17. Giana x Hadi

25.2K 1.1K 18
                                    

Suara desahan memenuhi kamar yang dihias cantik dengan banyak bunga mawar putih itu. Sepasang anak manusia sedang menikmati malam yang panjang.

Giana menumpukan badannya pada kedua tangan dan lututnya, berusaha menahan hentakan-hentakan yang dibuat Hadi pada tubuhnya. Sementara Hadi yang berada dibelakangnya berusaha menahan sesuatu yang mendesak keluar, tapi dia tidak ingin memperlambat tempo permainannya.

Giana merasakan Hadi mencengkram pinggangnya, lalu menarik tubuhnya keluar dari tubuh Giana. Wanita itu mendesah kecewa, sang suami mengerti dan tersenyum lebar dari belakangnya. Hadi membalik tubuh Giana hingga kini mereka bisa saling menatap.

Hadi menyatukan bibir mereka, mencium bibir Giana adalah kesukaannya, dia tidak akan pernah puas dengan bibir penuh yang menggoda itu. Ditengah pagutannya, Hadi membimbing tubuhnya untuk kembali menyatu dengan Giana.

Mata Giana kembali terbelalak ketika Hadi memasukinya dengan hentakan yang sedikit kasar, desahan Giana teredam oleh bibir Hadi yang masih melumat bibirnya. Tangan Giana menelusup dirambut Hadi, menarik kuat rambut sang suami.

Hadi melepaskan tautan bibir mereka, menatap istri cantiknya lama. Melahap wajah yang luar biasa cantik itu dengan matanya. Hadi tergila-gila. Dia menjadi pria liar karena wanita yang sedang menahan desahan dengan menggigit ujung bantal didekatnya. Giana adalah candu.

"Gi... Mas... Mulai... Bulan... Depan... Kerja... Di... Kantor...utama... Papi...hhh.." Hadi berkata ditengah hentakannya, sambil sedikit terengah-engah.

Giana terlihat terkejut, "What?!!"

Wanita itu menahan tubuh Hadi, membuat lelaki itu menghentikan gerakannya.

Giana berusaha mengatur nafasnya, tubuh mereka masih menyatu. "Mas bilang apa?" Giana merasa harus memastikan ulang ucapan suaminya.

Dengan menghembuskan nafas berat, berusaha mengatur nafas, Hadi menatap Giana yang masih terbaring dibawahnya.

"Mas, bulan depan kerja dikantor utama papi."

"Papi pasti bilang ini konsekuensi nikah dengan aku kan mas?" Giana menatap Hadi lama.

"Mas sudah setuju."

"Kapan papi nyuruh mas kerja disana?"

"Sewaktu mas minta izin untuk serius dengan kamu."

"Terus mas setuju?"

Hadi menaikkan sebelah alisnya menatap Giana yang terlihat mulai kesal.

"Mas harus gimana? Mas tolak dan kehilangan kamu?"

Giana terdiam. Menyadari bahwa suaminya rela menerima persyaratan aneh dari ayahnya demi mendapatkan restu. Yang Giana takuti adalah pekerjaan yang ditawarkan oleh ayahnya akan melukai hati suaminya. Giana takut Hadi akan merasa direndahkan oleh sikap ayahnya.

"Mas merasa terpaksa?" Giana bertanya dengan hati-hati. "Kalau iya, biar aku yang ngomong sama papi."

Hadi menyentuh wajah Giana, "Mas tau apa yang kamu pikirkan, Gi. Tapi mas tidak keberatan, tidak terpaksa. Karena papi kamu memberikan alasan kenapa dia mau mas bergabung."

"Mas tetap diminta untuk melamar sesuai prosedur, harus menjalani interview sesuai prosedur. Papi mau mas memulai dari bawah, sebagai karyawan biasa. Mas kan harus belajar juga."

"Papi dan Tara mau mas berada di divisi keuangan. Papi dan Tara merasa ada yang tidak beres disana."

Giana membelalakkan matanya, "Mas jadi mata-mata?"

Hadi mengangguk, "Nggak banyak yang tau mas menantu papi. Jadi kata papi akan lebih aman."

"Dibayar berapa mas sampai mau bantu papi? Papi bisa nyuruh orang lain kan?" Protes Giana.

Hadi tertawa, lalu menghentakkan tubuhnya kembali hingga membuat Giana sedikit meringis.

"Dibayar pakai restu yang nggak mungkin mas tolak." Hadi menjawab sambil mencondongkan tubuhnya kedepan dan memeluk Giana, pria itu kemudian berbisik ditelinga istrinya itu. "Mau dilanjut atau udahan?"

Giana tertawa lalu mengecup pipi Hadi, "Lanjut.." jawabnya manja.

Hadi tersenyum lalu mulai melanjutkan perbuatannya pada Giana. Pria itu mulai menghentakan tubuhnya kembali dan Giana menarik Hadi untuk menciumnya.

Giana terpekik kecil ketika Hadi mulai memacu tubuhnya dengan kencang dan menghentaknya kasar, membawa Giana semakin melayang.

Lenguhan mereka kembali terdengar. Ketika Giana mendekati pelepasannya, wanita itu mencengkram Hadi dengan kuat. Hadi menyadari dan semakin meningkatkan intensitas gerakannya. Ketika Giana menengadahkan kepalanya, mencapai pelepasannya untuk yang kesekian kalinya, Hadi menyentak kasar dan menegang diatas tubuh Giana mengikuti pelepasan istrinya. Pria itu ambruk diatas Giana lalu menelusupkan wajahnya diceruk leher jenjang Giana, menghirup aroma Giana yang manis dan menggoda.

****

The Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang