KL 7

1K 115 5
                                    

"Ehem. Exited banget nanyain kriesha. Kita ga ditanyain nih?" Sahut seorang siswa.

Kalimat yang membuat Leo yang tadinya sedang asik tersenyum seketika terdiam.

"Bu-bukan. Gue cu-cuma nanya." Sahut Leo terbata-bata.

Semua siswa ga jawab lagi, melainkan mereka senyum-senyum tidak jelas. Kriesha sendiri diam saja. Namun terdapat raut kekhawatiran di wajah nya. Lagipula kriesha sendiri merasa bersalah saat ini. Tentu saja dia khawatir. Kriesha bahkan tidak berani menatap Leo.

***

"Lea darimana kamu?" Tanya Ara begitu dirinya memasuki rumah.

"Latihan dance." Sahut Lea sambil membuka sepatu nya tanpa melihat ke arah sang mama.

"Dance lagi dance lagi. Kamu gak capek ya kena marah papa terus? Kalo dia tau kamu bakal kena marah." Sahut mama Lea.

"Dia bukan papa aku." Sahut Lea. Kini dirinya sedang menaiki tangga menuju kamar.

"Jaga omongan kamu. Kamu harusnya bersyukur karena dia sudah mengizinkan kamu masuk rumah ini lagi setelah kamu membuat mama dan papa kecewa karena ikut audisi gajelas itu." Kali ini nada bicara Ara meninggi.

Hal itu membuat Lea yang sudah berada di anak tangga terakhir terhenti. Dia berkata "Mama sadar gak sih? Ini rumah kita. Kenapa mama sebodoh itu ngebiarin laki-laki itu yang berkuasa?"

"Lea!" Bentak sang mama.

"Dari awal emang harusnya saat itu aku ikut papa aja, biar aku mati sekalian sama papa. Tapi saat itu aku masih kecil, aku ga ngerti masalah orang dewasa, aku hanya menurut karena aku percaya mama, tapi sayang mama menghancurkan kepercayaan itu sekarang."

Ara bungkam. Mulut nya kelu, bahkan hanya untuk mengucapkan satu huruf pun Ara tidak sanggup.

Lea tersenyum menatap mama nya yang tidak bisa berkata-kata lagi. Namun senyuman dengan arti kekecewaan, kekesalan, kemarahan, dan pasrah. Lea kecewa, sangat-sangat kecewa.

Lea lanjut berjalan menuju kamarnya yang sempat tertunda. Membuka pintu dengan kasar, lalu menutup pintu dengan membanting, sama kasarnya. Kemudian tubuh mungil nya ia banting kan ke kasur empuk yang besar milik nya. Air mata mulai berlinang. Seketika bayangan papa nya bergentayangan. Wajah bahagia papa nya saat sepulang kerja langsung memberi kan Lea sekotak donat bawaan nya, wajah gembira saat tau Lea sudah pandai mengendarai sepeda, wajah sedih papa nya saat melihat Lea sedang demam, wajah lelah papa nya yang sedang lembur sementara yang lain tidur, wajah, dan wajah pucat pasi saat ia di taruh ke dalam peti.

"Kenapa papa cepet banget ninggalin Lea?" Teriak Lea di dalam sela-sela tangisan nya.

***

"Kita semua balik dulu ya tante." Kata si ketua kelas sebagai perwakilan.

"Iya, hati-hati ya nak. Makasih sudah jenguk Leo." Sahut mama Leo sambil tersenyum.

"Bye Leooo." Semua siswa kemudian keluar dari kamar inap milik Leo kecuali Nana dan Kriesha. Karena hanya mereka berdua yang paling sering bicara dengan Leo. Sebenarnya Rafi juga dekat dengan nya, namun laki-laki itu sedang tidak masuk sudah sejak pagi.

"Nana kemarin ngerjain mama ya? Iseng banget sih?!" Tanya mama Leo.

Kening Nana berkerut tanda nya ia sedang bingung. Memang nya Nana ngapain? Iseng ngerjain mama Ina? Nana benar-benar tidak mengerti. Untung nya gadis itu cepat tanggap, iya melihat Leo sedang mengedipkan mata nya tanda ia harus berpura-pura.

"Hehehe" Akhir nya hanya kalimat tersebut jawaban dari Nana.

"Yang satunya pemalu ya? Dari tadi nunduk terus? Nama nya siapa nak? Kayak nya mama belum pernah liat?"

Kriesha Leonardi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang