24.

6.8K 915 410
                                    


Srekkkk

Jinyoung menyobek kertas yang baru saja Daehwi berikan untuknya itu. Bukan kertas biasa, melainkan surat gugatan cerai yang dilayangkan Daehwi untuk jinyoung pagi ini.

Pagi dimana ia menyesali perbuatannya selama ini. Pagi yang menjadi awalnya merasakan bahwa Daehwi memang seseorang yang dikirimkan tuhan untuknya, bukan jihoon.

Pagi yang membuatnya menggeram kesal karena surat yang kini telah ia sobek-sobek menjadi beberapa bagian sebelum membiarkan kertas itu jatuh berhamburan dilantai.
"Sampai kapanpun. Aku nggak akan pernah ceraiin kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Daehwi."

Setitik air mata menjadi tanda awal tangisnya pagi itu, sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Hatinya terasa sakit dan juga menghangat secara bersamaan mendengar perkataan jinyoung. Sakit karena hatinya sebenarnya menolak untuk berpisah dengan suami yang sangat ia cintai ini, tak peduli apapun, dan menghangat ketika mendengar bahwa jinyoung tak bisa hidup tanpanya. Apakah mungkin suaminya itu sudah mulai mencintainya?

Tapi tetap saja, semua ini terlambat. Daehwi harus melepaskan jinyoung, kesalahan jinyoung kali ini bukan main-main. Siapa yang bis menjamin tidak akan terjadi apa-apa pada jihoon akibat perbuatan bejad suaminya itu?

Dengan berpisah, kalau ada apa-apa, setidaknya Daehwi sudah tidak terikat dengan jinyoung dan suaminya itu bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan akibat perbuatannya.

Mereka sudah hancur, tak ada yang perlu dipertahankan. Tidak ada alasan untuk mempertahankan, dan sebaliknya, ada banyak sekali alasan untuk melepaskan.

Daehwi mengusap kasar air matanya sebelum mengangguk."oke. Aku besok kembali. Aku bawa lagi surat untuk kakak."

"Dan aku pasti ngehancurin surat itu kayak surat ini. Itu pasti." tekan Jinyoung pada Daehwi yang sekarang menghela nafasnya berat.

"Kak. Kakak itu udah ngerusak kak jihoon. Kita harus pisah kak. Kakak harus tanggung jawab atas perbuatan kakak—

"Aku nggak tahu itu jihoon, hwi. Aku mabuk. Dan dipikiran aku cuma kamu waktu itu. Aku nggak tau aku ngerusak jihoon. Maaf. Tapi aku bener-bener nggak mau kehilangan kamu. Please." ujar jinyoung frustasi.

Ia benar-benar tak sadar jika ia sudah merebut hal berharga dari jihoon. Bahkan ia sempat kaget saat ia mendengar kenyataan itu dari mulut Daehwi di pagi hari setelah kejadian yang sama sekali tak diinginkannya itu terjadi. Dan bahkan ia juga tidak ingat kenapa wajahnya dipenuhi lebam bekas pukulan pagi itu.

"Aku maafin kakak. Tapi kita harus tetep pisah. Aku mohon kak. Tanda tanganin surat perceraian kita. Biarin aku bahagia sama Youngjin. Aku capek kak, aku capek." ujar Daehwi seiring dengan tangisnya yang semakin menjadi.

Ia harus benar-benar pisah kali ini. Perbuatan suaminya terlalu beresiko jika mereka masih mencoba untuk mempertahankan rumah tangga mereka. Perbuatan jinyoung bisa saja mengakibatkan masalah lain yang semakin mempersulit masalah kali ini.

Jihoon hamil, misalnya?

Jinyoung menyisir rambutnya kebelakang dengan jari tangannya, menandakan bahwa pria itu memang sedang frustasi berat.

Jinyoung tau dia masih belum bisa melupakan jihoon sebelumnya. Tapi tak pernah sekalipun terbesit dibenaknya untuk menyetubuhi mantan kekasihnya itu, bahkan saat mereka masih dimabuk cinta sekalipun. Itu semua mutlak karena ia mabuk. Ia tidak sadar.

"Aku nggak bisa hwi. Aku cinta sama kamu. Aku butuh kamu. Aku butuh Youngjin. Aku butuh kalian."

Daehwi menggeleng kuat. "Nggak bisa kak. Kita harus tetep pisah. Besok, suka atau nggak suka, mau nggak mau, kakak harus tanda tanganin surat perceraian kita."

Captain • PanwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang