Kejadian minggu lalu, saat Iqbaal memberikan celana olahraganya dan mengantar (Nama kamu) pulang. Memang memberi dampak besar kepada (Nama kamu).
Bukan hanya karena merasakan harga dirinya telah jatuh dihadapan Iqbaal. Ia juga merasakan gejolak aneh saat bertemu Iqbaal.
"Kak Iqbaal!" serunya saat melihat Iqbaal berjalan dari arah parkiran,
Iqbaal tersenyum hangat seperti biasanya membuat (Nama kamu) lagi-lagi terserang asma mendadak.
"Nih celana olahraga lo. Tenang aja udah gue cuci 3 kali, dikasih parfum yang wangi juga. Dan dijamin, noda apapun gak ada yang lengket lagi," dia menyerahkan paperbag hitam milik Iqbaal. "Makasih ya kak,"
"Perut lo udah gak sakit lagi?"
"Udah gak kok, kan udah lewat periodnya,"
"Ooo,"
(Nama kamu) menatap Iqbaal penuh selidik. "Kak Zidny mana?" tanyanya. Biasanya gadis itu selalu ada disaat Iqbaal datang ke sekolah. Bergelayut manja di sisi kanan pria itu.
"Lagi absen. Sakit,"
(Nama kamu) mengangguk-anggukkan kepala paham. Kenapa mencari bahan pembicaraan dengan Iqbaal begitu sulit baginya? Sementara Iqbaal hanya terdiam dan enggan membuka mulut. Apa Iqbaal memang tipe orang yang dingin? Tapi jika seperti itu, ia tak mungkin terkenal supel dikalangan teman-temannya dan juga guru.
"Yaudah kak, gue kekelas duluan ya,"
###
"Bi," panggil (Nama kamu). Ia menenteng setengah buku tugas dari teman sekelasnya.
Abidzar, pria itu berbalik saat namanya diserukan oleh (Nama kamu). Dia terkekeh melihat (Nama kamu) yang kesusahan menyesuaikan langkahnya dengan langkah panjang milik Abidzar.
"Pelan-pelan bisa gak? Lo terlalu cepet," dengusnya.
"Lo aja kali yang kelamaan," kekeh Abidzar. Dia mundur tiga langkah agar dapat bersisian dengan (Nama kamu). "Gimana?"
"Apa?"
"Gue ama lo cocokkan? Serasi. Pendek dan tinggi," Abidzar tertawa puas saat (Nama kamu) hanya mendelik sembari menggembungkan pipinya. "Ihhh... Lucu deh," ledek Abidzar.
(Nama kamu) berjalan dengan tempo cepat meninggalkan Abidzar yang masih tertawa dibelakangnya.
"Tadi nyuruh tunggu. Sekarang ditinggalin,"
###
Tak pernahku, rasakan cinta
Begitu hebatnya,
Sebelumku, kenal kamu
Dunia pun kelabuDan kau datang membawakan cinta,
Yang tlah lama kunantiOh kasihku,
Kau membuat cinta
Jatuh dari mata dan turun ke hati
Tawamu buat aku tersenyum lagiOh kasihku,
Kau membuat dunia indah dijalani
Kuyakin di hati kau paling berarti(HiVi-Mata ke hati)
Marlah bertepuk tangan melihat aksi duet Luna dan (Nama kamu).
"Yah beres," seru Raylah. Ia menunjukkan handycam miliknya seolaj mengatakan untuk melihat hasil video darinya. "Gue jamin lo bakal terpesona dengan bakat gue ngambil video," bangganya.
Luna duduk di samping Raylah yang sibuk memindahkan file videonya ke laptop milik (Nama kamu).
Saat ini keempatnya tengah duduk manis di teras belakang rumah (Nama kamu). Setelah sepulang sekokah tadi, tanpa ada perjanjian mereka kompak mengikuti si empunya rumah dan membuat kekacauan tak berarti seperti sekarang.
"Kalian siap-siap, jeng jeng jeng...."
(Nama kamu), Luna, dan Marlah serius menatap layar laptop ingin melihat hasil karya yang kata Raylah sangat bagus. Ketiganya tersentak saat melihat video tersebut.
"Hahahaha..." Luna yang pertama tertawa. Bagaimana tidak, video itu hanya memperlihatkan wajah Raylah yang seolah-olah tengah lypsinc.
"Duh Ray, yg gini lo mau up ke youtube? Bisa-bisa di hardik lo," kekeh Marlah.
Raylah ikut tertawa menyetujui betapa konyolnya video ciptaannya itu.
"Dek, ada temen lo di luar," tegur Meri. Sepertinya dia baru pulang dari kantor dengan setelan hitam putih yang khas.
"Siapa? Perasaan gue gak panggil temen,"
"Eum... Kalau gak salah dia tadi bilang namanya Iqbaal."
(Nama kamu) membulatkan mata tidak percaya. Sekarang ada apa lagi? (Nama kamu) mencoba mengingat-ingat, siapa tahu ada hal penting yang sudah ia janjikan ke kakak kelasnya itu.
"Ditungguin pacar tuh," ujar Luna. Marlah dan Raylah tersenyum misterius kearahnya.
"Yaudah gue ke depan dulu ya," pamitnya.
###
Iqbaal menatap ruang tamu rumah ini. Dia berusaha memikirkan kira-kira alasan apa yang pas untuk dikemukakan sebentar. Sebenarnya dia juga bingung kenapa tiba-tiba ingin ke rumah ini.
"Hai kak,"
"Halo, lo apa kabar?"
"Baiklah. Perasaan tadi pagi kita ketemu deh,"
Iqbaal tertawa mendengar pertanyaannya sendiri. "Yaudah gue balik dulu ya,"
"Loh? Bukan karena hal penting?"
"Oh enggak. Gue tadi lewat doang, terus mampir. Gue pikir lo kangen ama gue,"
"Eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓
Fanfiction(SELESAI) Aku (Nama kamu) Laudya April, pindahan dari Palembang. Ini tentang kisah yang kualami. Kisah romansa anak SMA yang terjadi di sekolah baruku, Jakarta. Yang akan aku tuliskan dalam bentuk narasi berharap kalian merasakan hebatnya saat jatuh...