1. Home

80.2K 2.7K 25
                                    

Sebuah sedan mewah melaju membelah jalanan ibu kota. Giana memperhatikan jalanan ibu kota dengan seksama, sudah lama rasanya dia tidak kembali kesini. Sudah hampir tujuh tahun dia meninggalkan Indonesia untuk menempuh pendidikan dan bekerja diluar negeri.

Semua terasa asing bagi Giana. Tapi tetap negara ini selalu menjadi tempatnya untuk pulang.

Mobil berhenti saat lampu merah menyala. Giana tetap berdiam sambil memperhatikan keadaan diluar. Seorang anak kecil menghampiri mobilnya dengan membawa koran, dia menurunkan kaca mobilnya.

"Berapa harga korannya?" Giana bertanya kepada anak itu.

"Tiga ribu kak." Bocah lelaki itu menjawab sambil terus melihat kearah Giana yang mempesona.

Giana mengambil dompet dan ingat bahwa dia belum menukarkan uang rupiah. Hanya ada dolar di sana.

"Pak, ada pegang uang seratus ribu?" Giana bertanya pada supir yang menjemputnya.

"Ada non." Pria muda itu langsung mengambil uang di dompetnya dan menyerahkannya pada Giana dengan sopan.

Giana menyerahkan uang itu pada si bocah lalu mengambil korannya. "Nggak usah dikembalikan. Untuk kamu." Giana berkata ketika melihat bocah itu kebingungan untuk mencari kembalian.

"Terima kasih banyak kakak cantik." Lalu bocah itu berlalu sambil tersenyum lebar meninggalkan Giana. Wanita itu dapat melihat si bocah berjalan sambil melompat riang ketika meninggalkannya.

"Pak ini, nanti ditukar saja ya. Saya tadi belum sempat tukar ke rupiah." Giana menyerahkan selembar uang seratus dolar pada sang supir.

Si supir tampak terkejut, "Non, ini kalau ditukar lebih dari yang dipinjam."

Giana hanya tersenyum, tidak ingin membahas lebih lanjut. Dia menyibukkan dirinya membuka lembaran koran dan membacanya. Sang supir hanya bisa menghembuskan nafas berat melihat nona mudanya.

Mobil memasuki halaman rumah mewah bak istana milik keluarga Setiodiningrat. Siapa yang tidak mengenal Cipto Setiodiningrat, salah satu orang terkaya di Indonesia. Pemilik salah satu perusahaan rokok pertama dan terbesar di Indonesia. Cipto Setiodiningrat juga dikenal sebagai pria bertangan dingin yang berhasil memegang beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, properti dan perbankan. Tidak heran jika pria itu berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.

Giana turun dari mobil sedan itu dan langsung berjalan menuju pintu rumah yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran indah. Pintu terbuka, seorang wanita cantik berusia empat puluhan tersenyum lebar menyambutnya.

"Mama!" Giana langsung menghambur ke pelukan ibu tirinya itu, mengecup pipi wanita cantik itu dengan sayang.

"Akhirnya princess mama pulang juga! Kangen banget."

Giana tertawa sambil melepas pelukannya dan menatap wanita itu, "Hmmm... Kayaknya baru bulan lalu mama ketemu aku di New York."

"Tapi udah kangen lagi!" Mama Helen kembali memeluk Giana. Helen memang bukan ibu kandung Giana, tapi wanita itu sangat menyayangi Gia seperti anak kandungnya sendiri.
"Di, tolong bawain koper-koper Gia keatas ya."

"Baik Bu." Jawab si supir dengan hormat.

Gia dan mama Helen berjalan beriringan masuk kedalam rumah. Didalam ternyata ayahnya sudah menunggu bersama Tara dan Mario, kakak dan adiknya.

Pelukan pertama diberikan oleh Tara, lalu disusul oleh Papinya dan Mario.

"Wah tumben janda kaya raya nyambut aku." Seloroh Giana kepada Tara.

Kakak perempuannya itu langsung menjitak kepala Giana dengan cukup keras. Membuat Giana mengaduh kesakitan. Usia mereka hanya berjarak dua tahun, Tara dua puluh delapan tahun dan Giana dua puluh enam tahun. Sementara Mario berusia dua puluh tahun.

The Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang