PART EIGHT - JATUH CINTA

161 9 0
                                    

Tokyo, 2009

Gavin menaruh nampan berisi makan siangnya di atas meja. Di atas nampan itu ada satu mangkuk besar berisi nasi, dua piring kecil berisi salmon panggang berukuran sedang dan dua udang tempura, serta sebuah mangkuk kecil berisi sup miso.

Setelah berdoa sejenak, lelaki itu mulai menyantap makanannya dengan santai dan sesekali memperhatikan nuansa kafetaria di kampusnya yang tenang dan nyaman.

Kafetaria itu berukuran cukup besar dan luas, ada banyak meja dan kursi yang tertata rapi, dan ruangan itu juga dilengkapi dengan dinding kaca yang menampakkan hijaunya pepohonan serta pemandangan bunga sakura mekar di musim semi yang memanjakan mata. Sebuah tempat yang sangat bagus untuk sekadar menyantap makan siang.

Drrtt!
Gavin melihat ke arah ponselnya yang dia letakkan di atas meja, dia pun mengambil ponsel itu. Ada pesan masuk dari teman kuliahnya, Ryohei.

Sata Ryohei: Gavin,  where are you?

Gavin: Cafetaria.

Sata Ryohei: Wakatta. Mukae ni iku!—Oke. Gue ke sana!

Sesaat setelah membaca balasan dari Ryohei, Gavin menaruh kembali ponselnya di atas meja. Dia melanjutkan kembali acara santap-santapnya itu.

"Ano, sumimasen. Koko ni suwatte mo ii desu ka?—Maaf, saya boleh duduk di sini?"

Gavin mendongak melihat siapa yang berbicara kepadanya ketika lelaki itu sedang asyik menyantap makan siangnya. Gavin terpana ketika mata itu bertemu tatap dengan mata seorang gadis cantik yang berdiri membawa nampan berisi makan siangnya itu di hadapannya.

"Ii desu ka?- Boleh?"  tanya gadis itu lagi karena tak ada jawaban dari Gavin.

Gavin terdiam sejenak. Berusaha mencerna perkataan gadis itu.

"Aaa.. douzo.- Silakan" kata Gavin terlihat seperti orang yang salah tingkah.

"Arigatou gozaimasu.—Terima kasih."

Gadis itu kemudian duduk di kursi yang letaknya persis di hadapan Gavin dan bersiap-siap untuk makan. Gavin mengalihkan pandangannya ke makanannya lagi. Dia mengambil sumpitnya yang sempat terlepas dari tangannya itu dan bersiap untuk melanjutkan kegiatan makannya.

Sambil mengunyah makanan, Gavin melirik ke sekitarnya, kafetaria itu sangat ramai di jam makan siang ini. Hampir semua kursi dan meja telah penuh oleh mahasiswa. Namun, berbeda dari biasanya, semua mahasiswa tampak makan dengan tenang sehingga suasana kafetaria pun sangat tenang dan nyaman.

Sesaat sebelum Gavin melanjutkan makannya, matanya tak sengaja tertuju pada tangan dengan jari-jari lentik milik gadis di depannya itu. Jari-jari yang amat cantik, kuku-kukunya terlihat terawat dan sehat. Jari-jari dan kuku yang mengantarkan rasa penasaran lelaki itu untuk menatap kembali wajah pemiliknya.

Gavin menatap lagi gadis di depannya itu. Gadis itu sedang mengunyah dan bersiap menyuapkan kembali nasi ke mulutnya. Gavin bisa melihat mata bulat gadis itu, bulu matanya yang lentik, pipinya yang merah merona, dan bibirnya yang tipis terlihat segar dengan polesan lipmate berwarna coral.

Sedetik kemudian Gavin tersadar, dia mengalihkan lagi pandangannya dan mulai makan dengan cepat. Dalam benaknya dia mengomel, perbuatannya barusan sangat memalukan dan tidak sopan. Tak habis pikir dia bisa memperhatikan gadis itu sebegitu detailnya. Jelalatan kepada wanita sama sekali bukan gayanya.

Sial! Gue ngapain, sih!

Kini, Gavin telah menyelesaikan makan siangnya. Dengan cepat dia membereskan peralatan makan dan memungut ponselnya yang tergeletak di atas meja dan bersiap-siap untuk pergi.

May I Love You? (愛してもいい?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang