41.

5.6K 779 249
                                    

Jelek? Bodo amat. pengen cepet end soalnya wkwkwk.



Guanlin menghela nafasnya berat. Puas memandangi istrinya yang sedang berkutat dengan baju-baju bayi di dalam kamarnya, ia segera melangkah mendekat. Jihoon tak bereaksi apapun meski ia yakin istrinya itu tahu akan kehadirannya. Sepatu tentara yang berbenturan dengan lantai kamar mereka cukup terdengar keras. Jadi Jihoon pasti mendengarnya.

Sudah sejak dua hari yang lalu Jihoon benar-benar enggan berbicara dengannya. Hanya bicara seperlunya saja. Jika sekiranya butuh bicara ya bicara jika tidak ya tidak. Sesungguhnya itu benar-benar menyiksa Guanlin. Lebih baik Jihoon berbicara dan meminta hal yang aneh-aneh padanya daripada seperti ini.

Dua hari terlalu lama baginya dan hari ini adalah hari keberangkatannya bertugas. Ia tahu Jihoon sangat tidak bisa menerima tugas ini. Selain karena kondisi istrinya yang sedang hamil, alasan lainnya sudah pasti karena Jihoon tidak mau Guanlin meninggalkannya.

"Ji!" panggil nya dengan suara yang terdengar menggema saking hening nya.

Jihoon tak menjawab panggilan Guanlin. Asik dengan baju-baju bayi yang menumpuk dihadapannya. Baju-baju bayi yang dibelikan mertuanya sepulang dari Dubai kemarin.

Tak mendapat balasan dari istrinya membuat Guanlin tersenyum kecut. Ia membawa dirinya untuk duduk di ranjang setelah sebelumnya mendaratkan sebuah kecupan di pucuk kepala istrinya itu. Ia duduk berhadapan dengan Jihoon meski terpisah tumpukan baju bayi yang terlihat sangat menggemaskan itu.

"Jihoon." panggil nya lagi yang tentu saja tetap diabaikan oleh sang istri. Hanya semilir angin sore dari balkon yang terbuka yang menjawab panggilannya.

Guanlin menghela nafasnya berat. Ini tidak boleh berkelanjutan. Malam ini adalah hari keberangkatannya. Ia harus benar-benar bisa membuat Jihoon mengerti jika tak mau bertugas dalam keadaan banyak pikiran. Ini harus segera berakhir.

"Ji, aku—

"Daddy!"

Belum sampai Guanlin mengatakan sesuatu, atensinya langsung teralihkan ketika sebuah suara yang bersumber dari salah satu anak kembarnya menyapa indera pendengarannya.

Guanlin tersenyum sebelum menerima pelukan dari Zhian yang menubruknya. Zhua? Anak perempuannya itu lebih tertarik ke tumpukan baju-baju lucu yang seingatnya dibeli grandpa dan grandmanya waktu mereka jalan-jalan ke sebuah Mall di Dubai.

Bahkan ia belum memberi tahu tentang tugasnya pada anak kembar kesayangannya ini. Apa lebih baik tidak usah diberi tahu, karena kalau diberi tahu pun itu akan menambah bebannya. Membuat Jihoon mengerti saja sulit, apalagi Zhian dan Zhua. Belum lagi jika nanti Zhian tahu, Guanlin yakin anak lelakinya itu pasti tak akan mau membiarkan dia pergi bertugas.

"Daddy mau berangkat kerja?"

Guanlin hanya menanggapi pertanyaan Zhian dengan senyuman kecil. "Iya nanti. Zhian jangan nakal kalau Daddy kerja. Jagain bunda sama Zhua. Jangan mau lagi diajakin grandpa sama grandpa pergi, disini aja nemenin bunda sama adek. Okay?"

Zhian mengangguk sebagai sebuah jawaban membuat Guanlin terkekeh dan mengecupi anak lelakinya ini.

"Wah.. Ini bajunya yang dibeliin grandpa sama grandma kan bunda?" tanya Zhua dengan mata berbinar setelah berhasil menaiki ranjang dan duduk di samping Jihoon.

Jihoon hanya menjawabnya dengan sebuah kecupan yang ia berikan ke anak perempuannya itu. Sama sekali tidak ada minat hanya untuk mengeluarkan sebuah suara.

Captain • PanwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang