Matahari sudah mulai tinggi ketika Giana bangun. Jetlag yang dialaminya sungguh membuat jam tidur Giana berantakan. Dan kepalanya sedikit sakit karena hampir seminggu dia begadang saat malam dan tidur di pagi hari.
Giana mandi dan berpakaian santai. Celana denim dan kaos berlogo Gucci berwarna hitam. Mengikat rambutnya asal dan tanpa make up wanita itu turun ke lantai bawah, perutnya lapar. Sudah hampir jam tiga dan dia belum makan.
Ketika turun ke lantai bawah Giana hanya menemukan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk mengerjakan tugasnya. Sebenarnya Giana hanya perlu menelpon ke dapur dan makan siangnya akan diantar ke kamarnya, tapi dia tidak suka makan sendirian.
Saat berada di luar negeri Giana juga tidak suka makan sendirian, dia pasti akan mengajak temannya untuk makan bersama diluar atau mereka akan memasak bersama di apartemen Giana. Entah kenapa Giana semenjak kecil tidak suka makan sendirian, dia akan kehilangan selera makan jika makan sendiri.
Giana melongok ke dalam dapur yang luas dengan peralatan modern yang lengkap itu dan menemukan beberapa staf dirumahnya sedang asik makan bersama dilantai dengan menggunakan alas daun pisang. Ada tumpukan nasi dan lauk pauk disepanjang daun pisang itu, dan aromanya membuat Giana meneteskan air liur.
Ketika para staf melihat Giana, mereka langsung berdiri.
"Butuh apa non?" Tanya seorang perempuan yang Giana tidak ingat namanya.
Giana menggeleng, tapi matanya terfokus pada nasi dibawah itu. "Boleh saya ikut makan nggak?"
Sontak semua terbengong mendengar Giana.
"At...atau non mau saya buatkan yang baru non?" Tanya perempuan muda itu ragu.
Giana kembali menggeleng. "Saya mau ikut makan disini. Boleh kan?" Giana berjalan menghampiri para staf rumahnya itu, lalu ikut duduk dibawah. Tidak mempedulikan tatapan keheranan mereka melihat nona mudanya duduk bersila bersama mereka disini.
Seseorang mengangsurkan mangkok kecil berisi air, "Buat cuci tangan non."
Giana mengambil mangkok itu, ternyata Hadi yang memberikan padanya. Lalu mencuci tangannya, dia sudah tidak sabar untuk makan.
"Ayo makan lagi, mau sampai kapan bengongnya?" Giana berkata sambil melihat orang-orang disekelilingnya yang masih terbengong menatap wanita cantik itu. Lalu mereka mulai makan kembali.
Mata Giana terpejam saat suapan pertama berada didalam mulutnya. Sungguh nikmat sekali makan bersama seperti ini. Sudah terlalu lama dia tidak merasakan kenikmatan makan seperti ini, terlebih lagi rasa makanan ini benar-benar enak.
"Enak banget ini. Besok-besok kalau ada makan-makan begini panggil saya ya." Giana berkata sambil terus menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Dia tidak mempedulikan orang-orang yang duduk bersama dengannya terperangah tidak percaya menatap Giana.
Jarang sekali dijumpai wanita seperti Giana. Mereka tau siapa Giana, anak dari salah satu orang terkaya dengan pendidikan tinggi, ditambah kecantikannya yang luar biasa dan tidak terbantahkan, tapi mereka tidak menyangka Giana mempunyai sifat yang membumi dan tidak gengsi berada diantara para pekerja dirumahnya. Dengan latar belakang Giana banyak orang akan mengira Giana tidak mungkin melakukan hal seperti yang dilakukannya saat ini. Tapi Giana memang berbeda, dia malah suka seperti ini. Sangat menyukai ini semua.
"Lah bengong lagi. Nanti kalau kebanyakan bengong, saya yang habiskan makanannya semua lho." Giana berkelakar sambi tetap menyuap makanannya.
"Dimakan semua juga nggak papah non." Jawab seorang pria paruh baya memakai baju security.
"Bercanda pak, kalau semua juga saya nggak sanggup." Giana tertawa renyah, lalu berdiri.
"Non butuh apa non?" Seorang perempuan muda bertanya padanya.
"Mau ambil minum mbak."
"Biar saya ambilin, non duduk saja."
Giana kembali tertawa, "Cuma ngambil minum saya bisa sendiri."
Dia bukan anak yang manja. Sedari dulu Giana selalu ingin melakukan sesuatu sendiri, tapi orang-orang disekelilingnya selalu menyediakan apapun yang dibutuhkannya, tidak membiarkan Giana melakukan apapun sendirian. Maka dari itu dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah diluar negeri agar dia bisa mandiri. Berbeda dengan Tara dan Mario yang memang lebih memilih untuk berkuliah disini, walaupun sebenarnya mereka bisa memilih dengan bebas kemana mereka akan berkuliah. Tara memang lebih memilih berkuliah disini karena ketika memulai kuliah dia sudah bekerja diperusahaan milik ayah mereka, sementara Giana tidak ingin ikut serta dibisnis ayahnya karena memang dia tidak berminat dan lebih tertarik pada dunia fashion design terkhusus mendesaign perhiasan. Sedangkan Mario memang manja, dia tidak ingin sekolah keluar negeri karena tidak mau berpisah dari Mama Helen.
Giana kembali bergabung dengan membawa segelas air. Dia melanjutkan makan sambil mengobrol dengan para staff rumahnya itu. Giana suka mendengar orang bercerita tentang pengalaman hidup mereka. Sungguh berwarna.
Seperti semalam dia tidak bosan-bosannya mengorek pengalaman hidup dari supir keluarganya yang tampan. Ah Giana sedari awal sudah menaruh perhatian lebih pada supir yang baru dijumpainyai itu. Dia lebih muda dari beberapa supir yang bekerja disini, dan perawakannya yang tegas tapi sopan menarik perhatian Giana. Apalagi setelah mendengar pria itu bercerita tentang dirinya, menambah kekaguman Giana. Hadi adalah pria yang berjuang untuk keluarga dan hidupnya, sungguh pria yang gigih dan tidak pernah pilih-pilih dalam bekerja. Walaupun seorang sarjana dia mau untuk bekerja sebagai kuli bangunan, supir angkot dan bahkan menjadi supir pribadi. Giana sangat terkesan dengan kegigihannya, ceritanya membuat Giana kagum pada sosok yang tengah makan dihadapannya itu.
Lama Giana memperhatikan Hadi. Pria itu memiliki kulit yang sedikit gelap tapi bagi Giana terlihat sangat seksi, lalu rahangnya yang tegas, tingginya mungkin sekitar seratus delapan puluh cm, badannya terlihat liat dan lengannya cukup berotot, dan dia terlihat sangat tampan dan gagah menurut Giana. Tapi yang lebih membuat Giana terpesona adalah mata pria itu, saat menatap sepasang mata itu Giana dapat melihat ketenangan, kegigihan dan ketulusan dari sorotnya yang seperti menenggelamkan Giana.
Astaga! Giana buru-buru mengalihkan pikirannya dan kembali fokus pada makan siangnya.
"Enak banget nasi liwetnya mbak. Kapan-kapan buat lagi ya." Giana berkata setelah selesai membantu membuang daun pisang alas tempat makan mereka tadi.
"Oh iya mas Hadi, antarin saya ke mall ya. Saya ganti baju sebentar." Sambung Giana sambil melihat kearah pria yang sedang mencuci tangan itu.
"Baik non. Saya siapkan mobil dulu non." Jawab pria itu, lalu beranjak meninggalkan dapur. Giana kembali memperhatikan punggung tegap Hadi.
Sebenarnya Giana tidak ada niat untuk keluar rumah hari ini. Tapi dia ingin mengobrol atau kembali mendengar tentang pengalaman pria itu.
****
HAY HAY PEMBACAKU TERSAYANG, KARENA BANYAK YANG MINTA UNTUK AKU TETAP JUAL CERITA VERSI PDF.
UNTUK HARI INI AKU MAU KASIH PROMO KHUSUS BELI 15 PDF HARGA 100K UNTUK PEMBELIAN PDF LAMA.PROMO BESAR-BESARAN HANYA UNTUK JUDUL-JUDUL DI BAWAH INI YA SAYANGKU...
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step MotherBAGI YANG BERMINAT BISA LANGSUNG CHAT AUTHOR KE 082286282870 YAA....
XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star
RomanceGiana Paramitha Setiodiningrat, perempuan teramat cantik, berpendidikan tinggi, anak dari seorang konglomerat ternama, kehidupannya diimpikan oleh setiap orang. Hadi Prayitno, pria desa yang mencari peruntungan bekerja dikota besar. Takdir mempertem...