Chapter 7

2.1K 105 0
                                    

Seperti yang bisa ditebak, pemilik tangan itu adalah pacarku, Rendy.

"Berani-beraninya lo nampar cewek gue!!" Murka Rendy.

"Re-Rendy? Ka-kamu kok bisa di-di sini?" ucap Lian tergagap.

"Emang kenapa kalau gue ada disini?" Ia masih memegang tangan Lian yang terangkat di udara dengan keras.

Lian berusaha membebaskan pegangan Rendy pada tangannya. Percuma, pegangan pacarku malah semakin kuat.

Aku tak tau harus melakukan apa, kedua mataku sibuk memandang ke arah Rendy dan Lian.

"Sekarang lo minta maaf sama Velly!!" titah Rendy.

"Gak bakal!! Lo kenapa sih, suka sama cewek kayak dia? Dia tuh gak pantes jadi cewek lo!!" ucap Lian sembari menunjukku dengan dagunya.

"Kalau bukan dia, siapa lagi? Lo? Jangan ngarep deh!!" Rendy melepaskan pegangan tangannya dengan kasar.

"Emang aku kurang apa sih, Ren? Kenapa lo gak mau sama gue?" Lian menatap mata Rendy dengan pandangan sendu.

"Asal lo tau ya, lo itu banyak kekurangannya! Gue gak mau punya cewek yang kasar sama orang lain!!" Rendy berjalan ke arahku. " Vell, ayo kita pergi." Rendy menarik tanganku.

Kami berjalan menjauh dari Berlian, sempat kulihat ia menatapku tak suka. Mengapa sih, harus ada orang seperti dia?

"Kamu gak papa?" Rendy bertanya.

"Eh, uh, eng-enggak, kak." ucapku asal.

Rendy hanya tertawa kecil melihat diriku. Ah, dia sungguh tampan ketika tertawa. Tawa Rendy berangsur-angsur berhenti. Ada jeda canggung diantara kami.

"Vell ...." Rendy berjalan perlahan mendekatiku.

Kurasakan desir aneh ketika melihat kedua matanya, jarak kami kini sangat dekat. Hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.

"Ka-kakak mau apa?" Aku bertanya was-was.

"Kamu pacarku kan?"

Aku mengangguk perlahan sembari berusaha menenangkan degup jantung yang sangat cepat.

"Lalu, kenapa kamu masih manggil aku kakak?" tanyanya jenaka.

Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya.
"Jadi, kamu mau aku manggil apa?"

Matanya berkilat jenaka ketika mendengar pertanyaanku. Ia berkata, "Rendy aja, atau sayang juga boleh."

Astaga! Pasti pipiku memerah, lagi!

"O-oke kak." Dua kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.

"Kok kak lagi? Rendy, oke?"

"Oke, Re-Rendy."

"Gitu dong, kan enak dengernya."

"I-iya Ren. Ka-kalau gitu, aku ke kelas dulu ya." Aku melambaikan tangan padanya.

"Emm, ya udah, hati-hati ya." Ia balas melambaikan tangannya.

~~~
~~~

Di kelas, sedang berlangsung pelajaran kimia. Pak kus, seperti biasa mengoceh tidak jelas, dan aku tak terlalu mendengarkan penjelasanmya, pikiranku berkelana kesana kemari.

Aku memikirkan kejadian saat Lian menamparku, dan saat Rendy datang sebagai penyelamat. Astaga, semua ini sungguh seperti sinetron dan novel.

"Vell, Vell." Terdengar suara Radith memanggil dan membuat khayalanku berantakan.

"Apa?" tanyaku tanpa menoleh padanya.

"Gue denger-denger, lo pacaran sama kak Rendy?" Darimana ia bisa tau?

"Kalau iya kenapa?" tanyaku menantang.

"Gak papa, gue cuman mau ngingetin lo, kak rendy itu orangnya terkenal playboy." Dengan cepat aku menoleh ke samping, mata Radith terfokus pada bukunya.

"Lo tau darimana?" Aku menatap tajam matanya.

"Ya elah, info itu udah nyebar kali, lo-nya aja yang gak denger," ucap Radith santai.

"Kan bisa aja info itu--"

"Velly! Kamu denger saya ngomong gak?" Perkataanku terpotong oleh teriakkan dari depan kelas. Sial. Pak Kus sedang menatapku dengan marah.

"I-iya, Pak, saya dengerin." Aku berusaha menampilkan wajah tak bersalah.

"Ya sudah, kalau begitu, silahkan kerjakan soal di depan." Damn. Bagaimana bisa aku mengerjakannya? Mendengarkan penjelasan saja tidak.

"Se-sekarang, Pak?" Jantungku berdebar sangat cepat seakan habis lari marathon. Sial, pasti nanti aku akan jadi bahan ejekkan sekelas.

"Gak, Velly. Tahun depan. Karena kalau kamu gak ngerjain soal ini, kamu gak bakal naik kelas!" ancamnya.

Sontak aku berdiri dan berlari ke depan. Sial! Soal-soal ini sangat sulit. Bagaimana bisa aku mengerjakannya?

"Ayo, Velly. Kerjakan, jangan cuman diliatin doang," titahnya.

Aku mulai menggoreskan spidol yang di berikan Pak Kus padaku. Aku asal mencoret jawabannya. Biarlah, yang penting aku sudah mengerjakannya.

"Sudah, Pak." Aku berbalik, Pak Kus hanya melihat jawabanku sekilas dan beralih menatapku.

"Kamu yakin tadi mendengarkan?" Ia bertanya pelan.

"Ya-yakin, Pak," jawabku.

"Tapi kini jawabanmu super ngaco, Velly. Saya memberikan soal yang harus dijawab menggunakan rumus umum penggabungan kation dan anion pada senyawa biner. Kamu malah menjawabnya menggunakan rumus massa atom relatif." Pak Kus menggelengkan kepalanya.

Sontak kelas pun ramai dengan suara tawa. Argh! Velly! Kenapa kamu gak dengerin penjelasannya sih?

"Ma-maaf, Pak." Aku menundukkan kepala.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Yang pemting kamu sudah berusaha. Silahkan kembali ke tempatmu."

Dengan cepat aku kembali duduk, dan mendengarkan penjelasan Pak Kus dengan mata menatap lantai. Aku tak mau manatap sekeliling, mereka pasti menertawakanku!

"Makannya mbak, dengerin kalau guru ngomong," ejek seseorang di sampingku.

"Berisik! Ini semua gara-gara lo! Malu abis gue!" geramku.

"Ya elah, gitu aja malu. Gue mah malah udah biasa dimarahin guru." pamer Radith. "Kayaknya gue punya bakat dalam bikin guru marah deh." Pandangannya kini menerawang.

Sungguh bakat yang tidak berguna. Ingin rasanya aku meralat ucapannya, tapi aku tak ingin kena marah lagi. Jadi aku lebih memilih diam.

Untunglah tak berapa lama bel istirahat berbunyi. Para siswa dan siswi yang kelaparam setelah harus mencerna perkataan Pak Kus selama 2 jam langsung berhamburan keluar.

Sementara semua siswa berebut pesan makanan, aku hanya duduk diam di kelas, takut jika bertemu Lian di kantin. Selama 15 menit aku sibuk meratapi apa yang terjadi hari ini.

Bagaimana bisa Radith bilang bahwa Rendy playboy? Ia terlihat sangat setia padaku.

Ah, Radith pasti bohong. Tidak ada lagi penjelasan lebih logis dari itu. Aku harus percaya pada Rendy.

Hai semuaa
Author kece comeback!

Kangen gak? Enggak? Gak papa
Haduh! Kenapa sih? Ni author makin hari makin gila kayaknya.

It's ok lah, semoga kalian suka sama ceritanya, dan jadi penghuni tetap karyaku. Aamiin.

Kuningan, 7 Desember 2018

Jalan Hijrahku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang