Ini sudah tiga bulan semenjak Hadi mulai bekerja. Dan sudah tiga bulan juga Hadi selalu pulang larut karena banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakannya, belum lagi dia harus mampir ke warung untuk membantu Riki sebentar disana atau hanya sekedar mengecek.
Giana sempat protes karena tiga bulan ini dia merasa seperti tersisih dari prioritas Hadi. Suaminya itu seperti berubah cuek kepadanya.
Seperti malam ini, jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan Hadi belum juga kembali. Giana tidak bisa tidur karena sejak tadi dia mencoba menelpon Hadi tapi tidak mendapat jawaban. Saat ini dia khawatir, kesal dan marah.
Takut jika sesuatu terjadi pada Hadi. Giana kembali menempelkan ponsel ditelinganya, mencoba kembali menghubungi Hadi tapi ponselnya masih tidak aktif.
Tidak lama suara pintu depan apartemen terbuka mengagetkan Giana. Terdengar ucapan salam pelan, Giana berjalan tergesa-gesa kedepan dan melihat Hadi sedang melepas sepatunya.
"Dari mana saja kamu mas?!" Cecar Giana pada Hadi yang terlihat kelelahan.
"Dari warung, bantu-bantu sedikit disana." Jawab Hadi sambil berjalan menuju kamar mereka.
Giana sudah benar-benar kesal, Hadi seperti tidak merasa bersalah sudah pulang selarut ini dan bersikap seakan tidak peduli pada kekhawatiran Giana.
"Kamu sadar ini jam berapa mas?" Giana menyusul Hadi yang sudah masuk kedalam kamar. Pria itu tengah membuka pakaiannya.
"Jam dua, Gi." Jawab pria itu santai.
Kepala Giana seperti akan meledak melihat suaminya seperti itu. "Kamu tau ini sudah jam dua pagi dan kamu nggak merasa bersalah sedikitpun sama aku yang cemas dari tadi karena kamu nggak bisa dihubungi?!" Giana menumpahkan amarahnya.
"Ponsel mas tadi mati." Hanya itu jawaban Hadi. Lalu Hadi meninggalkan Giana dan masuk kedalam kamar mandi.
Giana mendengar ponsel Hadi berbunyi sebentar, lalu Giana mendekat dan mengambil ponsel suaminya yang tergeletak diatas nakas.
Wanita itu ternganga ketika melihat ada pesan dari seseorang yang membuat darahnya mendidih.
From : Sri.
Mas, terima kasih.Ketika Hadi keluar dari kamar mandi, Giana menghampiri laki-laki itu.
"Ponsel kamu mati atau sengaja dimatikan?!" Tembak Giana dengan tajam. "Takut aku ganggu ya?!" Lalu Giana menghantamkan ponsel pria itu kedada Hadi dengan keras. Membuat pria itu mengaduh kesakitan sambil dengan cepat memegang ponselnya takut benda itu jatuh.
Giana keluar dari kamar mereka dan masuk kedalam kamar tamu, dia mengunci kamar itu dari dalam dan mulai menangis, semalaman.
Paginya Giana terbangun dengan kepala pusing dan perut yang tidak enak. Ketika dia keluar dari kamar tamu, Hadi sudah berdiri didepan pintu kamar itu. Dengan pakaian yang sudah lengkap untuk berangkat kekantor.
Giana melewati Hadi, berlalu menuju kamar utama. Kepalanya sakit, mungkin karena dia baru tidur jam empat pagi. Dan perutnya terasa tidak enak, ini karena semalam dia hanya makan sedikit karena menunggu Hadi dengan cemas. Sementara suaminya tidak peduli dan sepertinya malah bertemu dengan Sri entah dimana.
"Gi.." Hadi memanggil Giana, dan wanita itu tidak peduli, malah terus berlalu.
"Giana!" Hadi kini mencengkram tangan Giana.
"Apa?!" Giana membentak Hadi.
"Kalau suami kamu manggil itu didengar!" Emosi Hadi mulai terpancing.
Giana mengatur nafasnya, mencoba tenang. "Suami macam apa yang pulang jam dua pagi dan mendapat pesan dari mantan pacarnya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star
RomanceGiana Paramitha Setiodiningrat, perempuan teramat cantik, berpendidikan tinggi, anak dari seorang konglomerat ternama, kehidupannya diimpikan oleh setiap orang. Hadi Prayitno, pria desa yang mencari peruntungan bekerja dikota besar. Takdir mempertem...