Extra Part 1

2.8K 343 16
                                    

29 April 2021

Musim gugur memang tidak pernah membosankan. Ini tepat tahun kedua aku melaksanakan ulang tahun di negeri kanguru ini, Australia.

Daun yang biasanya terlihat hijau, berubah jadi jingga kekuningan. Indonesia tidak punya musim ini.

Jane, roommate alias teman sekamarku, duduk bersila di tikar yang dia ambil entah darimana.

"(Nama kamu), come here." panggilnya. Jane tersenyum lebar menyodorkan cup cake dengan lilin kecil diatasnya. "Happy birthday, dear. Always be my friend. You know, if I love you, right?" (Selamat ulang tahun, sayang. Selalu menjadi temanku. Kamu tahu, kalau aku sayang kamu, kan?)

"Thank you so much, Jane." (Terima kasih banyak, Jane) ujarku. Tidak ada orang sebaik Jane di asrama kampusku, siapa yang mau menolak untuk tetap menjadi temannya kan?

Ya ini tepat aku 2 tahun di Australia. Jangan tanya aku sudah ketemu dengan Iqbaal. Kabarnya saja belum pernah ada.

Pria itu egois ya? Menyuruh menunggu tapi dia saja tidak pasti. Apa itu namanya selain egois?

"Eum Jane, I'm so sorry. I have class this morning, let's to celebrate my birthday later? Please?" (Eum Jane, maaf. Aku ada kelas pagi ini. Rayakan ulang tahunnya nanti saja ya?)

Jane, tersenyum dan mengangguk dia menyerahkan cup cake yang lilinnya sudah ia cabut.

"Of course, see you..." Jane melambai ringan seiring dengan langkahku.

Aku juga mau Iqbaal mengucapakan selamat ulang tahun. Memberikan sepotong roti keju atau kado?

Saat di Bandara dulu, Iqbaal hanya bercanda suka sama aku?

###

Pria itu tersenyum lembut saat tangan salah satu kolega bisnisnya terjulur. Ini memang masih terlalu awal untuk berbangga diri, masih banyak yang harus dia lalui. Terlebih dia masih baru di dunia bisnis.

"Your thoughts are very unique. I hope we can work together," (Pemikiran kamu memang unik. Saya harap kita bisa bekerja sama).

"Yes, Mr. Raymond," (Ya, Bapak Raymond).

"Thank you Mr. Ramdhan. See you soon," (Terima kasih Bapak Ramadhan. Sampai jumpa).

Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Pria itu menatap puas Gilang--Kepala cabang di kantornya.

"Sukses besar kita," ujar Gilang. Dia menepuk bahu Iqbaal dengan keras. "Gue pikir, cari kerja di Singapura, kayak cari nyawa yang siap di bunuh," pria itu tertawa pelan.

"Ye..Si Bagong," desis Iqbaal. Gilang satu-satunya orang Indonesia yang dia kenal di kampusnya yang di Australia dulu.

Sebenarnya, Gilang senior Iqbaal. Jangan bilang ke siapa-siapa, Iqbaal berhasil menyelesaikan kuliahnya hanya dalam 2 tahun. Dan berhasil menarik Gilang lulusan cum laude untuk bekerja sama dengan dia.

"Singapura memang tempat strategis untuk pebisnis pemula,''

"Ngaco lo, emang gue lagi hoki aja. Makanya selalu beruntung. Selain itu, gue juga ganteng, siapa yang mau nolak?" ucap Iqbaal berbangga diri.

"Eh, emang lo mau foto majalah? Modal ganteng?"

Iqbaal tertawa melihat ekspresi Gilang yang mendelik kearahnya.

Triiit...

Gilang melirik ponsel Iqbaal yang bergetar di samping meja pria itu. "Noh, pawang lo nelpon," kekeh Gilang.

"Halo, Assalamualaikum Bun. Ada apa?" sapa Iqbaal.

"Ini Teh Ody,"

"Kenapa Teh? Tumben nelpon,"

"Bunda sama ayah lagi packing tuh. Mau ke Australia, ikut gak Le?"

"Ngapain kesana? Aku kan ada di Singapura?"

"Mau nengokin (Nama kamu), diajakin sama keluarganya. Katanya, hari ini dia ulang tahun ya?"

Iqbaal menatap Gilang dengan mulut komat Kamit tentang tanggal sekarang. "29 April," jawab Gilang.

29 April? Ini pertama kalinya Iqbaal tahu tanggal ulang tahun (Nama kamu). Jadi cowok macam apa dia?

"We need a process to be able to repeat the story then,"

"Ooo.. jadi gak ikut ya? Teteh kira kamu mau ikut. Katanya Bunda (Nama kamu) juga udah siapin calon loh,"

"Teh jangan mulai ya?"

"Teteh gak pernah mulai Le. Kenyataannya gitu. Udah berapa tahun kamu gantungin anak orang? Masih ingat janji kamu di Bandara dulu? Teteh jagain (Nama kamu) ya, faktanya apa? Kamu aja jalan di tempat terus. (Nama kamu) bukan barang yang bisa Teteh simpan di dalam lemari dan gak ada yang ambil. (Nama kamu) manusia, dia butuh cinta. Jadi jangan salahin Teteh ya kalau misalnya Teteh dukung dia sama orang lain?"

Iqbaal tersentak. Itu kalimat Teh Ody yang paling panjang ia ucapkan di dalam telepon.

"Teh untuk kali ini aja. Biarin Iqbaal sukses dulu, sebelum ambil anak perawan orang,"



Author sayang kalian...

Maaf kalau kalian banyak yang kecewa sama akhir ceritaku. Makanya aku bikin extra part ini, I luf yu...

Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang