PART ONE - TAK SESUAI RENCANA

946 28 1
                                    

FLORENCIA LOVANDRA (25)EDITOR NOVEL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FLORENCIA LOVANDRA (25)
EDITOR NOVEL


Tanggal satu telah datang, aroma-aroma gajian mulai tercium begitu dekat. Senyum cerah karyawan menyambut hari pertama di bulan November kali ini. Ada yang berencana uang gajian nanti untuk menabung, shopping, jalan-jalan dan ada juga yang ingin me time di salon. Namun, ada juga karyawan yang justru terlihat sendu karena waktu berjalan begitu cepat.

Florencia Lovandra misalnya. Sang editor di sebuah penerbitan terkenal di Indonesia itu justru tak semangat menjalani awal November kali ini. Dia ingin kembali ke bulan sebelumnya. Menyelesaikan deadline dan tugas-tugas yang belum dia selesaikan.

"Cemberut mulu. Bentar lagi gajian, My Love."

Godaan itu mulai terdengar, dan gadis yang dipanggil " My Love" ini tetap cemberut. Hanya satu orang yang selalu memanggil Lova dengan sebutan My Love, yaitu Radena Hario Wijaya atau yang lebih akrab dipanggil Pak Raden.

"Mikir hutang ya? Aduh My Love, gue yakin lo bukan cewek yang doyan hutang. Secara ya hidup lo itu suka hambur-hamburin duit, keuanganpun diatur sedemikian rupa. Duh My Love masa lo punya hutang sih," cerocos Pak Raden.

Lova mengangkat wajah, menatap lelaki berkemeja navy yang selalu terlihat tanpa beban itu. Bak dunia dan seisinya adalah bahan lelucon yang selalu ditanggapi dengan enteng dan tertawaan.

"Apaan sih."

Setelah menjawab singkat, Lova masuk ke kubikelnya. Dia betopang dagu, melihat sticky notes yang tertempel di bagian bawah monitor. Tanda jika bulan kemarin ada tugas yang belum dia selesaikan.

"Mikir apa sih? Bingung mau bayar hutang? Sini biar Pak Raden bantu," si Radena terus menggoda Lova.

Sedangkan yang digoda tak menunjukkan banyak ekspresi. Gadis berusia 25 tahun itu hanya mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Pusing sendiri memikirkan kerjaan.

"Eh jangan diusap-usap gitu wajahnya. Nanti bedak lo luntur. Nanti keliatan," Radena menggantungkan kalimatnya.

"Nggak cantik?" Lova langsung menjawab.

"Hehe. Enggak. Tetep cantik kok. My Love sih selalu cantik di mata Pak Raden."

"Ish! Jangan panggil, My Love. Nanti gue dikira pacar lo."

Setelah mengucapkan itu Lova berdiri. Dia menggerakkan matanya agar Radena mundur dan menjauh dari kubikelnya. Bukan Radena namanya kalau tak menjaili dulu. Lelaki itu justru menghalangi Lova dengan senyum mengembang.

"Jadi pacar gue nggak ada ruginya loh," Radena menanggapi kalimat Lova barusan.

Kedua tangan Lova dengan sigap mendorong tubuh Radena yang cenderung kecil untuk ukuran lelaki berusia 27 tahun. Akhirnya Radena mundur, tapi tak serta merta dia menjauh dari Lova.

May I Love You? (愛してもいい?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang