Chapter 6

2.1K 109 0
                                    

Aku menatap sosok yang kutangkap dengan canggung. Bangaimana bisa aku salah nangkap orang? Dan parahnya lagi, aku malah menangkap Rendy!

"Eh, kak, itu, anu, Ma-maaf kak." Meracau apa sih aku?

Rendy terkekeh melihat kelakuanku.
"Gak papa, aku malah seneng lagi."

"Seneng kenapa kak?" Keningku berkerut keheranan.

"Seneng karena gara-gara itu kamu nangkep aku." Ia mengedipkan sebelah matanya.

Argh! Pasti sekarang mukaku memerah karena malu.

Rendy berjalan mendekatiku, refleks kakiku bergerak mundur.
"Ka-kakak mau ngapain?" tanyaku was-was

Rendy tak menjawab, ia tetap berjalan mendekati. Bagaimana ini?
Untunglah bel berbunyi, aku jadi punya alasan untuk kabur darinya.
"U-udah bel, kak. Aku masuk dulu, ya." Aku berlari meninggalkannya sendirian.

~~~
~~~

Ada apa dengan kak Rendy? Mengapa ia bertingkah seperti tadi?
Sementara guru sedang menjelaskan, pikiranku sibuk berkelana mengenai Rendy.

Radith tampaknya menyadari itu, ia menggerakan tangannya di depan mukaku.
"Halo, Lo lagi ngelamunin apaan sih?"

Lamunanku buyar seketika.
"Emang itu urusan lo?" jawabku sengit.

"Yeee, gue kan cuman nanya. Gak usah nyolot gitu napa." Rendy kembali memfokuskan matanya ke papan tulis.

Aku pun berusaha memfokuskan diri pada pelajaran. Namun, hal itu sangat sulit di lakukan. Rendy terus menerus muncul dalam benakku.

Dua jam pelajaran kuhabiskan dengan memikirkan kelakuan Rendy tadi pagi. Tak terasa bel pulang berbunyi, aku segera merapikan barang-barang dan bersiap pulang.

~~~~
~~~~

Tiba di rumah, aku langsung sibuk bermain handphone. Saat sedang asyik-asyiknya main game online, ada notifikasi yang memberitahu ada pesan dari fb masuk. Dari Rendy!

Dengan segera kubuka pesan dari Rendy.
Ternyata sebuah pesan singkat.

Rendy
Hai Velly.

Rasa panik langsung menghampiri.
Apa aku harus jawab? Jawab apa?
Oke Velly, tenang. Jawab saja. Setelah bergulat beberapa saat dengan diri, aku mengetikan beberapa kata sebangai balasan.

Velly barbie
Hai juga kak

Rendy
Maaf soal yang tadi, ya.

Velly barbie
Gak papa kak, aku cuma bingung aja. Kakak kenapa?

Rendy
Gak tau Vell, rasanya aku pingin bisa deket sama kamu.

Velly berbie
Gombal deh

Rendy
Beneran.
Udah ah basa-basinya, aku pengen
ngomonh serius sama kamu.

Velly barbie
Apa kak?

Rendy
Ehm. Aku suka sama kamu.
Mau gak kamu jadi pacarku?

Aku harus membaca pesan Rendy berulang-ulang untuk menyakinkan bahwa aku tak salah baca.
Dia menyatakan perasaannya!
Aku harus jawab apa? Atau jangan-jangan
Rendy bercanda? Segera aku membalas pesannya.

Velly barbie
Kakak bercanda ya?

Rendy
Demi Tuhan aku gak bercanda Vell, aku sayang kamu.
Jadi, apa jawaban kamu?

Astaga! Aku harus jawa apa? Aku hanya memandang layar handphone selama beberapa menit. Rendy kembali mengirim pesan.

Rendy
Kamu marah ya?

Velly barbie
Enggak kak, aku gak marah. Aku cuman kaget aja tiba-tiba kakak ngomong gitu.
Aku mau kok jadi pacar kakak.

Aku nyaris tak sadar ketika mengetikkan pesan tersebut. Aku langsung meletakkan handphone dan tak berani melihat balasan dari Rendy.

Aku berjalan mondar-mandir selama beberapa menit. Kira-kira apa balasannya? Hp-ku bergetar menandakan pesan masuk. Apa dari Rendy?

Namun, rasa penasaran lebih besar dari rasa malu. Aku segera menyambar hp dan membuka fb.

Rendy
Aku seneng dengernya, dan aku gak sabar buat ketemu kamu besok.

Kurasakan pipi bersemu merah, untung hanya aku yang berada di ruangan ini.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, munculah sosok wanita yang tak lain adalah ibuku.

"Velly, udah waktu ashar, Shalat dulu gih," ucap ibu yang masih berdiri di depan pintu.

"Bentar bu." Aku masih menatap layar
hp-ku."

"jangan main hp mulu, Velly."

"Iya." Aku terpaksa meletakkan hp di meja dan beranjak menuju kamar mandi.

~~~
~~~

Hari berganti, aku memandang bayangan diri. Entah mengapa hari ini aku terus menerus melihat penampilan diri.

Pikiranku melayang jauh, memikirkan apa yang harus dikatakan pada Rendy nanti. Tiba-tiba satu pemikiran datang dan membuatku kembali menapak.

Bagaimana jika Rendy hanya bercanda? Atau ternyata bukan dia yang mengirim pesan kemarin? Pikiran itu membuat hatiku cemas.

"Oke, Velly. Jangan terlalu berharap. Anggap kejadian kemarin gak ada."

~~~
~~~

"Sini lo!! Dasar cewek genit!!" Begitu aku menginjakkan kaki ke gerbang, Lian langsung menarik rambutku dan menyeretnya ke tengah lapangan.

"Gue kan udah peringatin lo! Jangan deket-deket Rendy!"

PLAK! Sebuah tamparan mendarat mulus di pipiku. Rasa perih langsung menjalar ke pipi.

"Dasar cewek murahan!"

Lian kembali mengangkat tangannya, ingin melayangkan tamparan kedua. Reflek aku menutup mukaku dengan kedua tangan. Namun, tamparan itu tak sampai. Mengapa? Penasaran, aku menurunkan tangan dari wajah dan melihat ka arah Lian.

Tangan Lian masih teracung ke atas. Namun, ada tangan lain yang menghalangi Lian untuk melakukan tamparan.

Hai guys!! Author kece balik lagi.
Di tunggu Vomentnya ya. In Sya Allah mulai sekarang bakal rajin update deh.

Kuningan, 3 desember 2018

Jalan Hijrahku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang