37.

7.1K 807 238
                                    

"Guanlin!"

Guanlin yang baru beberapa detik membuka matanya itu langsung mencari suara yang memanggilnya sembari menguap dan merenggangkan otot.

"Tumben udah bangun." ujarnya sebelum mendudukkan diri. Mengusap muka bantalnya sebelum mengusak rambut berantakannya. Ia tersenyum ketika melihat jihoon yang sudah rapih dengan jas dokternya sedang berdiri di depan cermin panjang, membolak-balik tubuhnya dengan bibirnya yang mengercut lucu, agak tenggelam juga sebenarnya oleh pipi yang akhir-akhir ini terlihat lebih gembul dari biasanya.

"Aku gendutan ya?" tanya jihoon dengan nada yang terlihat sedikit kesal.

Guanlin hanya terkekeh. Jihoon sangat sensitif akhir-akhir ini. Jangan sampai ia salah jawab seperti sebelum-sebelumnya, yang berujung ia tidur di sofa karena Jihoon tak mau tidur dengannya. Guanlin membawa bola matanya keatas, mulai memikirkan jawaban yang tepat.

"Kalau aku bilang kamu nggak gendut kamu percaya?" tanya Guanlin hati-hati.

Jihoon tanpa pikir panjang langsung menggeleng ribut. "Enggak."

"Kalau aku bilang kamu gendut kamu marah nggak?"

"TUHKAN AKU GENDUT. ISH NYEBELIN." rajuk jihoon serasa menghentakkan kakinya kelantai sebelum melemparkan sebuah liptint yang diambilnya asal dari atas meja rias.

Guanlin hanya menerima lemparan liptint yang mengenai dahinya itu dengan lapang dada. Menghadapi jihoon yang dalam masa sensitifnya sekarang memang lah butuh kesabaran yang ekstra. Tapi ia bersyukur, setidaknya jihoon sudah tidak melamun lagi sepulang dari Mansion kakeknya sebulan yang lalu.

Mengetahui bahwa yang dikandung jihoon adalah anaknya itu agaknya membuat jihoon kembali menjalani hari-harinya dengan bahagia. Tidak melamun lagi seperti biasanya memikirkan siapa ayah dari anak yang dikandungnya. Itu semua membuat Guanlin percaya bahwa jihoon memang benar-benar mencintainya. Tapi tetap saja, menurut Guanlin, seberapa besar pun jihoon mencintainya tidak akan lebih besar dari rasa cintanya untuk jihoon, Istrinya. Terimakasih untuk Mertua Jenderal Park Chanyeol untuk 4 hari yang mengesankan itu.

"Biarpun gendut aku tetep suka kok. Kan aku cinta kamu apa adanya." ujar Guanlin mengeluarkan rayuannya yang biasanya akan berhasil meredam kemarahan jihoon. Ia menaik turunkan alisnya  sembari mengukir senyum menggoda ketika jihoon menoleh.

"JADI AKU BENERAN GENDUT? NYEBELIN BANGET SIH DASAR CUNGKRING."

Nahkan salah lagi :)

Guanlin menghilangkan senyum di wajahnya dengan segera. Ia hanya menghela nafasnya kasar sebelum turun dari ranjang king size rumahnya ini. Rumah mewah yang dulu sempat ditinggali Samuel, sementara ia tinggal di apartement. Rumah mewah dimana Jihoon menghabiskan waktu depresinya setelah kejadian yang untungnya tidak benar-benar terjadi.

Sebenarnya Guanlin sudah membeli Mansion mewah di daerah gangnam murni dari uangnya sendiri. Ah, sebenarnya ada tambahan juga dari Sehun, hanya sedikit, jadi tidak usah dihitung. Tapi jihoon tidak mau, ia lebih memilih tinggal di rumah mewah miliknya yang tak sebesar Mansion yang ia beli. Alasannya simple, ia sudah nyaman dirumah mewah Guanlin dan juga ia lebih suka rumah yang tidak terlalu besar seperti Mansion yang dibeli suaminya, lagipula rumah mewah Guanlin lebih dekat dari rumah sakit tempatnya bekerja daripada jarak Mansion ke rumah sakit.

Sebenarnya Guanlin ingin menjual kembali Mansion yang dibelinya itu, tapi ia urungkan ketika Chenle berniat membelinya dua kali lipat dari harga beli untuk ditinggali bersama calon istrinya yang orang korea. Sepupunya itu memilih menetap di korea karena sang orang tua sang istri tidak mengizinkan anaknya dibawa ke China. Akhirnya daripada harus bolak balik China Korea, Chenle memutuskan untuk tinggal di Korea.

Captain • PanwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang