Aza berjalan di koridor angkatannya menuju kelasnya. Sepanjang ia berjalan, orang orang menatapnya dengan intens bahkan memandangnya dengan pandangan jijik.
semuanya terus membicarakan aza dengan suara yang lantang. Tidak segan segan bahkan mereka menjelekan aza di depannya.
" gila sih, yang cantik fisiknya doang."
" murahan banget. Masa demi cowo sampe ngeracun sahabatnya sendiri"
" kalo gue sih pindah sekolah"
" dasar cabe!"
Dan masih banyak lagi yang aza dengar. Menyakitkan? Tentu saja! Bahkan sekarang air mata aza seakan tidak sabar untuk keluar. Ini kali pertama baginya di perlakukan seperti ini. Dulu aza sangat di puji bahkan di kagumi. Namun itu semua hancur hanya karena ia fitnah oleh sahabatnya sendiri.
Aza sampai di dalam kelas dan langsung duduk di sebelah temannya tiara. Bahkan aza langsung menenggelamkan kepalanya di meja.
Ia menangis.
Oza tahu aza sedang tidak baik baik saja, namun oza sama kecewanya dengan yang lain. Ia tidak menyangka sabahatnya yang sangat polos bisa melakukan hal yang bahkan serendah itu.
Tak lama surat dispensasi aza dan oza keluar. Mereka langsung pergi keruang osis untuk mendalami materi olympiade. Selama mereka berjalan tidak ada percakapan. Aza berlari mendahului oza, tapi bukan menuju ruang osis. Melainkan taman belakang sekolah. oza membiarkannya dan memilih melanjutkan tujuannya menuju ruang OSIS.
......
Aza menangis. Sendiri, kesepian. Karena sepertinya memang itu yang di tadirkan tuhan kepadanya.
Aza memeluk tubuhnya sendiri. Ia masih merasa sesak ketika oza menyebutnya rendahan dan murahan, ia masih mengingat betapa kecewanya rere terhadapnya, dan tentu saja ia masih mengingat kejadian itu karena cara bodoh laura yang ingin menghancurkannya.
Aza merasa bingung kepada laura, haruskah dia menyakiti dirinya juga demi mendapatkan oza? Tidakkah puas dia cukup menyakiiti aza saja? Dari awal ini memang salah aza, andai saja aza tidak melawan laura dan membiarkan wanita ular itu memiliki oza. Tapi apa daya perasaanya berubah seiring waktu. Ia mulai menyukai oza.
" mom, momy hiks" tangis aza, kini yang ingin ia lakukan hanya lah memeluk malaikat yang selalu mempercayainya, merangkulnya di saat seseorang telah menjatuhkannya.
" momy, hiks.. aza pecundang! aza jahat, aza racunin temen aza sendiri" ucap aza merasa marah kepada dirinya sediri, bahkan untuk menjelaskaan yang sebenarnya saja pada mereka aza tidak memiliki keberanian.
" yang pencundang itu dia, bukan lo." Ucap seseorang. Aza membalik badan dan ternyata veno. Veno duduk di sebelah aza dan menghapus air mata gadis itu.
" lo hebat, karena lo gak pernah ngelakuin hal serendah laura" ucap veno lagi. Ucapan itu sungguh membuat hati aza sedikit tenang.
Aza memeluk veno dengan erat, saat ini pelukan veno adalah satu satu nya hal yang membuatnya selalu tenang. Veno mengusap rambut aza dengan lembut.
" mereka udah benci sama gue, gue sendirian, gue-gue kesepian lagi " veno menepuk pelan punggung gadis itu.
"za, mereka gak mungkin benci sama lo, percaya sama gue. Sekarang mereka cuman lagi salah paham aja kok. Lo mungkin kesepian za. tapi asal lo tahu, tanpa lo kita yang kesepian." Ucap veno. Aza melepaskan pelukannya dan memandang manik mata milik veno. Veno tersenyum .
" lo kaya gini karena lo suka gue kan?" tanya aza. Veno terkekeh sambil mengacak puncak rambut aza.
" hey, gue kaya gini karena gue percaya sama lo, karena gue tau tentang lo. Bukan karena gue suka sama lo. Dari dulu gue gak pernah percaya sama laura." Ucap veno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oza & Aza [SUDAH TERBIT]
Teen FictionDI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PROSES PENERBITAN Ever rank #1 in remaja #1 in cinta SMA #3-friendzone #2 in teenage #1 in kiss #8 in young adult # 177 in romance. #55 in fiksiremaja #130 in humor .... Ketika takdir, penulis, dan Tuhan tidak...