happy reading guys
...
Lima tahun kemudian
Aza menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum lalu menata sedikit helai rambut yang menutupi wajahnya. Cukup cantik penampilan nya hari ini. Ini pakaian kesekian yang aza gunakan untuk pemotretan. Setelah cukup puas dengan penampilan nya, ia berjalan masuk ke dalam studio untuk melanjutkan pemotretan.
Ya, Aza sudah tumbuh menjadi model cantik yang terkenal. Ia sudah menjadi gadis dewasa kebanggaan orang tuanya, baik momy lusi dan bunda beatarisa. meskipun keduanya sudah pergi meninggalkannya, setidaknya ia menyakini hatinya bahwa mereka tengah menatap kagum dirinya dari atas sana.
" okey. One, Two, three.."
CEKREK!
" good job!" teriak laki-laki yang menggenggam kamera tersebut sambil mengacungkan jempolnya kepada Aza. Gadis itu tersenyum lalu sedikit membungkukkan tubuhnya tanda terima kasih untuk pencapaian hari ini.
Aza segera mengganti pakaian nya lalu menghampiri radit yang tengah menunggunya sambil berbincang dengan manager gadis itu.
" hei, udah selesai?" Tanya Radit lalu mendapat anggukan " mau kerumah sakit?"
Aza kembali mengangguk dengan antusias
" mau dong. Lano pasti udah nungguin" Radit tersenyum kecut mendengar itu. Aza menggenggam tangan Abang nya itu lalu pergi menuju rumah sakit.
Selama di perjalanan, Aza hanya terdiam. Memilih memperhatikan jalanan juga gedung gedung yang menjulang tinggi dengan layar besar yang tengah menampilkan iklan produk yang di bintanginya.
Lima tahun sudah dirinya menjalani semua hal dengan seharusnya. Lima tahun sudah ia membiarkan luka nya terbalut dengan sempurna, seolah menunjukan pada dunia bahwa dirinya baik baik saja. Lima tahun sudah dirinya membiarkan ingatan nya tetap seperti kertas kosong tanpa tulisan yang dapat di kenang. Sudah lima tahun juga dirinya membiarkan orang orang di masa lalu nya pergi begitu saja.
Tak masalah. Ia hanya yakin, suatu saat nanti yang memang seharus nya bertakdir akan kembali dipertemukan. Untuk saat ini ia hanya membiarkan tuhan dan penulis menjalan kan scenario nya sesuai keinginan.
" gue udah beli bunga nya. Mau pergi makan dulu?" Tanya Radit, aza menoleh lalu menggeleng
" enggak, gue mau ketemu lano aja"
" lano baik baik aja, za"
" gue, gak bisa. Gue gak bisa bayangin kehilangan Lano meskipun satu menit. Gue gak mau lano pergi tanpa pamit" Radit menghela nafas mendengar jawaban itu.
" sesayang itu lo sama lano?" Aza melirik Radit sebentar lalu mengangguk
" za, lano punya kanker batang otak"
" gue tahu. Berhenti ngingetin gue"
" Aza, denger. Lima tahun lo tunangan sama lano, apa pernah dia bikin lo bahagia? Kerjaan lo cuman ngurusin terapinya dia, kesehatan dia, sampe lo lupa kesehatan diri lo sendiri"
" bang, cukup. Gue pusing"
"lo masih mau lanjutin pernikahan kalian? Bahkan, dokter aja bilang mustahil buat lano hidup dalam sebulan". Ujar Radit sedikit kesal karena adik nya Ini sungguh keras kepala. Ia hanya tidak ingin Aza menjadi janda kelak. Tidak, Radit tidak menerima hal itu.
" lo gak tahu diri bang, sumpah!" kesal Aza. Radit hanya berdecak lalu memarkirkan mobil nya di basemen rumah sakit.
" za, berhenti bohongin diri lo sendiri! Biar lano gue yang urus"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oza & Aza [SUDAH TERBIT]
Fiksi RemajaDI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PROSES PENERBITAN Ever rank #1 in remaja #1 in cinta SMA #3-friendzone #2 in teenage #1 in kiss #8 in young adult # 177 in romance. #55 in fiksiremaja #130 in humor .... Ketika takdir, penulis, dan Tuhan tidak...