Grup Chat: Lambe Ghibah PB Pamungkas
Arini (Mix Double):
Panggilan kepada saudari Gwenny untuk segera menuju markas ghibah kita. Ditunggu secepatnya, banyak kabar menarik.
Sembari menyandarkan tas raket di tembok sisi ranjangnya, Gwen tersenyum geli membaca pesan di grup chat yang paling ribut itu. Ia mengganti jersey kuningnya yang bersimbah keringat dengan kaus katun putih lengan pendek dengan logo berbentuk ceklis milik sebuah brand produser perlengkapan olahraga, khususnya bulutangkis. Usai membuka sepatu dan merapikan kuciran rambut sepunggungnya, ia menuju toilet untuk membasuh kaki dan wajah yang kepanasan setelah berlarian di lapangan menyengat siang-siang begini.
Markas ghibah yang Arini sebut pada dasarnya sebuah kamar di asrama putri PB Pamungkas. Letaknya paling dekat dengan toilet. Disebut begitu karena di kamar itulah Gwen dan empat anggota grup chat Lambe Ghibah lainnya berhimpun ketika ada gosip terbaru. Jangan berpikir karena mereka atlet lalu tidak pernah berurusan dengan dunia per-julid-an. Bergosip adalah cara paling sederhana menepis kepenatan sehabis latihan atau bertanding.
Keluar dari toilet, Gwen hanya perlu melangkah sedikit untuk sampai di 'markas'. Kamar ini dihuni Arini dan Siska, dua-duanya merupakan pemain ganda campuran. Dua-duanya juga yang paling cepat mendapat 'info' baru seputar 'kabar' para atlet bulutangkis, baik yang ranahnya hanya seputar klub, nasional, bahkan internasional. Andai tidak menjadi atlet, mereka cocok berprofesi sebagai admin akun-akun gosip Instagram.
Ketika Gwen masuk, Arini, Siska, Callista, dan Vinda sedang duduk di spasi antar-ranjang. Keempatnya tampak khusyuk menatap layar tablet yang Arini pegang sampai-sampai tak menyadari kedatangan Gwen.
"Ada gosip apaan, nih? Ada atlet yang tiba-tiba upload foto nikahannya di Instagram lagi?" Gwen bersila di ranjang Siska sambil memeluk boneka Patrick Star milik gadis berambut keriting itu.
Mendengar suara Gwen, dengan kalapnya Vinda yang posisi duduknya paling dekat dengan Gwen menarik lengan gadis itu. Gwen nyaris terhuyung karena harus turun dari ranjang dan duduk di samping Vinda secara tiba-tiba.
"Lo harus baca ini, Gwen!" Vinda merebut tablet dari tangan Arini di depannya dan mengangsurkannya ke Gwen. Sikapnya memang selalu seheboh itu. "Irfan didepak dari Pelatnas!"
"Mengundurkan diri, bukan didepak," ralat Arini. Ia menyikut lengan Vinda di sebelahnya. "Humas klub tapi ngasih info aja kurang valid. Humas abal-abal lo, Mbak!"
Vinda hanya memonyongkan bibir atas cibiran Arini. Gadis berkulit cokelat itu memang satu-satunya yang bukan atlet di grup ini. Dia salah satu pekerja di PB Pamungkas; menangani segala hal yang berkaitan dengan data dan informasi klub, kadang juga merangkap sebagai reporter dadakan jika dibutuhkan.
"Kalau dia keluar dari Pelatnas, berarti ada kemungkinan bakal balik ke klub kita dong?" Siska mulai mengira-ngira.
"Nggak juga, ah." Callista berkomentar. Di antara keempat temannya, pemain tunggal putri senior itu terbilang yang paling kalem dan objektif. "Bisa aja pensiun dini."
"Pensiun?!" Gwen membelalak histeris.
Vinda mencolek pipi Gwen. "Kenapa lo panik?"
"Disaat semua atlet pengin masuk Pelatnas, dia malah keluar dan pensiun. Nggak masuk akal." Untunglah Arini yang paling getol ingin menyusul Puput ke Pelatnas itu menyambar lebih dahulu, jadi Gwen tidak perlu repot-repot mengklarifikasi reaksinya.
"Gue nggak pengin tuh masuk Pelatnas," ungkap Siska, terdengar pasrah. "Biarin ajalah jadi pemain klub selamanya."
"Sama. Gue juga." Callista menimpali. "Soalnya udah pernah."

YOU ARE READING
REMATCH
Romancere·match /ˈrēˌmaCH/ [noun] a second match or game between two teams or players. Katanya, keberhasilan adalah kombinasi dari kemampuan dan daya juang. Tapi, kenapa titik 'berhasil' itu tidak kunjung didapat meski sudah punya keduanya? Katanya, ketika...