39.

8.7K 926 651
                                    

Happy reading 6k words. Semoga nggak bosen.

Guanlin membuka pintu besar kamar bercat putih dihadapannya. Ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Kaki jenjangnya melangkah tenang menunju sisi kanan kamar. Menoleh sebentar kearah sebuah gundukan didalam selimut sebelum tangannya tergerak untuk membuka pintu balkon yang masih tertutup gorden.

Ia memejamkan matanya sejenak, menikmati angin sejuk khas musim semi yang menerpa wajahnya.

"Bangun sayang, udah siang." serunya sembari melangkahkan kaki mendekati gundukan besar di balik selimut berwarna putih itu. Rupanya istrinya nya itu belum bangun juga meski sudah ia tinggal mandi dan juga olahraga di ruang gym lantai dua.

Guanlin menarik selimut putih itu pelan. Ia mengernyitkan dahinya ketika hanya mendapati tumpukan bantal yang berjejer, bukan tubuh gembul istrinya.

Guanlin beranjak menuju kamar mandi, kosong, jihoon tak ada disana. Kemana istrinya? Biasanya di jam seperti ini semenjak jihoon hamil, istrinya itu masih berada di kasurnya atau berada di kamar Zhizhu untuk membangunkan si kembar.

Tapi untuk sekarang, itu tidak mungkin karena sudah hampir 4 bulan ini Zhizhu berada di China, ikut dengan kakeknya, Siwon. Lama bukan? Sebenarnya Guanlin juga tidak tahu mengapa bisa selama ini mereka di mansion kakeknya itu. Padahal awalnya kakek tua itu berkata akan memulangkan si kembar ketika sudah satu bulan atau ketika si kembar merengek minta dipulangkan.

Mereka hanya berkomunikasi lewat video call atau telepon saja. Ketika Guanlin menanyakan kapan Zhian dan Zhua akan pulang, si kembar itu mengatakan kalau mereka akan pulang setelah menyusun ribuan lego yang Guanlin tahu, Siwon belikan supaya anak kembarnya betah di China. Kedua anak kembarnya memang sangat suka lego. Bahkan Zhian dan Zhua juga ikut kesal pada Jihoon ketika lego milik daddy nya di porak-porandakan oleh si Bunda.

Guanlin kembali keluar dari kamarnya yang juga kamar jihoon itu. Setiap ada ruangan selalu ia masuki untuk mencari sang istri, setelah istrinya nya tidak ada di lantai dua, ia mutuskan untuk ke lantai satu.

Aroma sedap ayam goreng mulai memasuki indera penciumannya ketika ia menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua. Senyuman langsung terukir di bibirnya dan ia semakin mempercepat langkahnya menuruni tangga. Pasti Jihoon ada di dapur.

Setelah sampai dilantai satu ia segera berjalan cepat membelah ruangan besar ini. Matanya terpaku pada sebuah pintu besar yang terbuka sebelah, yang mana adalah pintu dari ruang makan dan juga dapur.

"Nyonya, biar saya saja yang menggoreng nya. Saya takut tuan Lai marah."

Suara itulah yang menyambut kedatangan Guanlin di ruang makan ini. Ia dapat melihat seorang pelayan yang sedang takut-takut membujuk jihoon yang sedang menggoreng ayam. Terlihat beberapa pelayan lain yang juga ikut membenarkan bujukan si pelayan tadi.

"Nggak usah takut. Dia nggak bakalan marah bi. Lagian kalau dia marah palingan juga ngomel-ngomel bentar terus udahan." jawab jihoon membuat Guanlin terkekeh pelan.

Ia mulai melangkah mendekati istrinya. Beberapa pelayan terlihat membungkuk ketika menyadari keberadaannya. Mungkin karena suara sepatu tentara dan lantai yang saling bertubrukan.

Guanlin menghentikan langkahnya ketika ia tepat berada di belakang punggung jihoon. Baru saja Guanlin ingin melakukan back hug. Jihoon lebih dulu melangkah menuju kulkas besar dua pintu yang ada disudut ruangan. Guanlin mengekori jihoon dibelakangnya. Memperhatikan jihoon yang sedang menatap isi kulkas besar itu.

Captain • PanwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang