"Kamu gapapa?" Tanya Naomi khawatir mendengar Anin yang dengan nekatnya berurusan dengan polisi. "Bun.. Kan aku yang ngelaporin bukan yang jadi tersangka apalagi korbann"
"Kamu kenapa gak cerita sama Bunda?"
"Ah itu.. Bisa nanti aja gak Bun? Ini di rumah sakit"
Naomi menghela napas mengalah. Ia memilih untuk duduk menyandarkan tubuhnya. "Bunda gak yakin kalo ini liburan..."
Devi menatap Anin cukup lama hingga Anin merasa ada yang aneh. "Kenapa?"
"Aku mau ngomong sama Kakak" Devi menarik Anin menuju ke taman rumah sakit itu. "Gak usah narik narik!! Lagian ngapain sih?"
Plakk...
Anin meringis. Tamparan yang dilakukan Devi memang tak sakit tapi dadanya terasa sesak karena Devi yang sudah ia anggap seperti adiknya itu menampar dirinya. Anin menatap Devi tapi baru sedetik ia menatap Devi. Devi sudah memeluknya eratHiks.. hikss
Anin terdiam mendengar tangisan Devi. "Kakkk aku khawatir sama kakak. Kenapa sih malem itu pergi tanpa pamit. Kakak kalo stress bisa kok cerita ke aku. Aku siap nerima semua cerita kakak. Jangan dipendem sendiri apalagi sampe mabok gitu"Anin diam. Benar benar diam. Adik kecilnya sudah menjadi gadis dewasa. Anin mengelus rambut belakang Devi. "Makasih" Anin melepaskan pelukan Devi, ia mengusap kedua mata Devi menghilangkan tangisan Devi barusan. "Jangan nangis lagi ya"
Devi mengangguk. Keduanya masih sibuk saling menatap. Tanpa sadar Anin mengikis jarak, Devi yang sadar akan itu pun memejamkan matanya bersiap menerim kecupan manis di bibirnya. Namun sedetik kemudian Anin sadar dan menjauhkan dirinya. "M-Maaf" Setelah mengatakan itu Anin segera pergi menjauh. Devi masih mematung memperhatikan punggung Anin yang hilang perlahan di kerumuman orang.
******
Shani baru saja menginjakkan kakinya di depan rumah sakit tempat Yuriva dirawat. Ia menekan ponselnya untuk menelpon Anin. Namun tak ada jawaban sama sekali. Kemudian Shani pun menelpon Bunda. "Halo Bun?"
"Kamu dimana Shan?"
"Aku udah di depan nih Bun"
Naomi segera menyebutkan kamar tempat Yuriva dirawat. Shanipun segera melangkah ke tempat itu. Tapi belum sempat ia masuk ke rumah sakit. Ia melihat Devi menarik Anin ke taman. Karena penasaran Shani pun segera membuntuti mereka.
Baru saja Shani datang ia sudah melihat Devi menampar Anin. Sontak itu membuat Shani kaget. Sebenernya apa yang terjadi? Pikir Shani. Shani mendekat lantaran suara Anin dan Devi tak terdengar di tempat ia berdiri. Namun baru sebentar ia berpindah hal yang membuatnya terkejut kembali datang. Anin akan mencium Devi...
Shani berjalan semakin dekat untuk menghentikan semuanya tapi beruntung. Anin terlebih dulu membatalkan niatnya dan pergi dari tempat itu. Shani menghela napas lega. Ia berjalan mendekat ke Devi. "Jangan sampai hal tadi terjadi"
"Ka- Shani???"
"Jangan sampai kamu terjerumus kayak Anin ataupun aku. Jalani hidupmu seperti biasanya"
"Ka.."
Shani tersenyum ia mengelus rambut Devi. "Yuk masuk. Aku bawa makanan"
*****
Anin berdiri bersandar di tembok kamar mandi. Air matanya perlahan lolos dari kedua sisi matanya. Ia terduduk mengacak rambutnya frustasi. Masalah yang ia terima tak ada habisnya. Tubuhnya seakan memberinya beribu ribu masalah. Apa yang baru saja akan ia lakukan ke Devi itu adalah penyesalannya saat ini.
Suara pintu terbuka membuatnya sadar dan segera masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Ia duduk di kloset kamar mandi sambil berusaha menghapus air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trip 2
Fanfiction[18+] "Kecerobohan yang menyebabkan semua ini terjadi!" -Anin "Maafkan aku, aku tau aku salah" -Boby "Aku butuh tanggung jawabmu Boby, Ini anakmu Boby!" -Michelle