Chapter 5

2.3K 121 2
                                    

"Mana yang namanya Velly!!" Terdengar teriakan dari depan pintu.

Sontak aku menoleh ke asal suara. Shit. Itu Lian. Apa yang dia inginkan?

"Mana yang namanya Velly?"

Spontan semua orang yang berada di kelas menunjukku.

Lian berjalan mendekat. Ia menarik rambutku dengan kasar dan membawaku ke luar kelas.

"Dasa cewek kegenitan! Berani-beraninya deketin gebetan gue!" Tangan Lian masih memegang keras rambutku.

"A-aku gak ngerti ma-maksud kakak." Aku berusaha melepaskan tangannya dari rambutku.

"Jangan berlagak bego deh lo!" Ia mendorong kepalaku ke lantai dengan keras.

Tubuhku mendarat dengan kasar ke lantai yang keras. Aww, pasti tanganku lecet.

"Gue ingetin lo! Jangan deketin Rendy!" bentaknya. Ia berbalik dan berjalan menjauh.

Aku melihat kepergiannya dengan geram. Apa tadi katanya? Jangan deketin Rendy? Ia sendiri yang mendekatiku!

Aku bangkit dan merapikan seragam. Kaki dan tanganki terasa nyeri karena di pakai menopang tubuhku yang akan jatuh. Dasar. Inisemua salah Lian. Seenaknya aja nuduh orang yang enggak-enggak!

Perasaan sebal masih menyelimuti. Semua sumpah serapah yang di ketahui
keluar dari mulutku. Aku menjadi lebih tenang setelah semua sumpah serapah keliar dari mulut.

"Gue baru tau kalau kamu marah jadi nyeremin ya." Terdengar suara yang familier di telinga. Itu Rendy!

Aku berbalik. Benar saja. Itu Rendy. Dengan senyum khasnya yang bisa membuat siapaun menjadi tergila-gila.

"Ma-maksud kamu?" Aku berusaha menenangkan degup jantung yang berdekat kencang.

"Tadi aku liat kamu lagi marah-marah. Ternyata gadis secantik kamu bisa marah." Ia tersenyum jenaka.

Seketika semburat warna merah muncul di pipi dan aku pun gagal menenangkan degup jantung ini.
"E-eh i-iya kak," aku berkata ngawur.

Rendy tertawa melihat kegugupanku. Ah, ia sungguh tampan ketika tertawa.
"Kamu lucu banget sih." Tangannya terangkat dan menepuk puncak kepalaku.

Aku bisa merasakan detak jantung semakin kencang. Bahkan mungkin ia bisa mendengarnya.
"Eh, kak. Aku ke kelas dulu ya."Aku memberi alasan.

"Yah, emangnya kenapa? Bel masuk masih 15 menit lagi loh," ucapnya, seakan tak rela jika aku pergi.

"A-aku a-ada pr kak," kilahku.

"hmm. Oke, kamu boleh pergi," ucapnya, "tapi nanti bales chat aku ya."

"Ah, uh. O-oke," racauku.

~~~
~~~

Aku kembali ke kelas dengan perasaan gembira. Sehingga semua orang yang berada di kelas menatapku heran. Termasuk Radith.

"Kok lo keliatan happy sih Vell?"

"Emang gue gak boleh happy?" aku balik bertanya.

"Bukan itu maksud gue. Tadi kan gue liat lo ditarik sama kak Berlian. Harusnya lo sedih dong," jelasnya.

Jadi, nama panjangnya Berlian.
"Yang kayak gitu mah dibawa happy aja," jawabku asal.

Ia mengelengkan kepala, heran dengan kelakuanku.
"Oke karena sekarang lo lagi seneng. Gue mau bikin lo badmood."
Radith mengacak-ngacak rambutku yang telah tertata rapi. Tak cukup, ia juga mengambil tasku dan membawanya lari keluar kelas.

Sontak hal itu menyulut emosiku. "RADITHH!!!" Aku berlari mengejarnya yang sudah menjauh.

Sial. Di mana Radith? Sosoknya menghilang begitu aku mengejarnya.
"Coba ambil kalau bisa!" Terdengar suara Radith berteriak.
Aku menoleh cepat mencari sosoknya.

Radith berada di lapangan. Ia sedang melakukan sesuatu pada tiang bendera. Aku segera berlari menghampirinya.

Begitu ia melihat sosokku. Ia segera menarik tali tiang bendera. Terlihatlah benda yang familier tergantung di tiang bendera. Tasku!

"RADITH! LO APAIN TAS GUE?" Aku berlari menuju tiang bendera dan sosok Radith telah lenyap. Biarlah ia kabur, aku tak peduli. Yang penting aku harus menyelamatkan tas yang tergantung di tiang bendera.

Ternyata teriakkanku tadi membuat seluruh penghuni sekolah penasaran. Tak berapa lama, aku kini menjadi pusat perhatian semua orang. Shit. Awas kau Radith! Aku akan membalasmu!

Aku kembali ke kelas dengan rasa malu. Bagaimana tidak? Menjadi pusat perhatian karena hal konyol Radith bukanlah hal yang membanggakan.

Pandanganku berputar mencari sosok Radith. Di mana dia?
"Lo semua ada yang liat Radith gak?" tanyaku pada seluruh penghuni kelas.

Seketika kelas menjadi ribut.
"Ciee yang nyariin Radith."
"Radith kayaknya suka deh sama lo."
"Lo suka ya sama si Jail Radith itu."

"Enak aja! Ngapain coba gue suka sama si Radith yang jailnya super itu," ucapku sewot. "Kalau kalian gak tau, diem! Gak usah pada ngejek!" Aku berbalik meninggalkan kelas, mencari keberadaan Radith.

Dia punya kekuatan atau gimana sih? Kok gak ketemu-ketemu? Atau dia kabur, ya?

Aku sudah mencari ke seluruh kawasan kelas 10. Tapi keberadaannya tak terdetaksi sama sekali. Atau jangan-jangan dia ada di kelas atas? Ah, mana mungkin. Paling dia ngumpul di kantin. 

Saat aku sedang bimbang, antara balik ke kelas atau kembali nyari si Radith. Seseorang menepuk pundakku.
"Lagi nyariin siapa?"
Itu pasti Radith!
Aku berbalik dan langsung menangkap tangannya.
"Kena! Lo gak bakal bisa kabur lagi!"

Sosok yang kutangkap menoleh melihatku.
Seketika tubuhku menegang, aliran listrik seperti masuk ke dalam tubuh.

"Rendy?"

Sori update-nya lama.
Lagi mau fokus buat ujian soalnya.
Jangan lupa vomentnya ya :)

Jalan Hijrahku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang