"Jadi karena itu lo deketin gue, Va?"
Suara lain membuat Lova langsung menoleh. Dia tersentak melihat Gavin berdiri di depan pintu dan menatapnya dengan raut kemerahan. Lova seketika berdiri.
"Mas Gavin, gue bisa jelasin."
Brak!
Lelaki itu menutup pintu dan berjalan menjauh. Lova menatap Radena dengan sorot mata tajam. Kemudian gadis itu mengejar langkah Gavin.
Radena terdiam, tak menyangka Gavin datang dan mendengar percakapannya. Sungguh, Radena tak ada niat buruk ke Lova dan Gavin. Lelaki itu hanya ingin mengingatkan Lova, apa gadis itu masih ingat dengan motif awal mendekati Gavin atau tidak. Radena lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan, tak menyangka jika semuanya jadi rumit.
Sedangkan di koridor, Lova terus mengejar langkah Gavin. "Mas Gavin!" teriak Lova. Dia hendak menarik tangan Gavin, tapi lelaki itu buru-buru masuk ke dalam lift.
"Mas!! Gue bisa jelasin!!" teriak Lova berharap suaranya didengar oleh Gavin.
Di dalam lift Gavin terdiam sambil mengepalkan tangan. Dia datang ke mari penuh suka cita karena ingin melihat sampel novelnya. Namun, fakta mengejutkan membuat Gavin seolah dipukul mundur.
Gue bahkan masih ingat lo gencar deketin Gavin biar karier lo aman. Biar lo tetep jadi editor terbaik. Bukannya gitu?
Kenyataannya gitu kan, Va? Lo deketin Gavin biar tuh cowok nggak ngaret dari deadline. Terus lo dipuji Mbak Tari dan lo jadi editor terbaik
Kalimat Radena, terngiang di kepala Gavin. Sungguh dia tak percaya Lova bertindak sejahat itu. Hanya demi karier gadis itu mendekatinya bahkan begitu perhatian kepadanya. Sayangnya, Gavin sudah menganggap Lova teman dekat. Bahkan dia pernah memuji Lova lebih perhatian daripada Erika.
"Padahal masih lebih baik Erika," gumam Gavin.
Menurutnya dua gadis itu setipe, sama-sama mementingkan karier. Namun, Gavin tahu kalau Erika tak menghalalkan segara cara agar kariernya tetap berada di posisi atas. Tak seperti Lova, mendekati Gavin agar gadis itu tetap menjadi editor terbaik.
Tring!
Pintu lift terbuka, lamunan Gavin perlahan terputus. Dia berjalan keluar dengan rahang mengeras. Dia bertekad tak akan lagi berurusan dengan editornya yang jahat itu. Lebih baik dia langsung menghubungi Mbak Tari, toh menurut Gavin wanita itu lebih profesional daripada Lova.
"Mas Gavin!!"
Teriakan itu kembali terdengar. Gavin buru-buru mempercepat langkah, dia tak ingin melihat wajah Lova yang sok polos itu.
"Maas.. Mas Gavin!"
Di belakang lelaki itu Lova berusaha mengejar. Dia ngos-ngosan karena turun menggunakan tangga darurat. Gadis itu memaksakan diri untuk berlari mengejar Gavin. Sedikit lagi, batin Lova.
Dia baru saja menyentuh pintu kemudi mobil Gavin, tapi mobil itu langsung melaju. Lova menunduk dengan napas terengah. Dia sudah sekuat tenaga mengejar Gavin tapi lelaki itu dengan cepat pergi. Bahkan tanpa mau mendengar penjelasannya.
"Lova."
Panggilan itu membuat Lova menoleh. Dia melihat Radena berdiri dan menatapnya khawatir. Lova langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Radena penuh amarah.
"Puas lo sekarang?" sembur Lova.
Radena menggeleng pelan. Dia mendekat dan langsung menarik gadis itu ke dalam pelukan. "Sorry. Gue nggak ada maksud."
"Ya! Lo pasti ada maksud!"
Lova berontak dalam pelukan Radena. Setelah terlepas dari pelukan itu, Lova mundur beberapa langkah. Dia tak menyangka Radena mengungkapkan semuanya. "Mau lo apa sih, Den? Gue salah apa ke lo?" tanya Lova.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
Chick-Lit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...