PART TWENTY SIX - CEMBURU?

139 15 0
                                    

Gavin memutar kursinya membelakangi meja kerjanya, kini dia bisa melihat pemandangan gedung-gedung tinggi dari balik kaca ruangan kerjanya. Entah ada angin apa, dia terus terbayang akan Lova dengan lelaki bernama Radena yang ditemuinya siang ini. Entah sejak kapan dia peduli dengan itu. Apa sebenarnya hubungan Lova dengan Radena? Pertanyaan itu berulang kali muncul di kepalanya.

Gavin lalu mengacak rambutnya dan memutar kembali kursinya menghadap meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan dokumen. Gavin menepuk-nepuk kedua pipinya dengan tangan, mencoba untuk berkonsentrasi kembali pada pekerjaannya. Pikirnya, kenapa juga dia harus repot-repot dengan urusan orang lain.

Lelaki itu lalu mengambil kembali bulpoint di atas meja dan dokumen dari tumpukan paling atas. Ditandatanganinya dokumen itu setelah selesai dibaca olehnya. Kini dia mengambil dokumen berikutnya, Gavin lalu membaca dokumen itu dengan cepat.

"Makasih, Den."

Brak!

Gavin menutup map dokumen yang sedang dibacanya dengan keras hingga meja kerjanya bergetar. Lelaki itu lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Lagi-lagi dia terbayang dengan kejadian di siang ini. Wajah Lova yang canggung menatap lelaki bernama Radena itu. Sangat mengganggu.

Gavin mengambil ponsel di atas meja kerja. Diusapnya layar ponsel itu, tak ada pesan lagi dari Lova. Lelaki itu lalu mengetik sesuatu di ponselnya.

Gavin: Hi friend! How about dinner tonight?

Mata lelaki itu melotot, buru-buru dia menghapus kalimat yang baru saja diketiknya. Lelaki itu menggeleng tegas, mana ada dia mengirim pesan semacam itu kepada Lova. Apa hubungan mereka sudah sespesial itu? Bagaimana jika gadis itu nanti menganggapnya aneh, genit, terlebih jika gadis itu ternyata adalah pacar Radena.

Gavin mendesah kesal dan melempar ponselnya ke atas meja kerjanya. Dia lalu mengusap rambutnya dengan kedua tangannya. Lelaki itu tersenyum kecut.

Tok.. tok..

Perhatian Gavin teralih ke arah pintu ruangannya. Seorang lelaki jangkung dan berkacamata muncul dari balik pintu ruangan kerjanya.

"Pak," panggil Evan, sekretaris Gavin.

Gavin lalu mengisyaratkan Evan untuk masuk. Lelaki itu pun masuk ke ruangan Gavin dengan membawa sebuah komputer tablet.

"Sesuai permintaan Pak Gavin, saya sudah atur jadwal untuk ketemu Mr. Chen dari Baozhai Group menjadi hari Senin pukul 15.00, beliau sudah mengonfimasi."

"Oke, thanks."

"Sama-sama, Pak. Saya permisi," pamit Evan lalu pergi meninggalkan ruangan Gavin.

"Ah, Evan."

Evan lalu membalikkan badan setelah mendengar Gavin memanggilnya.

"Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" kata lelaki itu lalu berjalan mendekat ke arah Gavin.

Gavin menelan ludahnya. "Tolong kalau nanti Pak Gerald cari saya. Hari ini saya pulang cepat."

"Oh.. Baik, Pak."

***

"Yuk, pulang."

Lova mendongak, menatap lelaki yang sudah berdiri di depan kubikelnya itu. Melihat Radena tersenyum kepadanya, Lova langsung menunduk. Sejujurnya baru kali ini dia merasa tidak nyaman jika bertemu tatap dengan Radena, apalagi jika lelaki itu tersenyum kepadanya. Ini pasti karena pernyataan cinta lelaki itu, karena sejak pengakuan itulah Lova merasa berada pada situasi yang tidak nyaman seperti sekarang ini.

May I Love You? (愛してもいい?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang