Lala berjalan tergopoh-gopoh ke meja kerjanya, tak jauh dari sana Radena terlihat sedang menyeduh kopi di pantry. Lelaki itu tak sengaja melihat gadis itu melintas. dia pun mempercepat langkahnya kembali ke ruangan editor dengan secangkir kopi di tangannya.
"Kenapa lo, La? Tumben banget dateng jam segini? Biasanya paling pagi," tanya Radena kepada Lala yang sekarang sedang meneguk air mineral itu.
Lala melihat ke arah jam dinding di ruangan itu, lima menit lagi mereka akan mulai bekerja.
"Aduh, Pak. Saya hampir aja ditabrak," kata Lala sambil terengah-engah.
"Hah? Ditabrak? Kok bisa?"
Radena kini menarik kursinya mendekat ke kubikel Lala. Gadis itu sedikit terkejut dengan itu, dia tampak malu dan senang karena Radena mendekatinya.
"Hm.. Jadi tadi pas Lala mau nyeberang buat naik busway dan lagi buru-buru karena udah mau telat, Lala nggak lihat ada motor yang ngelaju kencang. Untung bapak yang bawa motornya langsung ngerem dan beruntung ada orang yang nolongin Lala. Dia narik Lala ke trotoar gitu, Pak," jelas Lala kepada Radena.
Lova yang baru saja tiba, sempat mendengar cerita Lala barusan. "Waduh, lain kali hati-hati, dong, La,"
"Untung lo nggak kenapa-napa, kan? Coba kalau telat dikit itu ngerem, habis lo, La," lanjut Radena yang langsung dibalas anggukkan dari Lala.
"Lala, beneran lo nggak kenapa-napa?" tanya Lova.
Gadis itu berjalan mendekati kubikel Lala. Senyuman manis Radena menyambut kedatangan gadis itu. Lova hanya menanggapinya dengan santai.
"Pagi, My Love," sapa Radena kepada gadis pujaan hatinya itu.
"Pagi." Lova hanya menjawab singkat.
Lala melihat keduanya dengan tatapan sedih. Bagaimanapun gadis itu menyukai Radena, lelaki yang ada di dekatnya, sangat dekat, tapi seakan tak pernah melihat gadis itu. Dicengkramnya dengan erat totebag berukuran sedang yang dia bawa itu.
"Tapi, tadi yang nolongin Lala itu cowok ganteng, lho!" Lala spontan berkata seperti itu.
Awalnya dia tidak ingin membahas sosok penolongnya itu, tapi tidak ada pembicaraan lain yang bisa dia katakan agar Radena berhenti menggoda Lova di depan matanya.
"Wah, asyik dong, La. Dapet gebetan baru, nih," sahut Radena.
Lala membelalakan matanya, sungguh bukan reaksi seperti itu yang ingin dilihat dan didengarnya. Dia ingin Radena marah, cemburu, bukan malah diberi kalimat seperti itu.
"Enggak, lah! Mana ada. Lala juga nggak tahu dia siapa," jawab Lala cepat.
"Tapi, kan mungkin aja itu cowok tinggal sedaerah sama rumah lo, La," kata Radena. "Kali aja entar lo ketemu lagi," lanjutnya memikirkan kemungkinan yang terjadi.
Lova tak menanggapi, hanya terkekeh geli melihat interaksi Radena dan Lala. Radena yang suka menggoda, dan Lala tipe gadis pemalu.
"Udah, deh. Waktunya kerja nih," kata Lova setelah melihat alroji Zeca di pergelangan tangan kirinya.
"Bener juga," jawab Radena.
Kini lelaki itu memundurkan bangkunya kembali ke kubikelnya karena sebentar lagi akan memasuki jam sembilan, jam dimulainya kerja. Lova masih berdiri di depan kubikel Lala. Gadis itu tersenyum kepada Lala.
"Wah, bagus dong, La. Kalau seandainya lo bisa ketemu orang itu lagi," kata Lova membahas topik sebelumnya.
"Nggak, Mbak. Kayaknya itu cuma orang lewat aja, deh. Lala nggak pernah liat orang itu selama berangkat kerja atau jalan-jalan di sekitar rumah Lala. Baru pagi ini aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
May I Love You? (愛してもいい?)
ChickLit[COMPLETE] Soal cinta itu tak bisa ditebak, diprediksi dan dihitung dengan rumus manapun. Bisa jadi detik ini kau jatuh cinta, dan detik berikutnya kau akan terluka. Kadang cinta itu datang begitu cepat, tapi untuk melupakannya butuh waktu yang sang...