (Nam kamu) menatap (Nama kamu) tak percaya. Padahal gadis itu baru saja memulai sekolahnya kemarin, tapi dengan cepat dia mengenal The most wanted guy di sekolahnya. "Lin, ayo keburu bel," dengan sekali sentakan (Nama kamu) menyeret Erlin.

Huft.... Helaan nafas (Nama kamu) terasa berat. Dia mendudukkan bokongnya, berharap Erlin yang berada disampingnya tidak bertanya apa-apa tentang Iqbal yang menyapanya tadi.

"Lo kenal sama Kak Iqbaal?" cecar Erlin. "Sejak kapan? Kok gue baru tau?" desaknya.

"Lin, seriusan deh. Tadi tuh cuma nyapa doang. Lagian gue kenal karena gak sengaja,"

"Yaampun (Nama kamu)!! Seriusan?"

(Nama kamu) mengangguk cepat. Memastikan agar Erlin percaya dengan ucapannya itu. Mana mungkin dia memberitahu Erlin tentang pertemuannya dengan Iqbaal sungguh absurd.

"Heyyo eperibadeh Raylah cans datang!!" Erlin tersenyum maklum ke arah (Nama kamu) yang sedang meniti Raylah dari atas hingga bawah. "Duh sori ya (Nam..) gue lupa kalau lo murid baru. Semoga terbiasa dengan sikap santu gue ya," kekeh Raylah sembari meletakkan tas selempang miliknya di atas meja.

"Raylah emang gitu, pen ditabok anaknya," sahut Marlah dari jauh. Dia tengah mengatur posisi bunga hias yang ada di meja guru.

Erlin mengangguk membenarkan ucapan Marlah. Sedangkan (Nama kamu) menggeleng kecil tak menyangka. Dia pikir, Raylah bukan tipe cewek yang suka teriak tidak jelas.

"(Nama kamu) ada yang cari lo," teriak salah satu teman kelasnya.

###

Kelas di pagi hari masih sepi. Hanya ada beberapa anak yang datang untuk menuntaskan jadwal piket mereka. Iqbaal mendengus kecil untuk kedua kalinya saat seseorang menarik kerah bajunya.

"Pagi gue konyol amat dah! Apaan sih To? Baru aja tangan gue kering karena gak ada Zidny, sekarang lo yang mau ngebuat gue pusing lagi?" dengusnya.

Rafto tertawa melihat ekspresi memelas Iqbaal. "Seharusnya lo bersyukur mantan lo itu masih doyan ama lo,"

"Udah, lo mau apa ganggu gue?"

"Gue kemarin liat lo ketawa ketiwi ama tuh murid baru. Udah sejauh mana tahap lo? Garcep amat," ucap Rafto.

"Oh, gak ada. Cuma ketawa aja,"

Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang