28.

5.7K 911 199
                                    

Chanyeol membulatkan matanya sempurna ketika mendengar fakta yang baru saja menjadi fikiran negatifnya. Ia tidak bodoh hanya untuk sekedar memahami arti kata 'rusak' yang baru saja diucapkan Guanlin tersebut. Pandangannya turun menatap jihoon yang hanya nampak pucuk kepalanya saja. Anaknya itu semakin memeluknya erat dan terisak. ketika Guanlin mengatakan fakta tersebut.

Chanyeol mencoba mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa sesak.
"Siapa? Siapa yang udah ngerusak anak saya Guanlin?" Tanyanya kembali menatap Guanlin yang sekarang justru malah menatap kosong ke arah meja didepannya.

"Kamu?"

Guanlin masih tak menjawabnya. Malah semakin menundukkan kepala. Jari-jari tangan yang ia tautkan semakin bergetar. Padahal ia hanya membantu mengungkapkan tapi rasanya seolah dia yang melakukan kesalahan. Ia sangat gugup.

Melihat tak ada jawaban dari Guanlin Chanyeol kembali menunduk. Tangannya terukir untuk memegang bahu anaknya, dapat dirasakannya jihoon sedikit tersentak. "Siapa jihoon?"

Lama Chanyeol menunggu. Anaknya itu tetap terisak dan memeluknya erat. Chanyeol semakin dibuat bingung. Ia mencoba mendorong bahu jihoon agar anaknya itu menatapnya tapi jihoon malah memperdalam pelukannya.

"Jihoon. Bilang sama papi."

"Jihoon!"

Habis sudah kesabarannya, rahang Chanyeol mengeras seketika.

"PARK JIHOON!!! SIAPA YANG—

"Jinyoung pi, bae jinyoung. Papi jangan marah. Maafin jihoon" ujar jihoon cepat ketika bentakan dari Chanyeol mulai memekakkan telinganya. Ia melepaskan pelukannya dan beralih menggenggam tangan papinya.

"Jinyoung? Bagaimana bisa?" tanya Chanyeol tidak percaya entah pada siapa.

Kenapa? Kanapa harus si brengsek itu? Kenapa tuhan? Chanyeol mengatupkan bibirnya yang sempat terbuka karena terkejut, berbarengan dengan itu setitik air mata jatuh dari matanya yang memerah sedari tadi.

Melihat itu jihoon semakin terisak. Papinya menangis, pasti ini sangat mengecewakan untuk pria jangkung yang ia panggil dengan sebutan papi itu.

"Kenapa harus jinyoung jihoon, KENAPA HARUS DIA?!!!!"

"Kamu masih berhubungan sama dia? IYA PARK JIHOON?"

jihoon menggeleng kuat hingga rambutnya yang setengah basah itu bergerak gerak. Ia hanya mampu menjawab dengan gelengan, tak lagi mampu untuk bicara karena percuma. Hanya isakannya yang akan keluar.

"Kamu tau kan ji dia udah punya anak istri? Kamu tau kan? Kenapa kamu masih berhubungan dengan dia jihoon? Kenapa jihoon, kenapa?"

"JAWAB PAPI PARK JIHOON?"

"enggak pi.. hiks. Jihoon gak ada hubungan apa-apa sama jinyoung. Hiks.. Maafin jihoon pi. Jihoon nggak bisa jaga diri. Maafin jihoon udah bikin malu keluarga kita. Maafin jihoon pi. Maafin."

Dengan pandangan matanya yang memburam karena dipenuhi air mata. Jihoon melihat sorot pandang mata pipinya yang melelah tapi juga mengisyaratkan luka yang mendalam.

Jihoon hanya bisa berdoa semoga papinya tidak mendiamkannya. Karena memang jika Chanyeol sudah marah di tingkat tertingginya, pria itu akan memilih diam dari pada meledak-ledak.

Menurutnya, diam lebih baik ketika seseorang sedang marah. Selain untuk meredam emosi, juga untuk mencegah keluarnya kata yang tidak diinginkan. Karena kata yang keluar ketika emosi bukanlah dari hati.

'Jadiin aku anakmu, pi. :)'

Chanyeol menatap jihoon lekat yang mana semakin membuat jihoon mengeratkan genggamannya. Jihoon menghentikan isakannya ketika mendapati Chanyeol memalingkan wajahnya sebelum terkekeh.

Captain • PanwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang