Giana memandang Hadi yang sedang mengantarkan pesanan ke meja disebelahnya. Riki sibuk menggoreng ayam disana, harus Giana akui Riki ahli memasak. Makanan disini enak, walaupun disini khasnya ayam penyet, tapi ada menu lainnya yang tersedia.
Warung tenda yang berada di pinggir jalan ini sangat sederhana, hanya ada beberapa meja disini, tapi syukurnya semenjak buka warung ini selalu ada pelanggan. Dan malam ini lumayan ramai, semua meja penuh terisi. Dan keempat laki-laki yang menjalankan usaha ini terlihat sangat sibuk.
Awalnya Giana ingin membantu, tapi Hadi melarangnya. Dan menyuruhnya untuk duduk tenang saja.
Sudah hampir sebulan warung ini buka dan setiap malam Giana akan berada disini. Dia sudah kenal dengan Riki, Agus dan Yunus. Awalnya ketiga orang itu tidak percaya bahwa Giana dan Hadi menjalin hubungan, mereka malah berseloroh Hadi mengguna-gunai Giana. Membuat Giana tertawa terbahak-bahak, mereka tidak tau bahwa Giana yang menggoda Hadi.
Sekitar jam sepuluh malam, warung sudah berangsur sepi. Hadi membawakan Giana seporsi ayam penyet dan segelas teh hangat.
Pria itu duduk dihadapan Giana, lalu mulai menyuir-nyuir kan ayam yang ada dipiring itu. Hadi mulai menyuapi Giana, wanita satu ini tidak suka makan ayam penyet dengan sendok, tapi juga dia tidak ingin tangannya terasa panas karena sambal. Jadilah Hadi yang selalu menyuapinya jika wanita itu sedang ingin makan ayam penyet seperti ini.
Riki dan yang lainnya sudah mulai terbiasa dengan pasangan itu, terkadang jika tidak ada pelanggan mereka akan mulai menggoda Giana dan Hadi.
Giana tiba-tiba tersedak, Hadi langsung menyodorkan gelas berisi teh hangat pada Giana. Giana yang buru-buru minum malah makin terbatuk-batuk. Tapi mata Giana tidak lepas dari arah pintu masuk warung tenda itu, Hadi mengikuti arah pandangan Giana dan dia tersedak air liurnya sendiri ketika menemukan keluarga Setiodiningrat berdiri disana.
Makanan pesanan keluarganya sudah tersaji di dua meja yang digabungkan menjadi satu. Saat ini warung hanya diisi oleh keluarga Setiodiningrat bersama beberapa ajudan ayahnya.
Ketiga teman Hadi tidak menyangka bahwa Giana adalah anak dari Cipto Setiodiningrat.
"Papi tau tempat mas Hadi jualan dari mana?" Giana buka suara, dia duduk disamping Hadi.
Cipto Setiodiningrat menatap putrinya itu sambil menyipitkan mata. "Apa yang tidak papi tau."
Jawaban ayahnya itu mengandung banyak arti. Giana hanya diam, tidak melanjutkan. Awalnya dia memang cukup kaget karena kehadiran keluarganya disini, tapi segera enyah karena memang mungkin ini waktunya mereka tau tentang hubungannya dengan Hadi. Atau mungkin mereka sudah tau.
Hadi tampak sedikit canggung duduk disatu meja dengan keluarga Giana. Giana memegang tangan Hadi, menggenggamnya dan membuat pria itu terlihat sedikit santai.
Mario yang lebih dulu menyantap makanan dimeja dengan lahap. Dan disusul oleh yang lain.
Tara menyunggingkan senyum aneh kearah Giana dan Hadi, membuat Giana ingin sekali menjambak rambut kakaknya itu.
Beberapa kali mama Helen memuji rasa makanan yang enak dan sesuai dengan seleranya, malah minta dibungkuskan beberapa untuk dibawa pulang. Riki menyiapkan pesanan untuk Mama Helen dengan bersemangat.
Mario berdiri setelah selesai makan dan menghampiri Riki. Sepertinya adiknya itu ingin melihat Riki memasak. Giana dapat mendengar adiknya itu melontarkan banyak pertanyaan pada Riki.
Kini tinggal Giana, Hadi, kedua orang tuanya dan Tara. Ayahnya berdeham, lalu para ajudan yang juga sudah siap makan langsung berdiri dan berjalan keluar warung tenda itu, berdiri didepan pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star
RomanceGiana Paramitha Setiodiningrat, perempuan teramat cantik, berpendidikan tinggi, anak dari seorang konglomerat ternama, kehidupannya diimpikan oleh setiap orang. Hadi Prayitno, pria desa yang mencari peruntungan bekerja dikota besar. Takdir mempertem...