30.

7K 957 340
                                    

Ceklek..

Guanlin kembali masuk dalam kamar jihoon setelah ia menyelesaikan sarapannya bersama Chanyeol dan Baekhyun. Sebenarnya agak sedikit canggung mengingat bagaimana keadaan mereka sekarang. Sebenarnya jika bisa memilih, Guanlin ingin menghindari sarapan itu karena memang ia tidak suka suasana canggung yang selalu membuatnya bingung harus melakukan apa. Tapi berhubung ia menghormati Baekhyun yang mengajaknya sarapan, jadi dia mengikuti sarapan itu. Untung saja ada Zhian dan Zhua yang bisa membuatnya sedikit nyaman.

Guanlin sedikit terkekeh ketika melihat jihoon belum juga bangun dari tidurnya. Sejak kapan dokter ini jadi suka tidur seperti ini? Padahal biasanya dokter itu bangun terlebih dulu daripada dirinya. Bahkan jihoon juga hampir melewatkan sarapannya pagi ini mengingat hari sudah semakin siang.

"Jihoon, bangun dong. Ini udah siang loh. Kamu kok dari kemarin tidur terus sih" ujar Guanlin seiring langkahnya yang mendekat kearah ranjang.

Jihoon menggeliat pelan dalam balutan selimut putihnya. Sepertinya sedikit terganggu dengan suara Guanlin. Bersyukur tak perlu banyak mengulangi panggilannya, jihoon sudah membuka matanya dengan pelan. Menguap sebentar sebelum mengerjapkan matanya, menatap Guanlin yang sedang berdiri di samping ranjang.

"Kok kamu nggak kerja?" tanya jihoon spontan setelah melirik jam yang ada di nakas. Biasanya Guanlin sudah berangkat untuk tugas mengabdi pada negara di jam seperti sekarang.

"Aku lagi masa bebas tugas, ji." jawab Guanlin sebelum menarik tangan jihoon yang sedang terulur padanya, meminta bantuan untuk dibangunkan.

Jihoon hanya mengangguk singkat. Menggaruk bagian belakang telinganya sebelum berujar. "Kamu udah sarapan?"

Guanlin mendudukkan dirinya dipinggir ranjang. Menatap jihoon yang tampak cantik dengan muka bantalnya dan juga rambutnya yang berantakan. "Udah. Tadi sama papi mami."

Jihoon langsung menatap Guanlin dengan sebelah alisnya yang terangkat. "Papi mami siapa?"

"Ya papi mami kamu lah."

"Kok manggilnya gitu?" sarkas jihoon seraya menatap Guanlin tajam. Dapat dilihatnya sudut bibir Guanlin bergerak-gerak menandakan bahwa pria itu sedang menahan senyumnya.

"Kan bakal jadi papi mami aku juga." jawab Guanlin diakhiri dengan kekehan ringan ketika sebuah bantal yang empuk menimpuk mukanya.

Guanlin menghentikan kekehannya ketika raut wajah jihoon berubah murung. Baru saja Guanlin ingin berujar tapi jihoon sudah lebih dulu bersuara. "papi masih marah?"

"Sepertinya." jawab Guanlin setelah berpikir beberapa lama. Ya, dia tidak mungkin mengatakan kalau Chanyeol sudah baikan, karena kenyataannya Chanyeol memang masih marah mengingat pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu sama sekali tak mengeluarkan suara saat sarapan tadi. Hanya sesekali menjawab ketika Zhian dan Zhua bertanya sesuatu.

Jihoon menghela nafasnya berat dan menundukkan kepalanya. Menjambak lembut rambutnya sendiri. Sudah jihoon duga, masalah yang menimpanya kali ini memang bukan masalah biasa. Pasti papinya sangat kecewa dengannya.

"Aku mandi dulu." ujar jihoon sebelum beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi.

Guanlin tak menjawabnya. Ia hanya memandang seseorang yang sedang ia perjuangkan itu. Tak terasa ia dan jihoon sudah sejauh ini. Dari awal pertemuan mereka di akademi hingga sekarang mereka saling mencintai. Berjuang bersama menyelesaikan satu masalah lagi dan semuanya akan baik-baik saja. Bukannya jika mereka menyelesaikan masalah ini mereka akan bahagia?

Tapi akhir-akhir ini, ia melihat keraguan dimata jihoon. Entah apa yang diragukan jihoon. Mungkin masih tentang pantas kah seorang jihoon mendapatkan Lai Guanlin? Sungguh, Guanlin tak pernah mempermasalahkan apapun. Bahkan jika jihoon orang paling miskin didunia pun ia tak peduli. Entah jihoon sudah di setubuhi atau belum, ia tak peduli. Karena ia lebih mencintai pemilik tubuh itu daripada apa yang dimilikinya. Menurutnya tubuh jihoon hanya bonus, bukan tujuan.

Captain • PanwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang