Kembali ke momen Radena dan Lala beberapa hari yang lalu, ketika akhirnya mereka menonton film bersama sepulang kerja.
"Nih, buat lo." Radena menyodorkan popcorn dan cola kepada Lala. Gadis itu pun menerimanya dengan gembira.
"Makasih, Pak."
"Sorry, ya. Gue jadi ajak lo dadakan. Sumpah La, gue nggak ada niatan jadiin lo cadangan buat gantiin Erwin. Tapi daripada sayang gue udah beli tiketnya."
"Iya, nggak apa-apa. Mayan juga nonton gratis hehe.." jawab Lala, "Ternyata Bapak barisan 'nggak mau rugi rugi club' juga ya." Lanjutnya.
"Hahaha, ya selama bisa dimanfaatkan kenapa nggak?"
"Iya sih, Pak. Lala sependapat, kok."
"Eh, La. Masuk yuk, udah dibuka tuh pintu teaternya." Ajak Radena.
"Kalau pintu hati Bapak udah dibuka belum?"
"Pintu surga, La. Udah kebuka buat lo. Sekarang tapi, ya." Radena memicingkan matanya ke arah Lala dan gadis itu pun tertawa kemudian berjalan menuju teater 1.
Lala dan Radena menonton film super hero yang tengah booming saat ini. Meski sudah terbilang cukup lama sejak hari pertama penayangannya, namun penontonnya masih banyak. Bahkan masih penuh hingga hari ini.
Setelah selesai menonton, mereka pun pindah tempat ke sebuah restoran masakan cina di mal itu.
"Mau makan apa, La?"
"Mm, Mapo Doufu, deh."
"Oke. Minumnya?"
"Lemon tea aja."
Radena pun memesan makanan. Lala mengecek ponselnya, tak lupa dia membuat Snapgram dan menulis caption 'never expect what happened today.'
"La, lo sering masak masakan cina kah?" tanya Radena.
"Mm, ya kadang. Biasanya pas imlek, kalau keluarga pada ngumpul semua, kita masak beberapa masakan cina. Kenapa?" Jawab Lala. Lala memang keturunan Tionghoa.
"Nggak apa-apa, sih."
"Bapak bisa masak?" tanya Lala kemudian.
"Eng.. gak. Cowok kan nggak harus bisa masak."
"Haha, iya sih. Tapi kalau bisa masak lebih seksi lho, Pak."
"Hahaha, gitu?"
Radena dan Lala mengobrol dan saling melempar candaan. Untuk pertama kalinya kedua orang itu bisa akrab daripada sebelumnya. Tak berapa lama, makanan mereka pun tiba dan mereka menyantap hidangan itu.
***
Sekitar lima hari berlalu, ketika Lova pergi ke Jepang untuk bulan madu dan menyisakan Radena dan Lala yang tetap bekerja seperti biasa di kantor. Selama lima hari itu pula, Radena dan Lala terlihat semakin dekat.
Mereka sering makan siang bersama sejak hari 'kencan' pertama itu. Meski begitu, Radena masih belum memperlihatkan tanda-tanda kalau dia menyukai Lala. Sementara Lala, masih sering melontarkan candaan atau sekadar memberikan kode keras untuk Radena.
"Pak?" kata Lala kepada Radena yang sedang mengetik di depan komputer.
"Hm?"
"Nanti Bapak mau makan di mana?"
"Kantin. Lo?"
"Ikut dong, Pak."
"Oke." Jawab Radena tanpa menoleh sedikitpun ke arah Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
Chick-Lit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...