Tring!
Pintu lift terbuka, lelaki berkemeja cokelat susu lengan pendek itu keluar dengan senyum merekah. Melihat pintu ruangannya dibuka dengan lebar, dia sengaja memelankan langkahnya. Senyum jail seketika terbit, lelaki itu masuk lalu berteriak.
"ADA BOM!!!"
Dua gadis yang sibuk dengan pekerjaannya itu berjingkat dan keluar dari kubikelnya.
"Ah apa nih?" tanya Lova panik.
"Mbak ayo keluar," ajak Lala dengan napas naik turun. Tak menyangka di kantornya menjadi sasaran orang-orang seperti itu.
"Hahahaha!"
Radena yang melihat kepanikan kedua temannya seketika terbahak. Membuat Lala dan Lova seketika sadar, mereka dikerjain.
"RADENA!!!" teriak Lova dan Lala bersamaan.
Lelaki itu menutup kedua telinganya, membuat kantong kertas yang masih di tangannya itu bergerak mengenai sisi kepalanya.
"Loh, Pak Raden udah kerja?" Lala yang lebih dulu bersuara seketika menatap Radena penuh tanya. Lalu seperti ada kembang api yang meletup-letup di hati Lala. Hingga pipi gadis itu bersemu, dan senyum manis tersungging di bibirnya.
"Iya, Den. Kok lo udah balik?" tanya Lova seraya memperhatikan teman sekantornya itu.
Senyum Radena mengembang. Inilah yang paling dia tunggu-tunggu, membuat Lova kaget. Radena mendekat ke gadis itu lalu memeluknya dengan satu tangannya.
"I miss you, Babe."
"Haha."
Lova terbahak. Ketegangan yang sempat terjadi musnah sudah. Dia membalas pelukan Radena, rindu dengan sahabatnya yang satu itu. "Kantor jadi sepi nggak ada lo. Padahal awalnya gue ngerasa nyaman, soalnya nggak ada penganggu."
"Jahat banget," bisik Radena sambil memejamkan mata. Sungguh, inilah yang dia inginkan setelah kembali dari liburan, menuntaskan rindunya terhadap Lova. Radena menyandarkan kepala di puncak kepala Lova dan menghidu shampo gadis itu yang khas buah-buahan.
"Lo kangen gue juga nggak?" tanya lelaki itu kemudian.
Senyum Lova mengembang. Bibirnya bergerak ingin menjawab, saat tatapan matanya tertuju ke Lala yang sedang menatap dengan raut berkaca-kaca. Seketika Lova mendorong dada Radena lalu mundur beberapa langkah.
"Ih modus banget sih lo peluk-peluk," kata Lova.
Perkataan itu membuat Radena tersenyum kecut. Bukan kalimat itu yang dia harapkan. Dia ingin mendengar "gue juga kangen sama lo, Den" tapi Lova tetaplah Lova, gadis yang selalu membuatnya bingung sendiri.
"Ehem," dehaman Lala membuat Radena seketika sadar. Dia melupakan fakta kalau ada juniornya. Dia memutar tubuh dan tersenyum ke Lala. Tangan Radena terulur ke puncak kepala Lala dan mengusapnya pelan.
"Gimana kabar lo?" tanya Radena.
"Baik," jawab Lala. Tiap hari gue ngangenin lo, Pak, lanjut gadis itu.
"Oh ya gue bawa oleh-oleh buat kalian."
Seketika Radena ingat dengan kantong kertas yang ada dia pegang. Dia mengeluarkan kotak berwarna putih dan mengulurkan ke Lova.
"Gue tahu lo pengen parfum ini," kata Radena.
Mata Lova seketika berbinar melihat parfum dengan dua huruf C yang seolah berpelukan itu. Dia menerima kotak itu dan mendekapnya senang. "Lo tahu banget, sih. Ini kan parfum inceran gue."
"Tahu dong."
Perhatian Radena lalu teralihkan ke Lala. Lelaki itu mengambil sesuatu dari dalam kantong kertas itu dan mengeluarkan kotak putih ke Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
ChickLit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...