18. Rencana Pulang Kampung

41.8K 2.2K 30
                                    

Sore itu dihabiskan Giana dengan mengajak jalan-jalan Yuni dan Dini ke salah satu mall besar. Giana menggiring kedua adik iparnya itu masuk ke salah satu toko Brand Internasional yang menjadi favoritnya, dia akan membelikan beberapa pakaian dan sepatu untuk mereka.

Kedua adik iparnya tidak sepercaya diri Giana ketika memasuki toko itu. Giana menarik mereka untuk mengikutinya. Wanita itu disambut langsung oleh Manager toko yang sudah mengenal keluarga Setiodiningrat, tentunya dia yakin Giana akan menghamburkan uang ratusan juta rupiah setiap memasuki tokonya.

Giana memilihkan beberapa baju dan sepatu untuk Yuni dan Dini. Yuni awalnya terlihat bersemangat melihat-lihat, tapi langsung terdiam ketika melihat harga dari setiap barang.

"Mbak... Ini seriusan harga kaos begini tiga belas juta?" Yuni berbisik pada Giana yang sedang memilihkan baju untuk Dini.

Giana melihat baju yang dimaksud Yuni. "Kalau kamu suka ambil aja Yun."

Yuni tiba-tiba meletakkan baju tadi ditempatnya dengan hati-hati. "Mbak, cari tempat yang lebih murah saja." Bisik Yuni lagi, membuat Giana mengerutkan keningnya.

"Nggak papah Yun, kalau kamu suka tinggal ambil." Giana meyakinkan, menatap Yuni yang terlihat salah tingkah.

"Tapi mahal banget mbak. Tadi tas yang Yuni pilih juga kayaknya mahal sekali."

Giana tersenyum pada Yuni, "Mbak nggak akan jatuh miskin karena ini Yun. Hitung-hitung hadiah, kan kalian juga nggak tiap hari kesini."

"Sekarang, ambil apapun yang kamu mau. Yang menurut kamu bagus dan kamu suka." Perintah Giana pura-pura galak, Yuni langsung memeluknya. Giana tersenyum lebar.

Giana benar-benar menghabiskan ratusan juta sore itu. Ada beberapa tas, sepatu, dan baju yang dibelinya untuk Yuni, Dini dan mertua serta pakde dan bude. Sementara untuk Hadi dia sudah meng-keep beberapa barang yang menurutnya akan cocok dipakai Hadi dan baru akan diambil setelah barang itu datang dari luar negeri.

Ketika masuk kedalam apartemen, tangan ketiga wanita itu penuh dengan barang belanjaan, membuat Hadi membelalakkan matanya kearah ketiga orang itu.

Ibu mertuanya sampai beristighfar ketika melihat banyaknya barang yang dibeli. Beliau sepertinya langsung melotot kepada Yuni dan Dini, sementara Hadi menatap Giana dengan tatapan frustasi. Karena lelaki itu tau dan paham Giana tidak akan bisa dilarang dalam hal membahagiakan orang lain.

Giana tersenyum lebar ketika selesai membagi-bagikan barang-barang belanja untuk kedua mertua, dan kedua pakde beserta istri mereka.

"Wuih iki seperti yang di tipi punya artis." Istri pakde Bagyo berkata sambil memegang dengan hati-hati tas keluaran terbaru dari Chanel itu.

"Bude tau berapa hargane?" Dini nagkat bicar, gadis itu duduk disebelah Giana sambil terus memeluk dengan sayang tas yang dipilihnya tadi.

"Piro Din?" Bude Tatik penasaran.

"Tujuh puluh juta bude." Bisik Dini.

"Sssttt... Jangan sampai mas Hadi dengar bisa diomeli nanti mbak, Din."

Giana melirik sekilas, untungnya Hadi tidak sedang berada didekat mereka. Dia takut jika Hadi tau pria itu akan marah dan mengomelinya. Karena Giana tau Hadi paling tidak suka jika Giana menghambur-hamburkan uangnya tidak tentu arah.

Bude Tatik terpekik kaget, lalu meletakkan tas itu dengan hati-hati. "Walah Gi, duit sebanyak itu bisa beli sawah dikampung malah disini cuma buat beli tas."

"Bude.. jangan keras-keras. Nanti mas Hadi dengar." Giana memohon. "Giana beliin buat bisa dipakai lama bude. Biar mahal tapi tahan lama bude." Giana meyakinkan.

The Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang