REMATCH - 15

63 1 0
                                    


"Lo aja deh, Re, yang jelasin ke Tante Daisy." Permintaan Siska terdengar ragu. Ponsel milik Rega yang sebelumnya sudah gadis itu genggam ia kembalikan kepada pemiliknya.

Tak mau kalah, Rega menggeleng dan menyorongkan ponselnya lagi. Adegan itu terjadi di pinggir brankar Reval yang tampak tak terusik dengan perdebatan antara kakak dan sepupunya. Cowok yang masih memakai seragam sekolahnya itu asyik bermain ponsel.

"Mestinya lo yang bilang ke Mama. Tanggung jawab," sanggah Rega. Suaranya setenang air mukanya.

"Gimana kalau Tante marah? Atau jantungan gara-gara dengar kabar ini?"

"Emang Mama pernah marah-marahin lo?"

"Nggak, sih." Siska menyengir.

"Lo jelasinnya pelan-pelan, kasih tahu kalau Reval cuma luka-luka biasa, nggak sampai sekarat apalagi mampus."

Subjek yang menjadi pembicaraan Rega menoleh sengit, sebelum kembali menekuri ponsel. Sepertinya Reval sedang bermain game.

"Harus banget gue yang telepon?" Siska lagi-lagi menawar.

"Iya!" seru Rega dengan nada gemas.

"Tapi gue sungkan, Reeee." Siska merengek.

"Ck!"

"Iya, deh, iyaaa." Siska menyisih sembari menempelkan ponsel Rega di telinga kirinya. Sebelum benar-benar keluar dari kamar rawat Reval, ia menoleh kepada Gwen yang bersandar di pinggir pintu. Gwen membalasnya dengan anggukan, mengerti maksud kedikan kepala Siska sebagai tanda pamit sejenak.

Dan sekarang, Gwen dilanda kebingungan.

Mending ikut Siska keluar atau tetap diam di tempat?

Atau lebih baik mendekat ke ranjang Reval dan bertanya keadaannya atau—

"Gwen..."

Gwen mendongak. Dadanya seperti dihantam batu. Ia meneguk ludah yang terasa sulit sebelum memaksakan sebuah senyum canggung.

"Kok di situ aja? Nggak capek berdiri melulu?" Rega menggeret satu-satunya kursi besi di kamar itu. "Sini duduk."

Gwen melangkah ragu-ragu. Daripada duduk seperti tawaran Rega, dia memilih ikut berdiri di sisi kiri ranjang Reval, tersekat kursi besi dengan Rega.

"Kenapa rawat inap segala?" Gwen menunjuk Reval, tapi tatapannya tertuju pada Rega meski tak sepenuhnya—sesekali dia membuang muka. "Ada yang patah?"

"Ada. Hatinya Rega patah sejak kalian putus," ceplos Reval tanpa mengalihkan perhatiannya. "Sampai sekarang belum sembuh. Dia emang cupu."

Rega menanggapinya dengan gelengan sambil tersenyum teduh, membuat Gwen sangsi akan ucapan Reval.

"Syukurnya nggak ada yang serius." Rega melengkapi jawaban asal-asalan adiknya. "Mama lagi ke luar kota, jadi gue pikir mending di sini karena ada suster yang bisa rawat luka-luka dia yang masih basah dan lumayan parah."

"Iya juga sih." Gwen melirik Reval. Persis yang Rega katakan, luka-lukanya memang cukup banyak. Gwen tak habis pikir Reval masih sanggup bermain game dengan kondisi satu tangan terbalut perban seperti itu.

"Turnamen gimana, Gwen?" tanya Rega, mengembalikan wajah Gwen untuk menatapnya. "Abis juara ya kemarin? Main ganda campuran sekarang?"

"Kok tahu?" balas Gwen.

REMATCHWhere stories live. Discover now