"Mas Gavin, gimana..," belum selesai Lova berbicara, tiba-tiba Gavin memeluknya. Lova melotot. Lelaki menyebalkan yang sok tahu itu memeluknya?
"Mas.. Mas," panggil Lova terbata.
"Huh!!"
Gavin hanya membuang napas pelan. Dia mengeratkan pelukannya ke tubuh mungil di depannya lalu memejamkan mata.
Lova mendongak sambil berusaha melupas pelukan yang begitu erat ini. Namun, tubuhnya yang kecil tak bisa mengalahkan tubuh kekar Gavin. Lova hanya memejamkan mata, perpaduan antara kaget dan malu.
"Eh... Eh.. Apaan ini peluk-peluk?"
Radena bertolak pinggang, menatap dua orang yang sedang berpelukan itu. Tak ada tanggapan, Radena mulai menarik lengan Gavin, hingga pelukan itu perlahan terlepas.
Gavin menatap Radena dengan pandangan permusuhan. Gavin merasa lelaki di depannya ini merusak suasana. Dia butuh tempat nyaman, dan dia nyaman dengan pelukan barusan.
"Lo siapa, sih? Tiba-tiba meluk Lova. Modus banget lo," geram Radena.
Lova yang sangat malu hanya menunduk sambil meremas ujung stripe tee-nya. Dari ekor matanya, dia melihat beberapa pasang mata tertuju kepadanya. Tahu gitu gue tadi nggak nyapa, dalam hati Lova menggerutu.
Tak ada respons berarti dari Gavin. Lelaki itu hanya menatap Lova yang menunduk malu. Gavin sendiri masih bingung apa yang barusan dia lakukan. Dia lalu mengacak rambutnya frustasi.
"Woi!! Ditanyain malah nggak jawab," kata Radena. "Sok kegantengan lo," lanjutnya sambil memperhatikan penampilan Gavin: kaos press body berwarna putih dan celana jeans berwarna hitam.
"Sialnya lo emang ganteng, sih," aku Radena. "Tapi tetep gantengan gue!!"
RADENA!!!
Dalam hati Lova menjerit, bisa saja temannya itu bercanda di saat momen seperti ini. Dia ingin menghilang. Sungguh, Lova tak kuat dan rasanya tubuhnya kaku tak bisa digerakkan.
"Balik lagi! Ngapain lo meluk Lova?" tanya Radena dengan pandangan menyelidik.
"Urusai-berisik!"
Setelah mengucapkan itu Gavin meninggalkan dua orang itu tanpa menoleh. Dia sadar dengan apa yang dia lakukan barusan. MEMELUK LOVA! Gavin menggeleng pelan. Dia merasa telinganya salah dengar karena tadi mendengar suara Erika. Hingga dia memeluk gadis yang ada di hadapannya, dan itu Lova. Bukan Erika.
"Urusai?" Radena mengernyit tak paham dengan maksud perkataan lelaki itu. "Urusan selesai maksudnya?" gumamnya.
"WOI!! URUSAN KITA BELUM SELESAI!!"
Lova menutup telinganya mendengar teriakan Radena. Gadis itu lalu mendongak, melihat tampang bingung temannya itu.
"Balik sekarang!" perintah Lova lalu berjalan dengan susah payah menuju mejanya tadi. Berpelukan dengan Gavin membuat tubuh Lova tak bisa diajak bekerja sama.
Melihat Lova yang berjalan menjauh, Radena menggaruk belakang kepalanya. Lelaki berkemeja marun itu penasaran dengan kata "urusai".
"My Love, dia tadi siapa, sih?" tanya Radena sambil mengikuti Lova.
"Tanya aja sendiri."
"Gimana mau tanya, dia cuma jawab urusai. Urusan kita selesai," balas Radena. "Songong banget deh tuh cowok."
Telinga Lova rasanya panas mendengar suara Radena itu, persis emak-emak kalau berbicara, tak ada habisnya. Terpaksa Lova menghentikan langkah lalu mendongak menatap Radena.
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
ChickLit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...