KL 10

906 113 3
                                    

"Aku gamau tau Rey, kamu harus tanggung jawab." Ucap Tiffany lewat telepon.

Ia sudah bertengkar lewat telpon sejak 10 menit yang lalu. Hingga Tiff tak sadar ada Gerald yang sedang menguping pembicaraan nya.

"Aku bakal transfer uang berapa pun yang kamu mau asal kan gugurin anak kamu." Ucap seseorang di seberang sana.

"Apa? Segampang itu kamu suruh gugurkan setelah apa yang kamu lakukan ke aku?" Sahut Tiffany putus asa.

"Ini semua bukan salah aku sepenuhnya Tiffany. Temen kamu sendiri yang ngasih kamu ke aku dalam keadaan mabuk." Balas seseorang itu lagi.

"Rey, aku gamau tau. Kamu harus tanggung jawab. Gara-gara kamu mama jadi benci aku dan adik aku. Dan kesehatan mama aku juga terganggu." Ucap Tiffany semakin emosi.

"Aku gak peduli." Balas nya.

Setelah itu si 'Rey' itu mematikan telpon lebih dulu. Tiffany benar-benar emosi sekarang.

"Saya sendiri seumur saya hidup hingga sekarang, saya belum pernah sekali pun merasakan minuman keras." Ucap Gerald.

Tiffany bungkam. Dari awal dia memang salah. Seandainya ia tidak hobby mabok-mabokan, seandainya malam itu ia tidak usah ikut dengan teman nya, seandainya ia.......... Haha semuanya sudah berlalu. Tidak ada guna nya lagi Tiffany berandai-andai.

"Saya tidak pernah mendidik kamu seperti itu. Jika kejadian ini tidak terjadi, mungkin seumur hidup saya tidak akan pernah tau kalo kamu hobby mabuk-mabukan."

Tiffany masih hening. Semua yang dikatakan papa nya tidak salah. Semuanya benar-benar fakta.

"Sudah 25 tahun kamu hidup di besar kan oleh mama kamu dan saya, ternyata gagal."

Seusai mengomeli Tiffany habis-habisan, Gerald langsung naik ke lantai dua, menuju kamarnya.

Sebenarnya ini bukan lah yang pertama bagi Tiffany. Ia juga pernah di omeli seperti ini oleh papa nya, Gerald. Tetapi ntah mengapa yang kali ini terlalu menyakit kan bagi Tiffany. Melihat wajah lelah papa nya, ia merasa sangat bersalah. Ia merasa tidak berguna. Benar, dia tidak ada guna nya. Apa lebih baik ia meninggal kan kota bogor lalu kembali ke kota kelahiran nya, Vancouver?

***

Leo dan Kriesha kini berbaring di atas sebuah karpet sambil ngos-ngosan setelah asik bercanda.

"Lo curang kries, tangan gue di kunci jadi nya gue gabisa bales mukul lo." Ucap Leo.

Mereka benar-benar telah berubah menjadi hangat.

"Biarin. Lo sih ngarang bilang ke mama kalo gue khawatirin lo." Ucap kriesha semangat.

Setelah itu mereka hanya terkekeh. Tak ada lagi obrolan diantara keduanya. Cukup lama keheningan terjadi sampai akhir nya Kriesha berbicara sesuatu.

"Leo." Ucap kriesha.

"Hum?" Jawab Leo hanya berdehem.

"Mksh." Sahut Kriesha namun ucapan nya sangat tidak jelas. Seperti di sengaja. Mungkin ia masih gengsi?

"Apa?" Tanya Leo lagi. Dia benar-benar tak bisa mendengar apa yang Kriesha katakan.

Setelah itu Kriesha menghela napas cukup panjang. Hal ini tak lepas dari pandangan Leo.

"Makasih." Ucap nya. Dia melihat Leo yang juga tengah memperhatikan nya. Kemudian dia bicara lagi "Makasih udah buat gue bisa ketawa lagi."

Leo menatap kriesha intens. Entah apa yang tengah di pikirkan oleh nya. Namun berikutnya Leo memberikan Kriesha senyuman indah nya.

Kriesha Leonardi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang