Part 8

3.5K 344 2
                                    

Hai!! Pliss voment ya? Seorang author sepertiku hanyalah angin yang ingin mendengar keluh kesah kalian di kolom komentar serta ingin melihat kesenangan kalian di tanda bintang ceritaku....

Dan teruntuk yang sudah memberikan cahaya bintang di ceritaku yang gelap, arigatou gozaimasu!

(Nama kamu) menghampirinya membuat Iqbaal gelagapan. Disudut matanya terlihat jelas kalau gadis yang tengah berdiri didepannya saat ini sedang berbahagia.

Bibirnya tak henti tersenyum. Lagi-lagi Iqbaal berpikir kenapa adik kelasnya itu selalu terlihat manis dalam keadaan apapun?

"Kak Iqbaal," tegur (Nama kamu).

"Hem?"

"Gak jadi, iseng doang," guraunya. Tidak tau harus menanggapi dengan kalimat apa, Iqbaal hanya tersenyum kikuk. Tidak mungkin dia tertawa dengan lolucon konyol seperti itu.

"Eh btw lo pagian datang sekolahnya?"

"Iya nih Kak. Sekalian nebeng di ayah tadi, makanya pagi banget," jelas (Nama kamu). Ekspresi senyum tadi memudar digantikan wajah merengut membuat Iqbaal tambah gemas dengan gadis tersebut.

"Kak Iqbaal," panggilnya. Iqbaal mengangkat alis sembari meredakan gugup yang entah kenapa tiba-tiba muncul. "Gue suka ama lo kak,"

###

Pening.
Sepertinya, kalimat itu cukup menggambarkan bagaimana mumet kepala Iqbaal di pagi ini. Entah kenapa dia bisa sepusing ini walaupun semalam dia tidak begadang.

Dengan lamban, dia membasuh wajahnya berharap segarnya air dingin dipagi hari dapat membuat pikirannya sedikit normal.

(Nama kamu) adik kelasnya itu, memang telah menghancurkan pagi dan malam indahnya. Alasan Iqbaal pusing dipagi hari ini, tak lain karena mimpi semalam.

Tidurnya menjadi tidak nyenyak setelah bermimpi (Nama kamu) menyatakan perasaannya kepada Iqbaal. Karena kejadian tersebut, berdampak kepada minggu ceriwis Iqbaal.

Bukannya pergi menikmati dufan dengan Teh Ody--kakaknya. Dia malah harus minum aspirin setelah sarapan.

"Gue suka ama lo kak,"

Kalimat itu terasa menggentayangi Iqbaal. Membuat pria berdarah sunda yang kini duduk dengan wajah termenung berdigik ngeri membayangkan betapa seramnya kalimat yang berisi lima kata tersebut.

"Le, beneran gak mau ikut?" ajak Teh Ody. Dia duduk disamping Iqbaal menatap adiknya dengan wajah imut berharap agar sang adik luluh. "Ikut ya? Zidny juga katanya mau join kalau kamu ikut,"

"Enggak Teh, pusing nih aku. Lagi mau bertapa dirumah aja seharian," ucap Iqbaal.

"Padahal ayah sama bunda ikut. Jarang-jarang loh kita bisa ajak ayah naik kora-kora," goda Teh Ody. Sepertinya, Teh Ody berusaha dengan baik dalam membujuk Iqbaal.

"Beneran deh Teh. Aku gak bisa ikut,"

Teh Ody menghela nafas kecil dan berjalan terseok meninggalkan Iqbaal yang masih merenung di sofa depan televisi.

Deru mobil  terdengar menjauh dai rumahnya. Iqbaal hanya menengok sekilas dan kembali memikirkan mimpi yang ia alami semalam.

Dia mengacak rambutnya. "Dih... Amit-amit gue beneran naksir ama tuh adek kelas,"

Matanya meniti sudut rumahnya yang terasa lengang. Dia sedikit menyesal menolak ajakan Teh Ody tadi. Dengan malas Iqbaal meraih remot kontrol televisi, berharap ada saluran yang bisa menarik minatnya.

###

(Nama kamu) mengeluh melihat betapa banyaknya debu di paviliun rumahnya. Lagipula, bundanya ada-ada saja menyuruh anak gadisnya membersihkan paviliun sebesar ini sendirian.

Sedangkan Meri, kakak terkutuknya itu malah asyik-asyik nonton drama korea dengan segelas jus alpukat di gazebo dekat kolam renang.

"Assalamu Alaikum, ada hantu gak nih?" bisik (Nama kamu) sembari melangkah dengan kaki berjingjit. "Kalau ada kalian pergi deh, soalnya nih rumah aku," bisiknya lagi.

"Ihhh... Ini paviliun atau gudang? Jorok amat," gerutunya lagi. Dia mengacak kardus yang dulu dia masukkan dengan asal saat baru memasuki rumah ini. Sedikit merutuk karena pada akhirnya dia yang harus membersihkannya.

Tangannya terhenti pada album foto berwarna hijau muda.
'(Nama kamu) Laudya April's 3-6 years old' kata itu tercetak di halaman awal album. (Nama kamu) tersenyum tipis. Haaa... Ternyata album kecil yang dia cari sedari dulu tersimpan berdebu di kardus mi instan

Album yang menyimpan bukti tentang kenangannya bersama si pinokio sahabat kecil (Nama kamu) yang sampai saat ini ia tak tau siapa nama aslinya.

"Hahaha... Konyol banget," dia tertawa hambar menerawang foto yang menampilkan gadis kecil bersendekap dada dengan pria kecil yang tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya. "Orang kek gue emang anti mainstream, sahabat gue aja gak gue tau namanya," 

Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang