"Gimana gigi lo? Udah baikan?" tanya Iqbaal. Gadis yang ditemuinya di rumah sakit kemarin mengangguk kecil seraya menyembunyikan senyumnya. "Gak bengkakkan, gusinya?"
"Enggak kok kak. Mungkin karena dokternya ahli ya?" desis (Nama kamu) dia membayangkan senyum dokter manis yang mencabut giginya kemarin.
"Hahaha... Gue kira teh Ody gombalin lo sebelum cabut gigi. Soalnya, biasa dia ngerayu-rayu dulu biar cabutnya gak kerasa,"
"Emang gitukan prosedur dokter? Ngalihin rasa sakit pasien?"
"Iya. Tapi Teteh gue itu ajaib deh pokoknya. Syukur deh lo gak masuk jadi salah satu dari sekian juta korban dia," Iqbaal tertawa garing menerawang kelakuan konyol kakak perempuannya.
Seakan paham dengan ucapan Iqbaal, (Nama kamu) kembali mengangguk dan menenggak air es miliknya. Keduanya saling diam, hanya ada derap langkah dari beberapa orang yang berlari-lari kecil di taman ini.
"Gak jogging kak? Bukannya make training untuk lari ya?" Iqbaal nampak gelagapan. Sudah hampir satu jam dia sampai di taman ini dan hanya duduk saja.
Sebenarnya, maksud dia datang kesini hanya mau berbicara sedikit dengan (Nama kamu). Karena sesuai kekepoan Rafto, sahabatnya itu berhasil mendapatkan informasi bahwa (Nama kamu) akan jogging sore ini. Dan tentang celana yang dia pakai, it hanya formalitas biar dia tidak terkesan menguntit anak gadis orang.
"Oh gue? Udah tadi, sebelum lo datang."
"Oh ya? Gak panas emang jogging siang-siang,"
Dalam situasi seperti ini, ingin sekali Iqbaal menyumpal mulut (Nama kamu) karena beberapa pertanyaan yang di lontarkannya itu.
"Eum.. Maaf deh kak, kepoan banget ya aku?" (Nama kamu) tertawa sendiri merutuki kebodohannya.
Meredakan gugupnya, Iqbaal ikut tertawa. Ada satu hal yang baru ia sadari di detik ini. Ternyata selain manis, (Nama kamu) juga orang yang cantik. Dan untuk kedua kalinya dia ingin bertanya, apakah semua orang Palembang seperti (Nama kamu)? Cantik dan manis secara bersamaan.
"Lo cantik," gumamnya tanpa sadar. (Nama kamu) menghentikan tawanya dan menatapa Iqbaal dengan intens.
Degupan dadanya kembali menyesakkan lagi. Ada gelenyar aneh di dalam perutnya. Heh... Ada apa? Gak mungkin kalau itu ciri-ciri orang jatuh cinta seperti di novel-novel yangrindukan.eri beli.
###
Zidny menautkan jarinya dengan jari Iqbaal. Keduanya berjalan dipinggir pantai dufan saat ini. Zidny benar-benar senang saat ini, Iqbaal tidak menolak tangannya.
"Le, mau nunggu sunset kan?"
Iqbaal memperhatikan sekitar. Seperti biasa, pantai ini ramai dan sebagian besar terdapat remaja sedang kasmaran. Seperti dirinya dan Zidny kan?
"Gak usah deh. Makan yuk, terus balik."
"Yah... Padahal aku pengen banget liat sunset sama kamu. Seperti waktu kita pacaran dulu,"
Oh ayolah... Iqbaal menghela nafas. Kenapa Zidny tidak bisa melupakan kejadian saat ia masih zaman-zaman alaynya tentang pacaran.
"Gue capek Zid,"
"Yaudah deh, tapi nanti kesini lagi ya? Janji sama aku?"
Iqbaal tersenyum sembari menoel hidung mungil Zidny. Membuat gadis itu tersipu, dan semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Iqbaal.
"Jangan putus lagi ya?"
"Zid, kita tuh gak bisa nentuin apa yang akan terjadi kedepannya. Manusia itu bisanya cuma berencana, tuhan yang tentuin akan jadi seperti apa nantinya."
"Kalau kamu buat rencana jangan putus dari aku," desak Zidny. Dia merenggut lucu membuat Iqbaal kembali menoel hidungnya. "Iiihh... Ale! Malu..."
"Biarin, kan lo pacar aku, bukan pacar mereka," ucap Iqbaal.
Zidny tertawa kecil. Dia berlari menjauh dari Iqbaal seakan meminta pria itu untuk mengikuti jejaknya.
Iqbaal yang mengerti alasan Zidny berlari, berjalan dengan gagah mengikuti langkah Zidny yang sudah berada sekitar 2 meter didepannya.
Dibawah sinar matahari sore, tawa Zidny benar-benar bisa menipu Iqbaal. Dia sangat cantik, Iqbaal akui itu. Bahkan Zidny sangat cantik.
"Tangkap!!" seru Iqbaal. Beberapa pasang mata menatapnya garang membuat Iqbaal menunduk minta maaf. "Kamu ketangkap," dia menarik lengan tangan Zidny.
"Yah..." Iqbaal tertawa dan membawa Zidny kedalam pelukannya.
"Gue mungkin suka lo," ujar Iqbaal. Zidny mengernyit dan melepas pelukan Iqbaal menatap pria itu tidak terima dengan ucapannya. "Iya iya maaf,"
Zidny tersenyum dan kembali memeluk Iqbaal, tubuh hangat yang selalu ia rindukan
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓
Fanfiction(SELESAI) Aku (Nama kamu) Laudya April, pindahan dari Palembang. Ini tentang kisah yang kualami. Kisah romansa anak SMA yang terjadi di sekolah baruku, Jakarta. Yang akan aku tuliskan dalam bentuk narasi berharap kalian merasakan hebatnya saat jatuh...