19. Pulang Kampung I

38.2K 2.3K 28
                                    

Giana terbangun dengan Hadi yang memeluk pinggangnya erat. Giana melirik jam di nakas, masih jam empat pagi. Wanita itu berusaha menyingkirkan lengan berotot Hadi dari pinggangnya, setelah berhasil Giana mengambil kimono yang tergeletak dilantai lalu memakainya. Giana memungut lingerie merahnya yang teronggok didekat tempat tidur, lalu memungut dan menatap sedih benda yang sudah tidak bisa dikenakan lagi olehnya karena sudah robek, kelakuan siapa lagi kalau bukan Hadi.

Giana masuk kedalam kamar mandi untuk buang air kecil sambil membawa lingerienya untuk dibuang ditempat sampah, sayang sekali benda itu harus berakhir ditempat sampah padahal dia menyukainya.

Ketika Giana keluar dari kamar mandi, ternyata Hadi bangun dan duduk bersandar dikepala tempat tidur. Pria itu menatap Giana intens.

"Kok bangun mas?" Giana berkata sambil menuangkan air digelas lalu meminumnya.

"Kebangun nggak ada kamu."

Giana kembali naik ketempat tidur sambil membawa gelas berisi air dan mengangsurkan kepada Hadi. Hadi meminum air digelas dan menandaskannya. Giana mengambil gelas gosong dan meletakkannya dinakas disamping tempat tidur.

"Mas suka perhatian kamu. Melayani sekali, jarang perempuan seperti kamu mau melayani hal-hal kecil seperti ini."

"Perempuan seperti aku?" Giana mengerutkan dahinya.

"Iya, jarang perempuan 'setinggi' kamu mau melayani laki-laki." Hadi menyelipkan rambut Giana yang lolos dari gelungan kebelakang telinga wanita itu. "Ingat waktu pertama kali kita makan bakso. Kamu menuangkan air untuk mas, padahal mas cuma supir kamu. Nggak pantas rasanya kamu melakukan hal seperti itu untuk mas."

Giana tertawa, tawa yang selalu disukai Hadi. "Reflek waktu itu mas."

"Mas suka kamu seperti itu, mas merasa dihargai."

Giana membaringkan kepalanya didada telanjang Hadi. "Dulu sewaktu pacaran sama Sri memangnya nggak dilayani?" Giana penasaran.

Hadi tertawa sambil mengelus kepala Giana, memainkan rambut pirang istrinya.

"Sri itu manja. Kehidupannya terbiasa enak. Sewaktu mas pacaran sama dia kami hanya bertemu dan duduk didepan rumah dan selalu ditunggui oleh ibu atau salah satu pekerja dirumahnya. Karena waktu itu kan belum disetujui."

"Setelah disetujui?" Giana kembali bertanya penasaran.

"Setelah disetujui ya mas langsung ke Jakarta nyari kerja. Jadi nggak sempat pacaran lagi..."

Giana memukul perut Hadi tiba-tiba. Entah kenapa dia melakukan itu. "Terus kalau ada kesempatan mau pacaran lagi?!"

Hadi tau istrinya kesal mendengar tentang Sri, padahal wanita itu yang awalnya bertanya.

"Memangnya boleh?" Hadi bertanya jahil.

Giana menegakkan tubuhnya, memelototi Hadi. "Jangan coba-coba!"

Hadi tertawa lalu menarik Giana kepelukannya. "Nggak akan. Mas sudah merasa sangat beruntung mendapatkan kamu."

Giana mengecup rahang Hadi. Pria kesayangannya. Jika ada yang berani merebut Hadi darinya, maka Giana tidak akan tinggal diam. Dia seorang Setiodiningrat, apapun bisa dilakukannya jika dia mau.

"Gi, habis subuhan mas minta jatah lagi ya?" Hadi berbisik ditelinga Giana.

"My body is yours, pak supirku." Giana berbisik dengan sangat seksi ditelinga Hadi membuat pria itu merinding kesenangan.

Giana dan Hadi baru bangun jam sebelas siang setelah kegiatan bercinta lanjutan yang dilakukan sehabis subuh tadi.

Giana merasa badannya remuk setelah digunakan oleh Hadi untuk memuaskan dirinya. Bukannya Giana tidak menyukainya, wanita itu menyukai kegiatan bercinta mereka. Hanya saja tenaga pria itu luar biasa dan membuat Giana kewalahan, Giana tidak menyangka jika Hadi bisa menjadi pria bar-bar diatas ranjang mereka, padahal jika diluar sikap pria itu tenang dan terkesan cuek. Malah Giana yang lebih agresif jika mereka berada diluar, tapi lain cerita jika sudah berada didalam kamar. Hadi seperti mengusai Giana dengan tubuhnya, tidak ada kata ampun jika sudah dikungkung oleh tubuh Hadi.

Ketika Hadi selesai mandi dan berpakaian, Giana masih berbaring diranjang mereka yang berantakan.

"Mas mau ketempat ibu, kamu ikut?" Hadi duduk didekat Giana.

"Badanku sakit semua mas, aku mau pijat dulu. Lagian aku mau packing buat kita berangkat besok pagi." Giana menjawab sambil mengelus lengan Hadi, kebiasaan yang sulit dihilangkan untuk menyentuh Hadi setiap saat.

"Mas keterlaluan ya tadi?" Hadi menatap Giana sambil memijat lembut tangan Giana yang tadi mengelusnya.

"Keterlaluan banget. Tapi aku senang... Dan puas." Giana mengedipkan matanya dengan menggoda.

"Mas nggak papah kan sendirian ketempat ibu? Aku benar-benar butuh pijat, soalnya besok kan kita balik ke kampung mas naik mobil."

Hadi memang mengatakan jika mereka akan pulang ke kampung halaman Hadi menggunakan transportasi darat karena keluarganya tidak mau menggunakan pesawat terbang karena takut. Dan Giana tidak keberatan karena ini juga menjadi pengalaman pertamanya menempuh perjalanan jauh menggunakan mobil, dan pasti akan menyenangkan.

"Ya sudah, kamu istirahat sekalian pijat saja. Mas disana cuma sebentar, terus pulang kesini."

Giana tersenyum. Hadi mengecup keningnya, lalu keluar dari kamar. Dan Giana kembali tidur, dia sudah membuat janji dengan salah satu tukang pijit langganan keluarganya selesai makan siang nanti.

Setelah mandi, makan siang yang terlambat lalu pijat dan dilanjutkan tidur. Rasanya badan Giana sudah kembali segar.

Sudah jam empat sore, Hadi memang belum kembali. Giana memutuskan untuk packing. Ada dua koper yang terbuka dihadapannya, tapi Giana lupa bahwa bajunya sudah dipindahkan semua ke apartemen hanya sisa sedikit dirumah orang tuanya ini. Dan juga Hadi hanya sedikit membawa baju dari kosnya sewaktu akan menginap disini.

Giana adalah tipe perempuan praktis, dia tidak ingin ribet. Jika dia meminta Hadi membawakan baju-bajunya maka sudah bisa dipastikan bahwa pria itu akan kebingungan karena walk in closet di apartemennya sudah seperti toko baju.

Giana mengambil ponselnya, menghubungi salah satu manager store langganannya dan meminta dikirimkan baju, sepatu, hingga dalaman bermerk untuk dia dan Hadi. Dengan semangat manager store itu mengirimkan foto-foto baju, sepatu dan pakaian dalam yang bisa dipilih Giana. Wanita itu dengan bersemangat memilih dan mengirimkan foto barang yang diinginkannya. Mentransferkan sejumlah uang total dari belanjaannya melalui mobile banking miliknya serta tips untuk sang manager store dan pesanannya akan segera diantarkan. Giana hanya perlu menunggu sambil menyesap tehnya dengan santai dikamarnya yang sudah rapi.

Tidak begitu lama, barang-barang pesanannya sudah tiba dirumah. Giana tersenyum puas ketika melihat koper dihadapannya sudah diisi dengan barang miliknya dan Hadi yang akan mereka bawa besok.

Giana tidak sabar untuk ikut pulang ke kampung halaman Hadi. Wanita itu tidak sabar untuk bertemu dengan keluarga Hadi yang lainnya. Sanking bersemangatnya, Giana memesan banyak makanan dan oleh-oleh untuk dibawa kesana. Semoga keluarga Hadi yang berada disana suka.

Hadi kembali kerumah sebelum maghrib. Dan terkejut melihat dua koper besar dan tumpukan makanan yang sudah dipersiapkan Giana untuk mereka bawa besok. Hadi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kearah Giana, sementara sang istri hanya tersenyun lebar.

****

Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...

Untuk harga promonya :

Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100k

Ini untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

Jika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO

The Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang