****
Aza terbangun dari tidurnya. Hal itu terjadi karena perutnya terus berbunyi agar segera di isi, sudah tidak bisa di toleransi lagi. Ia melirik jam di nakas yang menunjukan pukul satu malam, lalu melihat Oza tertidur dengan wajah yang tertutup oleh bantal.
Satu kasur? Tidur bersama? Itu sudah biasa bagi mereka. Melakukan hal tidak senonoh? Mustahil rasanya, ketika Aza memeluk nya saja, Oza akan membentak nya dengan hebat. Lagi pula, mereka sudah seprti anak kembar yang melakukan segala sesuatu bersama kecuali mandi tentu nya. Jadi jangan berfikir kisah ini tidak masuk akal.
" Oza, bangun, gue laper! suer takewer kewer!" rengek nya sambil mengguncang tubuh lelaki itu agar terbangun untuk menemaninya makan. Namun Oza tetap tidak terganggu sedikitpun. Bahkan dengkuran halus terdengar begitu menyebalkan di telinga nya.
Tidak ingin menyerah, Aza menarik bantal itu lalu menekan hidung Oza agar tidak bisa bernafas.
" Engap setan! Gue ngantuk! Besok pagi aja!" jawabnya tanpa membuka mata sambil mengambil nafas dalam dalam karena sesak.
"jahat, kalo gue mati kelaparan gimana? Pembulian perut itu namanya" tidak ada balasan sama sekali, Sepertinya Oza benar benar mengantuk.
Aza berjalan sendiri ke arah dapur yang kini tampak sepi. Sama sekali tidak ada orang yang bangun.
Dia memasak mie instan. Tak kenal rasa panas, ia segera menyantapnya sampai habis. Sial, perut nya masih tak kenal rasa cukup. Aza bingung harus masak apa lagi, ia hanya bisa memasak mie dan air, itu saja.
Gadis itu menenggelamkan kepalanya di atas meja mencoba untuk tidur dan melupakan rasa laparnnya. Sebenarnya, dirumahnya banyak sekali makanan, hanya saja ia terlalu penakut untuk keluar malam .
Saat sedang menenggelamkan kepalanya, seseorang datang dan menaruh segelas susu di meja. Aza mengangkat kepalanya, lalu senyuman nya mengembang saat melihat Oza yang memberi nya susu.
" gue masakin ayam. Tunggu bentar" ucap nya sambil menyiapkan minyak. Aza tersenyum kegirangan. Lihat, Oza tidak mungkin membiarkan nya sendirian atau mencoba untuk tidak memperdulikan, Oza tidak akan pernah bisa.
Setelah selesai memasak, Oza segera memberikan nya pada gadis itu, Aza hanya menatap dengan mata berbinar. Oza memperhatikan gadis itu makan dengan tenang.
Entah mengapa, ia selalu berdoa agar suami sahabatnya itu adalah seseorang yang kaya raya agar bisa memberinya makanan tanpa mengalami kebangkrutan.
Tanpa menunggu sampai setengah jam, semua makanan yang ada di atas meja sudah berpindah tempat kedalam perut gadis itu.
" za, ada ice cream gak?" tanya Aza, membuat Oza berdecak kasar. Ia memilih pergi meninggalkan gadis itu yang kini memajukan bibirnya kesal.
" dasar bangke! Gue tanya diem aja!"
" jangan sentuh ice cream di rumah gue!" teriak Oza.
Entah punya jurus seribu bayangan atau apa, Aza sudah menaiki punggung Oza yang membuat kedua nya hampir terjatuh.
" gak bisa jalan. Perutnya berat" manjanya membuat Oza bergidik ngeri.
" turun!"
" gak!" Oza berdecak.
Mau tidak mau Oza harus menggendong gadis sialan ini sampai ke kamarnya.
Oza segera menjatuhkan gadis itu dan ikut merebahkan tubuh nya di kasur. Ia sudah benar benar mengantuk.
" Ozaaa--" rengek Aza.
" apa lagi setan!"
" mau ice cream!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oza & Aza [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilDI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PROSES PENERBITAN Ever rank #1 in remaja #1 in cinta SMA #3-friendzone #2 in teenage #1 in kiss #8 in young adult # 177 in romance. #55 in fiksiremaja #130 in humor .... Ketika takdir, penulis, dan Tuhan tidak...