Hari ini mood (Nama kamu) benar-benar baik. Selama pelajaran dimulai tadi, dia tak hentinya menjadi sorotan guru karena menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Tidak hanya itu, sesekali (Nama kamu) bersenandung membuat irama riang khas dirinya,
Bahkan sampai sekarang, Raylah, Luna, dan Marlah menatap heran kearahnya yang bersenandung riang berjalan kearah kantin.
"(Nam..) lo beneran gak kesambet setan?" bisik Raylah. (Nama kamu) tersenyum riang dan menggeleng kecil.
"Gue gak yakin kalau jawaban lo itu bener," pungkas Luna. Ia membiarkan Raylah berjalan didepannya dengan kesal karena (Nama kamu) bertingkah imut yang membuat Raylah merinding.
Marlah terkikik kecil karena tak ada respon untuk Luna atas ucapannya yang tadi. Seakan prihatin, Marlah menepuk-nepuk bahu gadis anak IPS itu dengan lembut.
Bokong Marlah hampir saja terantuk di keramik koridor jika ia tidak segera menghentikan langkahnya. Raylah yang berdiri diantaranya dan Luna tiba-tiba berhenti.
"Bukannya Kak Iqbaal ya?" ujar Raylah.
(Nama kamu) yang mendengar nama Iqbaal mengalihkan perhatian dan menatap kearah yang ditunjuk oleh Raylah. Itu memang Iqbaal, kakak kelasnya.
Pria itu tersenyum kecil dengan gadis yang sudah tertawa lebar disampingnya. "Bukannya sama Kak Zidny tuh?" tambah Luna.
Bagai mendung di dalam tubuhnya, mood baik yang sedari tadi menyertainya tergusur oleh hujan yang dia imajinasikan didalam dirinya.
Jika saja ada alat pengukur mood seseorang. (Nama kamu) pasti sudah berada di level paling bawah, karena mood yang benar-benar jelek secara tiba-tiba
Raylah menatap perubahan (Nama kamu) dn sangat jelas. "Udah jan sedih setau gue, mereka cuma mantan kok." hibur Raylah. Seakan mengerti kemana arah pembicaraan (Nama kamu) dan Raylah, Luna mengangguk diikuti Marlah yang tersenyum kecil.
Bahkan ketiganya seolah menyeret (Nama kamu) agar sesegera mungkin masuk ke dalam kantin yang makin terlihat sesak dan ramai.
(Nama kamu) tersenyum miris. Dia bahkan tidak menyukai Iqbaal tapi apa yang salah? Kenapa terasa begitu berat saat Iqbaal tertawa dengan orang lain?
###
Erlin melambaikan tangan dari sudut kantin. Sebelum bel tadi, Erlin sudah duluan berlari kekantin dengan beralasan tidak bokeh terlambat makan.
Memang gadis itu sedikit aneh setelah sakit selama 3 hari. "Gue udah nungguin lo dari tadi," pungkas Erlin. Luna hanya tersenyum bersalah.
"Pesenin gue jus mangga aja," pesan (Nama kamu). Marlah membulatkan mata dan menatap kearah (Nama kamu) tajam, menandakan gemasnya dia.
"Udah La. Orang galau," cetus Luna. (Nama kamu) mengangkat jempol malas membenarkan ucapan Luna yang sudah mulai mengantri untuk memesan makanan.
"Jadi gimana? Lo udah sembuh total Lin?" buka Raylah. Erlin mengangguk tanpa niat menjawab, membuat (Nama kamu) dan Raylah turut mengangguk. "Kalau lo (Nam..) gimana? Apa kabar hati lo? Baik-baik aja?"
(Nama kamu) berpikir sejenak dan tertawa hambar. "Emang gue sakit hati?"
"Hai," ketiganya mendonggak menatap tubuh jangkung yang sudah berdiri di samping meja yang mereka gunakan. "Gue numpang makan ya?"
Erlin mengangguk semangat dan membiarkan pria itu menarik kursi di sampingnya.
"Abidzar beneran kan?"
Yang disebut namanya hanya menunjukkan gigi membuat (Nama kamu) kembali merasa merinding dengan senyuman yang tak biasa dari Abidzar.
"(Nam..), bentar lo kosongkan? Temenin gue yuk,"
(Nama kamu) berpikir sejenak dan mengangguk. Abidzar makin melebarkan senyumnya. Erlin yang memperhatikan hal tersebut hanya mendengus kecil dan memusatkan perhatian kearah milk teanya.
"Lo kok cuma ngajak (Nama kamu) doang?" cecar Marlah. Abidzar menggeleng tak tau apa alasan yang tepat.
(Nama kamu) menepuk bahu Marlah sembari memberi isyarat agar telinga gadis itu mendekat ke arahnya. Marlah menatap (Nama kamu) sejenak dan mendekatkan telinganya.
"Abi ada utang duit di gue. Dia mau bayar, makaya dia ngajak temuan. Lo jangan iri, dia malu bilang ke orang-orang," bisik (Nama kamu). Marlah menatap (Nama kamu) dan Abidzar bergantian dengan tatapan tak percaya.
"Bi.. Ternyata selama ini lo nyimpen kesedihan. Pantes jarang ngomong sama senyum," gumam Marlah. Erlin mendelik mendengar penuturan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓
Fanfiction(SELESAI) Aku (Nama kamu) Laudya April, pindahan dari Palembang. Ini tentang kisah yang kualami. Kisah romansa anak SMA yang terjadi di sekolah baruku, Jakarta. Yang akan aku tuliskan dalam bentuk narasi berharap kalian merasakan hebatnya saat jatuh...