Sesuai janji gue ke Mingyu, gue dampingin dia terus selama dia tes-tes an. Emang sih gue ga bisa bawa mobil, tapi Mingyu yang nyetir sampe ke tempat tes lalu gue yang nungguin dia.
Gue ikhlas tanpa paksaan, gue emang pengen banget dampingin Mingyu. Dia jujur sama gue kalo dia tertarik sama polisi sejak gue binlat. Cuman dia ga ngomong langsung ke gue.
Dia udah lewati tes kesehatan 2, PMK (Pemeriksaan Mental Kepribadian), rikmin akhir dan pantukhir.
Yap, ini adalah tahapan terakhir dalam tes. Pantukhir itu pantauan nilai akhir. Jadi disinilah casis diranking dan diumumkan siapa aja yang berhasil masuk ke pendidikan.
Gue sama mamanya Mingyu ada di Polda untuk nemenin Mingyu yang lagi pantukhir. Dia bener-bener berhasil sampe ke tahap ini tanpa hambatan yang berarti.
"Sungyoung, tante deg-deg an banget masa!"
"Iya sama, tan. Tapi Uyong yakin Mingyu bakal berhasil."
Jadi sekarang kita dalem aula gitu. Keadaannya hampir sama kaya waktu perankingan awal. Gue dampingin mamanya Mingyu disini karena ayahnya ga bisa hadir.
Sekarang lagi pengumuman. Nama-nama yang lolos pendidikan lagi disebutin. Wegelaseh gue beneran deg-deg an.
"Kim Mingyu, Polres Bandung!"
Seketika gue sama tante Yoona langsung teriak dan pelukan saking senengnya.
Alhamdulillah Ya Allah! Mingyu lolos ke pendidikan!
"Uyong.." tante Yoona nangis dipelukan gue. Wajar, dia terharu dan bangga karena anaknya berhasil lolos buat ikutin pendidikan.
"Alhamdulillah, tante."
Gue ajak tante Yoona berdiri karena yang udah diumumin itu harus keluar untuk ketemu sama casisnya. Fyi, rambut Mingyu udah dibotakin guys! Hehe.
"Mama!"
Mingyu yang udah stand by diluar langsung meluk tante Yoona begitu liat kita.
Lalu Mingyu lepasin pelukannya dan sujud syukur di kaki mamanya, dia ciumin kaki mamanya.
"Selamat, nak! Ya Allah, mama bangga banget."
Mingyu kembali berdiri, meluk erat mamanya lagi. Gue ga bisa nahan nangis haru, liat pemandangan kaya gini perasaan gue campur aduk. Seneng akhirnya Mingyu berhasil jadi siswa polisi, pendidikan lalu resmi dilantik. Sedih karena ngebayangin nasib gue sendiri. Mungkin kalo gue lolos kaya gini, gue bisa kaya Mingyu yang bersujud depan ibunya dengan bangga.
Sampe akhirnya Mingyu lepasin pelukannya lalu berpaling ke gue. Gue masih diem ditempat dengan senyum dan tangis bangga.
Grep!
Satu tarikan darinya, sukses buat gue jatuh ke pelukannya
"Uyong, makasih banyak!" bisiknya.
"Selamat, Mingyu! Kamu emang pantas dapetin semua ini. Semua usaha kamu ga sia-sia."
"Maaf aku harus duluan lulus!" katanya.
"Jangan minta maaf! Aku sangat bangga sama kamu sekarang."
Pelukan kita terlepas ketika Mingyu nyium kening gue lembut. Ga ada yang bisa gue lakuin selain nangis.
"Jadi, kapan kamu pendidikan?" tanya mamanya.
"Besok pagi."
"Secepet itu?" tanya gue kaget.
"Iya. Makanya sekarang harus cepet-cepet pulang untuk siapin semuanya."
7 bulan.. Tanpa Mingyu.