Satu masalah dengan Lala telah selesai, bisa dibilang sesuai harapan. Yah, meski Radena tahu ke depannya akan ada rasa canggung yang tak bisa dihindari, tapi setidaknya masalahnya dengan Lala berakhir dengan baik. Radena berharap bisa kembali akrab dengan Lala, tanpa dibumbui perasaan cinta.
Sekarang, Radena harus menyelesaikan masalahnya dengan Lova. Radena ingat perbincangannya dengan Kenji, jika Lova memiliki calon suami. Tentu saja Radena tak serta merta percaya, karena itu dia ingin meminta penjelasan dari Lova.
"Nih, Den. Udah gue ACC tinggal nunggu antrian cetak."
Suara Mbak Tari membuyarkan lamunan Radena. Lelaki itu mengerjab lalu tersenyum. Radena mengambil draft milik Sharon di mana bagian atas telah tertulis kata "ACC" beserta tanda tangan Mbak Tari.
"Oke. Gue keluar dulu ya, Mbak," pamit Radena. Saat berjalan ke arah pintu, dia mendengar suara Mbak Tari.
"Gue suka kinerja lo tahun ini. Berkembang pesat."
Senyum Radena semakin tersungging. Bisa dibilang dia memang haus pujian, tapi tidak semua hal selalu ingin mendapatkan pujian. Radena senang saja kalau ada orang yang memuji kemampuan dirinya, dan dia menganggap itu adalah bahan bakar untuk perkembangan selanjutnya.
Radena menoleh lalu menatap Mbak Tari yang duduk di balik meja kerja kayu itu.
"Makasih ya, Mbak."
"Semangat terus, Den."
Lagi-lagi Radena mengangguk. Dia berjalan keluar lalu bergegas ke ruang editor. Senyum senang sama sekali tak bisa dia sembunyikan dari wajahnya.
Sampai di ruang editor, dia mendapati ruangan telah sepi. Radena celingukan mencari satu orang yang tersisa, tapi sejauh mata memandang hanya dirinya yang berada di ruangan itu.
Radena lalu mendongak melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit. Dia membuang napas panjang, pantas ruangan kosong karena sudah diluar jam kerja. Lelaki itu lalu melanjutkan langkah ke kubikelnya. Meletakkan draft milik Sharon di tumpukan paling atas, mematikan komputer lalu bergegas keluar.
Dia lupa meminta Lova untuk menunggu. Tadi terlalu senang karena bisa berbaikan dengan Lala dan bisa menyelesaikan tugasnya. Radena pun bergegas menyusul Lova, biasanya gadis itu masih mampir dulu sebelum pulang.
Sampai di pakiran, Radena melihat mobil Lova masih terpakir. Lelaki itu mengedarkan pandangan lalu melihat Lova berjalan dengan kap putih di tangan kanan yang kemungkinan berisi kopi. Radena tersenyum sambil menunggu Lova mendekatinya.
"Udah selesai meeting sama Mbak Tari?" tanya Lova kala melihat Radena berdiri di depan mobilnya.
"Udah. Syukur lo belum balik."
Lova menyeruput kopinya lalu mengangkat satu alisnya. "Emang kenapa?"
"Ada yang mau gue bicarain."
"Soal?"
Radena menarik tangan Lova yang bebas dan menarik gadis itu menuju mobilnya. Tindakan itu membuat Lova terpaksa menghentikan langkah. Dia membawa mobil sendiri dan tak ingin numpang ke mobil Radena.
"Mau ngomongin apa, sih? Bisa di sini aja nggak?" tanya Lova.
"Enggak bisa, My Love. Bahas masalah penting."
Tubuh Lova seketika kaku. Di pikirannya diliputi tanya. Buat apa Radena ngajak ngomong penting? Sepenting apa? Lova menarik tangannya dari genggaman Radena lalu membuka muka untuk menutupi keterkejutannya.
"Ngomong di sini aja deh. Males gue keluar ke mana-mana," pinta Lova.
Sebenarnya Radena butuh tempat yang nyaman dan privat untuk membicarakan masalah ini. Namun, Radena sama sekali tak bisa memaksa Lova.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
ChickLit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...