15. Keluarga Hadi Part II

35.1K 2.4K 26
                                    

Giana memasuki lobby apartemennya dengan beberapa tentengan, diantaranya berisi banyak makanan dan sebuah berisi baju yang akan dikenakan oleh Hadi untuk acara lamaran dan akad nikah mereka.

Giana sengaja memesankan baju untuk lamaran dan akad nikah mereka disalah satu desaigner kondang ibu kota. Desaignernya pintar dan berbakat, hanya dengan modal foto Hadi, dia bisa menebak ukuran dan membuatkannya dengan pas menurut Giana. Dan tentunya Giana harus mengeluarkan uang lebih banyak agar baju itu siap dalam tiga hari saja.

Resepsionis apartemen menyapanya dengan ramah, Giana tersenyum membalas sapaan itu. Dia berjalan menuju lift, dan naik menuju unitnya.

Giana menelpon Hadi ketika sudah berada didepan pintu unit apartemennya, tidak sopan rasanya jika dia langsung masuk.

Tidak lama Hadi membukakan pintu untuknya, Giana langsung memeluk pinggang Hadi dengan erat. Dia sangat merindukan Hadi, dan khawatir pria itu tidak kembali. Tapi sepertinya kekhawatiran Giana itu terlalu mengada-ada karena Hadi kembali kepadanya.

"Kangen banget." Giana berkata sambil mencium bibir Hadi sekilas.

Hadi hanya tersenyum lebar, lalu mengambil paper bags yang dibawa Giana.

"Belum sarapan kan mas? Aku bawain sarapan." Giana melangkah masuk.

"Belum, masih pada tidur Gi." Hadi menutup pintu dibelakangnya.

"Mumpung lagi pada tidur, kekamar yuk mas." Ajak Giana.

Hadi menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum aneh kearah Giana. Tapi Giana malah tertawa terbahak-bahak.

"Aku tau senyum mesum mas itu. Tapi aku ngajakin ke kamar bukan buat nakalin mas, aku mau mas nyobain baju buat lamaran sama akad nikah." Giana mencubit pipi Hadi dengan gemas.

Hadi memasang wajah kecewa membuat Giana berbisik kearahnya. "Sabar ya sayang. Aku sebenarnya nggak sabar nunggu hari minggu, nggak sabar buat nakalin mas."

Giana tersenyum lebar ketika sadar Hadi mencengkram pinggangnya kuat.

"Yuk sekarang cobain bajunya." Giana menyingkirkan tangan Hadi dari pinggangnya, menyambar sebuah paper bag dan melangkah menuju kamar tidur utama.

"Gi, bapak ibu tidur disana." Hadi menghentikan langkah Giana.

Giana berbalik pada Hadi, "Terus mas tidur dimana?"

"Disofa didepan tv."

Giana tau, diapartememnya hanya ada empat kamar dan Hadi sudah memberitahu bahwa dua pakdenya ikut serta bersama istri mereka.

"Mas mau aku sewain unit disebelah nggak? Kayaknya kosong. Biar aku telponin resepsionisnya." Giana mengeluarkan ponselnya.

Hadi mendekati Giana dan menarik ponsel wanitanya itu. "Nggak usah, sofanya juga besar. Empuk buat tidur. Masa cuma karena mas nggak dapat kamar kamu mau nyewa apartemen."

"Nggak enak tidur disofa mas, badan mas sakit-sakit nanti." Giana berusaha mengambil ponselnya, jika perlu dia tidak akan hanya menyewa apartemen tapi langsung membelinya agar Hadi bisa tidur dengan nyaman tanpa badannya harus sakit-sakit karena tidur disofa.

Hadi seperti tau cara terbaik untuk menghentikan wanita itu. Dia memeluk Giana erat.

"Nggak perlu, Gi."

Giana diam dan balas memeluk Hadi erat, lalu Hadi menciumnya. Pria itu seperti tidak bisa menahan godaan bibir penuh nan menggoda milik calon istrinya itu. Ciuman mereka semakin dalam, Giana mendesah ketika Hadi menggigit lembut bibirnya. Tapi tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka, Giana dan Hadi buru-buru memisahkan diri hingga Giana terhuyung dan buru-buru memegang sandaran sofa yang ada didekatnya agar tidak jatuh sambil menatap gemas kearah Hadi yang tiba-tiba menggaruk kepalanya salah tingkah.

"Le.." terdengar suara perempuan memanggil Hadi.

"Ya bu.." Hadi menjawab lalu berjalan kearah ibunya yang berdiri didepan pintu kamar utama. Giana mengikuti setelah merapikan penampilannya.

"Sopo le?" Ibunya bertanya ketika melihat kearah Giana yang berjalan dibelakang Hadi.

"Bu, kenalkan ini Giana. Calon istri Hadi." Hadi mengatakan sambil memengang tangn Giana yang sudah berdiri disampingnya.

Giana tersenyum lebar kearh calon mertuanya itu, lalu mencium tangan ibu Hadi.

"Masha Allah.... Cantik sekali, leee...." Terdengar pujian. Ibu Hadi memperhatikan Giana dengan tatapan takjub.

"Beneran iki calon istrimu? Subhanallah..." Lalu ibu Hadi memeluk Giana dengan senang. Giana balas memeluk ibu mertuanya itu dengan senang.

Dia tau ibu Hadi sedang menangis, Giana mengusap punggung wanita itu dengan lembut.

"Kenapa bu?" Giana bertanya sambil melepaskan pelukannya dan melihat air mata memenuhi wajah wanita paruh baya itu.

Giana membimbing ibu Hadi menuju sofa didekatnya lalu mendudukan wanita itu disana, menyusul dia duduk disamping calon mertuanya itu sambil menggenggam erat telapak tangan wanita itu.

"Ibu kenapa? Ibu sakit?" Tanya Giana khawatir.

Ibu Hadi menggeleng, lalu mengusap air matanya dan menatap Giana lama. "Nduk, apa kamu yakin mau dinikahi oleh Hadi? Kamu sugih, cantik sekali, tidak pantas rasanya bersama anak ibu."

Giana terkejut mendengar perkataan calon mertuanya itu. "Bu, saya bukan melihat mas Hadi dari status sosialnya. Saya mencintai mas Hadi karena kegigihannya, kerja keras dan tanggung jawabnya. Jadi, ibu tidak perlu khawatir. Saya sudah yakin dengan siapa saya akan menikah bu."

"Mas Hadi yang seharusnya ibu tanya, apa dia yakin mau menikahi saya? Saya ini nggak bisa apa-apa bu, masak nggak bisa, beberes rumah nggak bisa. Pokoknya saya banyak nggak bisanya bu, saya yang takut mas Hadi bakal menyesal milih saya jadi istrinya." Giana melanjutkan sambil menatap Hadi yang berdiri tidak jauh dari mereka, pria itu menyipitkan matanya kearah Giana.

"Itu bukan masalah nduk, semua bisa belajar. Ibu hanya takut kamu salah pilih." Ibu Hadi melanjutkan sambil menatap Giana lekat.

Giana menggeleng, lalu tersenyum lebar. "Saya nggak salah pilih bu." Dia meyakinkan calon ibu mertuanya itu.

Lama mereka bercakap-cakap, Hadi meninggalkan Giana dan ibunya dan mengeluarkan makanan yang dibawa oleh Giana dan menatanya diatas meja makan.

Tidak lama kemudian seluruh keluarga Hadi sudah bangun dan terlihat takjub ketika bertemu dengan Giana. Apalagi kedua bude dan adik-adik Hadi, mereka seperti sangat mengagumi kecantikan Giana.

Giana mengobrol dengan anggota keluarga Hadi seperti mengobrol dengan keluarganya sendiri, dia senang bertemu dengan keluarga Hadi.

Hingga sore Giana berada disana menghabiskan waktu bercengkrama dengan keluarga Hadi. Tidak lupa dia menyuruh Hadi untuk mencoba baju yang tadi dibawanya sebelum wanita itu pulang.

Ketika melihat Hadi mengenakan baju itu membuat Giana benar-benar tidak sabar menunggu hari pernikahannya. Hadi adalah lelaki tertampan dan tergagah yang pernah ditemuinya, dan lelaki itu akan segera menjadi miliknya. Sungguh beruntung sekali Giana.

****

HAY HAY PEMBACAKU TERSAYANG, KARENA BANYAK YANG MINTA UNTUK AKU TETAP JUAL CERITA VERSI PDF.
UNTUK HARI INI AKU MAU KASIH PROMO KHUSUS  BELI 15 PDF HARGA 100K UNTUK PEMBELIAN PDF LAMA.

PROMO BESAR-BESARAN HANYA UNTUK JUDUL-JUDUL DI BAWAH INI YA SAYANGKU...

True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

BAGI YANG BERMINAT BISA LANGSUNG CHAT AUTHOR KE 082286282870 YAA....
XOXO

The Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang