"Gwen itu kayak buku, Bang. Jangan pernah merasa udah kenal cuma karena lo selesai baca tentang dia di halaman pertama. Di halaman-halaman selanjutnya, Gwen bakalan bikin lo takjub saking nggak percayanya. Dan hati-hati jatuh cinta."
Begitu petuah yang Sabda sampaikan ketika beberapa hari lalu Irfan bertanya tentang Gwen. Rasa pusingnya atas sikap gadis itu yang tiba-tiba marah cuma karena alasan yang menurut Irfan sepele benar-benar membuatnya buntu. Tidak ada jalan lain bagi Irfan untuk bertanya tentang Gwen selain kepada Sabda. Meski, tentu saja, Sabda pun sempat menghujaninya dengan sejuta tanya bernada curiga yang membuat Irfan harus mati-matian mencari alasan.
Gwen seperti buku, kata Sabda. Dan Irfan bukan orang yang suka membaca buku. Pernah dia membaca sebuah novel yang Sheva bawa ke Ollivander. Baru menilik tiga lembar saja Irfan sudah sukses terlelap. Tapi mungkin akan menjadi pengecualian jika buku yang dia baca adalah Gwen. Dia dengan segala sikapnya yang kerap membuat Irfan geleng-geleng tak percaya. Gwen bagaikan dua sisi mata uang logam yang harus dipahami dalam satu waktu. Dan itulah yang bagi Irfan menarik.
"Sekali lagi, selamat datang kembali setelah libur panjang. Saya harap, di tahun yang baru ini kalian akan lebih kerja keras sesuai target yang sudah dicanangkan. Sekarang boleh mengikuti instruksi masing-masing pelatih sektor."
Irfan yang sejak tadi mencuri pandang ke arah Gwen di sisi seberangnya serta-merta kembali fokus atas kalimat penutup yang baru saja Coach David lantangkan. Enam barisan saling berhadapan itu pun membubarkan diri, membuntuti pelatih masing-masing sesuai ucapan sang kepala pelatih PB Pamungkas. Irfan nyaris saja mengekori Coach Ario—pelatih tunggal putra—jika saja tangannya tak ditarik Nazril untuk mengikuti langkah Coach Guntur menuju court tengah.
Hari ini skuat ganda campuran PB Pamungkas berlatih drive three on three. Permainan dengan pukulan-pukulan pendek akhir-akhir ini menjadi primadona di sektor ganda alih-alih mengandalkan lob-lob serang panjang. Di court seberang Irfan, ada Gwen dan sepasang ganda lainnya bernama Gading dan Arini. Sedangkan Irfan sendiri tergabung bersama pasangan Nazril dan Siska. Latihan tersebut usai setengah jam sebelum waktu makan siang.
Sesuai rencananya, Irfan langsung menghampiri Gwen yang kini berselonjor di sisi lapangan sembari menyandar pada tembok. Gadis itu tengah meneguk air mineral ketika Irfan memosisikan diri di sebelahnya. Tidak ada percakapan apa pun, keduanya khusyuk menyaksikan aksi Arini dan Siska yang sibuk memunguti shuttlecock bekas mereka berlatih. Sampai ketika dua teman Gwen itu mengajaknya ke kantin bareng, Irfan menahan pergelangan tangannya.
"Ada yang mau gue omongin sama lo." Ucapan Irfan disertai gerakan berdiri, menyamai apa yang dilakukan Gwen.
Bukan cuma Gwen, Arini dan Siska pun saling pandang bingung. Dua cewek itu menyisih begitu Gwen mengangguk.
"Lo masih marah ya sama gue?" tembak Irfan.
"Maaf."
"Gimana?" Irfan yang sebelumnya akan bersandar menjadi batal saat mendengar kata yang tidak pernah ia duga akan meluncur dari bibir Gwen. "Lo bilang apa tadi?"
"Maaf. Gue bilang kalau gue minta maaf," sungut Gwen. Ia menghadap Irfan dengan menempelkan satu bahu di dinding dan kedua tangannya terlipat di dada. "Gue terlalu kaget aja kemarin."
"Kaget?" Kening Irfan mengerut. "Kaget karena dipasangin sama gue? Kenapa?"
"Kaget karena tiba-tiba harus ganti pasangan."
Irfan menyipitkan mata curiga. Nada bicara Gwen yang lugas, seolah-olah jawaban itu sudah ia persiapkan sebelumnya, membuatnya bereaksi demikian, "Masa? Bukannya harusnya lo udah tahu kalau mesti ganti pasangan?"

YOU ARE READING
REMATCH
Romancere·match /ˈrēˌmaCH/ [noun] a second match or game between two teams or players. Katanya, keberhasilan adalah kombinasi dari kemampuan dan daya juang. Tapi, kenapa titik 'berhasil' itu tidak kunjung didapat meski sudah punya keduanya? Katanya, ketika...