Lova terbangun kala mendengar panggilan telepon di ponselnya. Gadis itu melirik jam dinding di kamarnya. Pukul satu malam.
"Duh, siapa sih malem-malem?" gumam Lova. Kedua mata gadis itu belum benar-benar terbuka, dia lalu meraih ponselnya di atas nakas.
"Hm? Mas Gavin?" kata Lova.
Dengan cepat gadis itu lalu mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo, Mas Gavin."
"Halo."
Lova tampak asing dengan suara di seberang telepon itu. Bukan suara Gavin, melainkan suara seorang wanita.
"Halo, Mbak. Ini dari Pegasus. Mbaknya kenal dengan Mas pemilik HP ini?"
"Pegasus?"
"Ya Mbak, ini Masnya mabuk berat nggak bisa nyetir. Mbaknya bisa jemput ke sini nggak?"
"O-oh! Oke oke. Tolong shareloc ya, Mbak. Saya ke sana."
"Ya Mbak, terima kasih."
Lova mengerjabkan matanya berkali-kali. Setelah dia sadar sepenuhnya dia buru-buru mengambil cardigan, dompet, dan kunci mobil lalu keluar dari kamarnya. Semua orang di rumahnya sudah tidur, dia tak mungkin membangunkan orangtuanya yang sudah terlelap, namun di satu sisi dia sudah berjanji akan memberi kabar kepada keluarganya jika ingin pergi ke manapun atau di manapun dia berada. Saat ini Lora pun juga tak ada di rumah karena menghadiri acara makrab di kampusnya. Batin Lova berdebat. Namun dia tetap harus pergi, karena Gavin butuh bantuan. Keadaannya lebih darurat dan mendesak.
Setelah memantapkan diri, Lova pun turun dan keluar rumah. Dengan perlahan dia melajukan mobilnya ke luar halaman rumahnya. Gadis itu lalu membuka chat yang dikirim dari ponsel Gavin untuk melihat di mana lokasi Gavin sekarang.
Lova lalu menyadari kalau dia masih pakai celana pendek sepaha dan sandal rumahan karena panik dan terburu-buru. Aduh Mas Gavin kenapa lagi?
Gadis itu mengkhawatirkan Gavin. "Pegasus Club. Oke. Gue dateng, Mas. Tunggu, ya," Lova mempercepat laju mobilnya.
Dua puluh menit kemudian Lova datang, gadis itu dengan tergesa-gesa masuk ke dalam club dan langsung menemukan Gavin yang terbaring di sebuah sofa.
"Mas, Mas Gavin. Ini Lova," kata Lova dengan perasaan cemas.
Kesadaran Gavin sudah hampir menghilang. Lelaki itu menggeram dan menutup matanya. Dia tak berdaya lagi. Lova lalu meminta beberapa staf laki-laki di sana untuk membantunya memapah Gavin masuk ke dalam mobilnya.
Gavin dibantu duduk di bangku samping bangku kemudi agar memudahkan Lova untuk memapahnya nanti sesampainya di apartemen. Lova lalu mengemudikan mobilnya dengan cepat. Di perjalanan dia terpikir, bagaimana nanti caranya masuk ke apartemen Gavin sementara dia tidak tahu nomor kombinasi apartemen Gavin? Bagaimana jika membawa Gavin pulang ke rumahnya saja? Lova menggeleng, mana mungkin membawa pria pulang ke rumah setelah dia kabur dan terlebih pria itu dalam keadaan mabuk berat.
Lova berpikir keras, dia tak memiliki tujuan sekarang.
"Oh iya! Mas Gerald! Kakaknya Gavin!"
Lova menepikan mobilnya, diambilnya ponsel Gavin yang tadi diserahkan oleh staf club kepadanya.
"Shit!" Lova mengomel. Bukan karena ponsel Gavin yang terkunci. Tapi dia tak bisa menemukan kontak Gerald di ponsel Gavin. Ya, itu karena Gavin menulis "Mager" sebagai display name untuk kontak Gerald di ponselnya dan mana mungkin Lova mengetahui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
ChickLit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...