Giana berusaha tenang, ada perasaan tidak enak saat berdua saja didalam mobil bersama Hadi. Ya walaupun saat ini Hadi menyetir dan dia sedang duduk di kursi penumpang dibelakang, tapi dia merasa Hadi sedikit lebih diam dan kaku. Apa karena perbuatannya semalam? Pikir Giana.
Saat ini dia sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah setelah menghadiri acara pelantikan ayahnya. Awalnya mereka berangkat bersama dengan satu mobil, tapi ayahnya harus langsung menuju kantor barunya untuk melakukan penyambutan ditemani oleh sang ibu, Mario ikut serta tentunya, sementara Tara harus segera berangkat ke Bandara untuk menuju ke Manokwari menghadiri acara pembukaan sekolah gratis yang dibangun dalam rangka kegiatan sosial perusahaan mereka.
Karena Giana saat ini adalah wanita tanpa kesibukan alias pengangguran, maka dia memutuskan untuk pulang. Dia juga tidak berminat ikut dengan ayahnya untuk acara penyambutan. Dan dia juga sudah gerah dengan kebaya yang digunakannya. Kebaya dengan desaign modern berwarna peach itu sebenarnya sangat cantik memeluk tubuh indah Giana, menonjolkan bagian indah ditubuhnya karena di desaign mengepas ditubuhnya yang molek.
Penampilan Giana hari ini memang terlihat sangat cantik dan anggun. Setelan kebayanya dipadukan dengan high heels yang membuat kakinya terlihat lebih indah. Hari ini rambut Giana ditata sedikit berantakan tapi terlihat manis dengan make up-nya yang dibuat se-natural mungkin oleh make up artist terkenal yang disewanya.
Tadi ketika masuk kedalam ruangan acara pelantikan bersama anggota keluarga lainnya, Giana menjadi pusat perhatian. Bahkan setelah acara pelantikan selesai, Giana yang selalu berdiri didekat kedua orang tuanya dihampiri oleh beberapa pasangan yang menawarkan Giana untuk dikenalkan kepada anak lelaki mereka, tentunya kedua orang tua Giana mengenal beberapa pasangan tersebut. Tapi sayangnya Giana tidak tertarik dan dengan sopan hanya tersenyum.
Dia tidak tertarik untuk dijodohkan dengan siapapun. Giana bisa mencari laki-laki yang pantas untuknya, tapi pandangannya tertuju pada Hadi yang sedang menyetir didepannya.
Akan sangat beruntung wanita yang bisa mendampingi Hadi. Pria yang tidak neko-neko, apa adanya, mau bekerja keras dan tidak manja tentunya. Pria yang sedang membelakanginya ini adalah pria yang bertanggung jawab, pria yang akan melakukan apapun untuk menghidupi keluarganya.
Pikiran Giana melayang, bagaimana bila Hadi menjadi pasangannya? Pasti hidup Giana akan lebih berwarna, tidak membosankan seperti saat ini. Tidak ada cerita hebat yang akan dibagikannya ke anak cucunya nanti tentang perjalanan hidupnya yang monoton dan lurus tanpa hambatan. Tapi berbeda dengan Hadi, akan ada banyak cerita dan pengalaman yang akan dibagikannya pada anak dan cucunya nanti tentang perjalanan hidupnya yang berwarna, akan ada pelajaran bermakna disetiap cerita tentang kehidupannya nanti.
"Mas Hadi sudah punya istri?" Entah apa yang merasuki Giana hingga tiba-tiba bertanya seperti itu pada Hadi ditengah keheningan mereka.
Giana tau Hadi terkejut mendengar pertanyaannya. "Be..belum non."
Giana tersenyum ketika mendengar jawaban Hadi. "Kalau pacar?"
"Sudah non." Kali ini Hadi menjawab dengan mantap.
Raut wajah Giana berubah. "Sudah ada niat untuk menikah?"
Hadi melirik Giana dari kaca spion tengah. "Sedang ngumpulin dana non."
Giana mendengus kesal. "Sudah dilamar?"
"Belum non."
Giana terdiam. Menatap keluar jendela mobil. "Kalau saya bersaing sama pacarnya mas Hadi gimana?"
Tiba-tiba mobil direm mendadak. Giana meluncur kedepan dan kepalanya menghantam sandaran kepala jok di depannya dengan cukup keras. Giana yakin keningnya akan memar setelah ini.
"Shit!" Giana mengumpat sambil memegangi keningnya.
"Non...maaf non...maaf." Hadi melihat kearah belakang, raut wajahnya terlihat khawatir memperhatikan Giana yang menatapnya sedikit kesal.
Terdengar suara klakson mobil yang bersahutan dari arah belakang mereka. Mau tidak mau Hadi memalingkan wajah kembali fokus menyetir dan mengarahkan mobilnya ketepi jalan.
Mobil berhenti, Giana melihat Hadi turun. Tidak lama kemudian pria itu muncul sambil membuka pintu mobil disebelah Giana.
Hadi beristighfar ketika melihat kening Giana yang memerah. Lalu Giana sedikit berjengit ketika merasakan dingin dikeningnya saat Hadi menempelkan kain berisi es disana. "Non, saya antarkan kerumah sakit saja ya."
Giana menggeleng. Menikmati dinginnya es yang menempel di keningnya. "Dapat dimana esnya?" Tanya Giana
"Saya minta sama penjual buah disana. Ini saya bungkus pakai sapu tangan saya non, bersih kok non." Hadi meyakinkan Giana.
Senyum menghiasi bibir Giana. Saat ini mereka berada sangat dekat, Giana menikmati melihat Hadi, memperhatikannya dengan lekat. Hingga Hadi mulai salah tingkah dan melepaskan tangannya yang sedang mengompres memar di kening Giana.
Giana tersenyum dengan sangat manis ketika melihat Hadi salah tingkah. Entah datang dari mana jiwa keagresifan Giana saat ini, dia memajukan wajahnya dan dengan tiba-tiba menempelkan bibirnya pada bibir Hadi.
Pria itu mematung ketika merasakan bibir lembut Giana berada tepat diatas bibirnya. Giana memegang wajah Hadi dengan kedua tangannya, mencium Hadi dengan lembut walaupun pria itu masih diam membeku.
"Saya serius mau merebut mas Hadi." Bisik Giana lembut ketika melepaskan bibirnya dari bibir Hadi.
"Ya Tuhan, saya dalam masalah besar!" Hadi berkata pelan sambil menatap intens kearah Giana.
Giana makin tersenyum lebar, lalu kembali mencium Hadi dengan gemas. Dan yang membuat Giana memperdalam ciumannya ketika merasakan telapak tangan Hadi memegang tengkuknya, dan membalas ciumannya. Membuat Giana merinding kesenangan.
****
Sayang sayangku, hari ini hari terakhir promo besar-besaran beli 15 pdf cerita lama harga 100k yaaa...
Bagi yang berminat bisa langsung chat author ke 082286282870 yaa guys yaa... XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star
RomansaGiana Paramitha Setiodiningrat, perempuan teramat cantik, berpendidikan tinggi, anak dari seorang konglomerat ternama, kehidupannya diimpikan oleh setiap orang. Hadi Prayitno, pria desa yang mencari peruntungan bekerja dikota besar. Takdir mempertem...