KL 14

771 103 3
                                    

Jika ada seseorang yang mengetahui cara untuk tidak membenci seseorang, rasanya kriesha ingin membawa orang itu saat ini juga agar orang tersebut memberi tau kriesha caranya. Dia benar-benar sama sekali tidak tahu mengapa dirinya sangat membenci gadis bernama Lea. Gadis yang 3 hari yang lalu berciuman mesra dengan teman 'baru' nya, Leo. Lea dan Leo, memang sih nama nya seakan mereka memang jodoh. Tetapi mengapa rasanya kriesha menolak kenyataan itu. Perasaan apa ini sebenarnya?

"Kriesha stop." Ucap Lea sambil menahan tangan kriesha.

Umpatan tidak henti-henti nya Kriesha hatur kan kepada gadis yang kini berada tepat di hadapan nya. Kriesha mati-matian menghindari nya  namun lihat lah, gadis itu berhasil mengejar tepat disaat kelas nya tinggal melewati satu ruang kelas lagi. Benar-benar hanya selangkah lagi.

"Gue udah bilang kan kalo gue sibuk." Ucap kriesha sangat ketus. Matanya menatap Lea tajam.

Dan respon gadis itu adalah senyum. Senyum yang sama sekali tidak kriesha ketahui maksudnya.

"Ngobrol bentar doang ah, emang lo sesibuk apa sih? Lagian lo siapa? Artis juga bukan sok sibuk banget. Sekolah disini juga belum sampe 3 bulan udah sombong."

Apa-apaan cewe ini. Dia benar-benar membuang waktu kriesha. Karena benar-benar kesal kriesha langsung saja melepas kasar tangan cewe itu dari tangan nya kemudian pergi lagi. Tapi lagi-lagi manusia yang satu itu berhasil menahan nya. Membuat emosi kriesha yang sejak tadi ia tahan akhirnya meluap.

"Apalagi?" Ucap nya tegas.

"Gue cuma mau bilang, lo liat sendiri kan malam itu?" Sahut Lea tak lupa dengan senyum licik nya.

Sial. Kriesha benar-benar benci mengingat kejadian malam itu. Rasanya ia ingin sekali meremas mulut gadis di hadapan nya ini.

"Lo harus jauhin Leo."

Kalimat yang diucapkan Lea barusan berhasil membuat Kriesha membeku. Rasanya berat hati jika dia harus menjauhi Leo.

"Gue gamau." Ucap kriesha tajam dan dingin.

"Pokoknya lo harus jauhin dia." Lea bersikeras.

"Siapa yang harus jauhin siapa?"

*
*
*

Leo memandang perempuan di sebelah nya yang sedang asik mengunyah roti bakar terakhir nya. Memang cuma Nana yang makan roti bakar sebanyak itu. Roti bakar khas bandung yang berisi sepuluh potong, lima keju, lima coklat, dan Nana sanggup menghabiskan nya sendiri tanpa berbagi ke yang lain. Ia tidak rela jika harus berbagi roti bakar. Kalau makanan yang lain ia masih mau berbagi. Perempuan itu bengong sambil tetap mengunyah. Bahkan tanpa sadar kini tangan nya mengambil kertas tempat roti itu. Saat dia akan memasukkan benda itu ke mulut nya, Leo langsung menyentil dahi gadis itu.

"Itu kertas, bego." Ucap Leo.

Gadis itu meringis sambil mengelus-elus kening nya. "Ya gak di sentil juga Le, sakit ini orang tangan lo gede gitu." Omel Nana.

Yang di omelin hanya terkekeh pelan.

"Sini sampah lo sekalian gue buangin." Ucap nya sambil meraih sampah kertas bekas bungkusan roti bakar.

"Sampah? Elu dong?" Ucap Nana seusai meminum minuman nya guna melepas dahaga sehabis makan roti bakar sepuluh biji.

"Bacot mau gue buangin atau enggak? Atau lu yang gue buang nih lama-lama."

Nana langsung saja memasukkan sampah miliknya ke dalam sampah plastik milik Leo sambil terkekeh. "Sekalian kali. Keseringan bareng Kriesha sih cerewet jadinya elu tuh." Ucap nya.

"Biarin." Balas Leo sambil mengikat plastik kresek berisi sampah bekas makan mereka agar isi nya tidak berserakan nanti.

Setelah itu Leo hanya mengelus lembut kepala gadis itu. Benar-benar menunjukkan bahwa mereka sudah berteman dari beberapa tahun yang lalu. Mungkin bisa di katakan sahabat. Bahkan hal itu membuat Nana sendiri kaget.

Kriesha Leonardi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang