Lelaki berkemeja putih dengan sweater abu-abu itu berdiri di depan pintu rumah yang masih tertutup itu. Dia memencet bel, lalu melirik ke jendela di samping pintu. Radena membuang napas panjang, berharap Lova masih di rumah dan belum berangkat ke kantor. Namun, setelah beberapa menit pintu di depan Radena belum juga dibuka.
Tet!!
Radena kembali memencet bel. Dia mengintip ke jendela dan melihat seorang gadis berjalan sambil mengikat rambut. Senyum Radena seketika mengembang, lega karena Lova belum berangkat.
Cekrek!
Lova membuka pintu dan tersentak melihat Radena berdiri di depannya. Lova merapikan rambutnya lalu memperhatikan lelaki itu dengan saksama.
"Kok lo ke sini nggak ngabarin gue dulu?" tanya Lova.
"Lo keberatan?"
Raut Lova tampak berubah, gadis itu terlihat bingung. Radena yang melihat ekspresi itu menaikkan satu alisnya. "Lo nyembunyiin sesuatu?"
"Eh enggak."
"Terus?" tanya Radena lagi.
Lova menggeleng pelan. Belum sempat dia menjelaskan, suara klakson telah terdengar. Baik Radena maupun Lova sama-sama menoleh ke sumber suara. Mereka melihat mobil hitam berhenti di depan rumah Lova, lalu seorang lelaki berkemeja marun turun.
Radena mendengus pelan. Sekarang dia tahu mengapa Lova tampak kebingungan, pastilah gadis itu sudah janjian dengan Gavin.
"Jadi, karena dia gue nggak boleh ke rumah lo?" bisik Radena dengan tajam.
Seketika Lova mengalihkan pandangannya. Dia menatap Radena, tampak tak enak ke lelaki itu. Namun, bukan salahnya dia juga karena Radena datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
"Hai," sapa Gavin setelah berdiri di depan Lova dan Radena.
"Hai, Mas Gavin," jawab Lova sedikit kikuk. Dia memperhatikan arah pandang Gavin, lelaki itu sedang menatap Radena. Pun Radena, menatap Gavin dengan pandangan yang sulit Lova artikan.
"Kalian kenapa?" Lova memecah keheningan yang tercipta.
Gavin mengalihkan pandangannya. Entahlah dia tak suka melihat Radena berada di rumah Lova, bahkan lebih dulu lelaki itu daripada dirinya. Gavin lalu memperhatikan Lova, gadis itu terlihat kebingungan.
"Kalian mau berangkat bareng?" tanya Gavin.
"Ya."
"Enggak."
Jawaban yang berbeda itu membuat Lova menatap Radena sambil setengah melotot. Lova sama sekali tak janjian dengan Radena, tapi gadis itu janjian dengan Gavin.
"Va. Gue ke sini mau jemput lo," buru-buru Radena menjelaskan. Dia menangkap sinyal kalau Lova akan menolak ajakannya.
Lova meremas ujung kemejanya. Dia bingung sendiri harus berangkat bersama siapa. "Tapi gue udah janjian sama Mas Gavin," jelas Lova akhirnya.
Senyum Gavin mengembang. Dia senang, meski datang terlambat setidaknya dia sudah janjian akan berangkat bersama Lova. Gavin tersenyum tipis, beruntunglah dia tadi gerak cepat dengan menghubungi gadis itu.
"Jadi lo nggak mau berangkat bareng gue?" tanya Radena sarat kesedihan. Dia menoleh ke Gavin yang tampak tersenyum mengejek itu.
"Oke. Kalian hati-hati," ucap Radena lalu berjalan cepat menuju mobilnya.
Melihat Radena yang buru-buru pergi, Lova sebenarnya ingin mengejar. Namun, dia ingat dengan Gavin yang masih berdiri di depannya.
"Lo mau bareng dia?" tanya Gavin melihat Lova masih memperhatikan ke arah kepergian Radena.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
ChickLit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...