"Gwen, ada Rega tuh di depan, mau balikin handphone lo, katanya."
Informasi Siska menjadi alasan Gwen menghentikan kegiatan memunguti puluhan shuttlecock yang berceceran sehabis latihan sesi satu siang ini.
"Rega siapa?" tanya Irfan, menghampiri Gwen.
"Temen gue."
"Kok handphone lo sama dia?"
"Panjang ceritanya." Gwen menoleh. "Gue ke depan dulu, ya."
Tak mendapat jawaban dari Irfan, Gwen menyisih begitu saja. Tanpa ia duga, cowok itu malah membuntutinya dan kini menyejajarkan langkah dengan Gwen. Tak ayal, Gwen memandangnya heran.
"Gue juga mau ketemu kurir, ambil makanan," terang Irfan.
Mereka menuju gerbang utama dalam diam.
"Kok nggak masuk?" tanya Gwen begitu menghadap Rega yang selalu memamerkan senyum hangatnya. Cowok yang mengenakan hoodie hijau pucat itu berdiri tak jauh dari pos satpam. Omong-omong, Irfan duduk di pos yang tumben-tumbenan sedang kosong. Gwen menunjuk motor Rega. "Biasanya juga parkir di dalam."
"Bentaran doang soalnya, ini gue mau langsung balik ke Bandung." Rega merogoh saku hoodie-nya dan menyodorkan ponsel Gwen. "Berarti... gue masih boleh parkir di dalam sana?"
"Ya bolehlah, emang kenapa nggak boleh?"
"Maksudnya, parkir sekaligus nontonin lo latihan. Kayak dulu."
Bola mata Gwen bergerak-gerak gelisah, seirama dengan tangan kanannya yang mengusap-usap tengkuknya yang bersimbah keringat. "Y-yaa, boleh aja, sih. Kan ada Siska juga. Sepupu lo."
"Oh iya, Mama nanyain pas gue cerita kejadian kemarin. Dia kangen lo, katanya."
"Salam ya buat Tante Daisy."
"Siap. Kalau gitu... gue cabut."
"Hati-hati, Re."
Begitu Rega menjauh bersama motor gedenya, Irfan menghadang Gwen yang hendak kembali ke hall.
"Jadi si Rega-Rega itu sepupunya Siska?"
"Lo nguping?" Gwen tersenyum geli.
"Dan sekaligus mantan pacar lo?"
Senyum Gwen langsung sirna. Kerutan di dahinya seolah mewakili suaranya untuk melontarkan balasan selanjutnya.
"Tadi dia bilang kalimat klise para mantan yang kurang kreatif." Irfan bersedekap. "Gue kasih tahu ya, cowok yang bilang kalau mamanya kangen lo gitu biasanya cuma modus ngajak balikan. Belum tentu beneran."
"Jadi?" Dari yang semula keheranan, Gwen lagi-lagi merasa respons Irfan menggelikan.
"Jadi yaaa, jangan percaya dia."
"Iyalah, gue percayanya sama Tuhan. Bukan sama mantan." Gwen geleng-geleng dan tertawa kecil. "Udah ah, gue mau makan siang... eh, lho, kok lo ngikut lagi?"
"Emang kenapa?"
"Katanya lagi nunggu kurir?"
"Udah gue cancel."
"Hah? Lo bohong, ya?" Gwen berusaha menyamai langkah lebar-lebar Irfan. "Mana ada pas jam makan siang gini malah pesan makanan. Iya, kan? Lo bohong, kan? Lo ke depan cuma mau nguping gue, kan?"

YOU ARE READING
REMATCH
Romancere·match /ˈrēˌmaCH/ [noun] a second match or game between two teams or players. Katanya, keberhasilan adalah kombinasi dari kemampuan dan daya juang. Tapi, kenapa titik 'berhasil' itu tidak kunjung didapat meski sudah punya keduanya? Katanya, ketika...