Iqbaal merutuk kecil saat menyadari apa yang tadi siang dia lakukan. Dering dari ponselnya membuat Iqbaal semakin menarik rambut berusaha meredakan gelisah.
"Lo cowok Baal, tanggung jawab ama anak gadis orang," gumamnya dan memantapkan diri mengambil ponsel yang sudah berdering ke tiga kalinya.
"Halo?"
"Le, kok baru angkat telepon aku? Dari tadi loh aku nelponin kamu. Masa baru diangkat? Ngapain aja?" gerutu sang penelpon.
Iqbaal menarik nafas dalam mereasa terbebani dengan langkah yang diambil tadi. "Sorry, Zid. Tadi gue ketiduran, ini baru bangun."
Terdengar helaan nafas dari seberang telepon. Baru sekarang Iqbaal memikirkan kenapa dia menerima tawaran Zidny untuk balikan. Sebenarnya dia ini kenapa? Saat didepan Zidny, Iqbaal mati-matian membenarkan kalau dirinya masih menyukai gadis yang dijuluki Zee itu. Tapi disaat seperti ini, dia seperti merasa menyesal sudah berbalikan dengan mantan 1,5 tahunnya.
"Kamu serius ga sih balikan sama aku? Kok kita kayak gak pacaran ya? Biasanya tuh kalau awal-awal jadian pergi makan bareng. Lah kamu? Ditelepon aja kayak ogah-ogahan angkatnya. Kita putus aja deh kalau gitu," Berdasarkan pengalamannya dulu. Kalimat yang diucapkan Zidny barusan hanya sebuah kode untuk dibujuk Iqbaal. Iqbaal tahu betul.
Sedikit gengsi Iqbaal menjawab. "Yah.. Masa baru tadi siang jadiannya udah putus. Emang apaan? Tahan dua bulan kek,"
"Kamu sih gitu,"
"Mau gue ajak jalan?" Iqbaal yakin perkataannya barusan adalah kalimat yang paling diingkan Zidny sekarang.
"Yaudah, ayo!!!" seru Zidny dengan semangat. Dia memutuskan panggilan dengan cepat.
###
"Jadi lo mau ngomong apa?" tanya (Nama kamu) membuka suaranya. Pasalnya, jika ia menunggu Abidzar berbicara, pria itu tidak akan buka mulut sampai 2 cups soda yang dia pesan habis.
"Soal pernyataan gue, lo gimana?"
"Yang mana ya?" bukannya (Nama kamu) lupa tentang Abidzar yang menyatakan perasaannya dengan cara aneh seperti kemarin dulu. Dia hanya tidak ingin karena pernyataan itu, ia dan Abidzar akan menjadi canggung.
"Gue suka sama lo bukan sebagai temen, bukan sebagai ketua dan bawahannya. Gue suka sama lo seperti pria dan wanita," ungkap Abidzar. Dia menyingkirkan kentang goreng yang tersaji didepannya dan berusaha meraih tangan (Nama kamu) yang saling bertautan. "Gue mau jadi pacar lo,"
"Bi..."
"Please, just choice yes or yes?" (Nama kamu) terbelalak. Bagaimana bisa dia akan memberikan pilihan jika Abidzar saja hanya memberikanya satu pilihan.
"Itu sama aja lo gak ngasih gue pilihan ege," deliknya.
"(Nam..) gue serius,"
"Bi, jangan bahas ginian dulu ya? Gue gak tau mau terima lo apa nggak,"
"Lo gak bisa jawab sekarang ya?"
"Sesuatu yang awalnya dipaksa gak dipikirin mateng-mateng tuh sama aja merusak hasilnya. Perasaan juga gitu, yang dipaksa tuh gak bakal bahagia,"
"Gue tau. Tapi gue bener-bener suka sama lo (Nam...),"
"Kasih gue waktu. Gue mau tau siapa yang gue suka, kalau nanti gue yakin, gue bakal kasih lo jawaban secepatnya."
Abidzar mengangguk pasrah. Tangannya yang sedari tadi ingin meraih tangan (Nama kamu) terhenti. Dia tersenyum samar melihat (Nama kamu) meminum soda pesanannha dengan rakus.
Mungkin ini arti kenapa gadis itu memesankan Abidzar soda bukan jus atau minuman lainnya yang tersedia. Sebagai pengganti minuman beralkohol, soda juga cukup ampuh membuat dia meredakan nyeri karena di tolak. Jadi dari awal (Nama kamu) sudah menolaknya?
"Gue mau nanya," (Nama kamu) mengangkat kepala menatap Abidzar yang menajamkan mata. "Kalau lo gak suka sama gue, kenapa lo baik sama gue? Dan kenapa lo selalu lihatin gue setiap saat?"
(Nama kamu) tertawa, jadi pria bisa merasa bawa perasaan juga? Dia pikir, hanya wanita saja yang selalu kegeeran kalau lagi diperhatiin sama seseorang.
"Lo ada-ada aja deh Bi. Lo cuma ambil pendapat dari satu sudut pandang. Lo gak tanya gue gimana," jawa (Nama kamu) berusaha meredakan tawanya.
"Terus menurut lo gimana?"
"Gue suka liatin semua orang kok. Dan mungkin kebetulan saat gue liatin lo, lo balik natap gue,"
Abidzar menarik nafas mengetahui fakta itu. Ingin rasanya dia melotot ke arah (Nama kamu) karena hobi aneh dari gadis itu.
"Lain kali, lo jangan suka liatin orang ya. Biar gue aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓
Fanfiction(SELESAI) Aku (Nama kamu) Laudya April, pindahan dari Palembang. Ini tentang kisah yang kualami. Kisah romansa anak SMA yang terjadi di sekolah baruku, Jakarta. Yang akan aku tuliskan dalam bentuk narasi berharap kalian merasakan hebatnya saat jatuh...